MONITOR, Jakarta – Data penerima bantuan sosial (bansos) di Indonesia carut marut. Hal tersebut diakui pakar kebijakan publik Agus Pambagio.
Dalam talkshow Mata Najwa, Agus menceritakan awalnya data bansos yang digunakan adalah tahun 2015. Data tersebut sudah sempat rapi, akan tetapi di tahun ini kembali lagi ke data 2015.
Agus menyatakan, carut marutnya data bansos tersebut seolah sengaja dibiarkan sehingga menjadi celah bagi praktik korupsi pejabat.
“Saya tidak heran kalau data di Indonesia dibiarkan ngaco, karena dari situ korupsi jadi tidak ketahuan,” cetus Agus Pambagio.
Dalam kasus korupsi bansos Juliari Batubara, Agus menjelaskan ada dua jenis bansos, pertama dari Presiden dan kedua berasal dari Pemerintah Provinsi DKI.
“Kondisi paket yang pemprov rapi, yang presiden pake goodie bag yang sudah ditukar isinya,” terangnya.
“Yang presiden, ada yang melapor ke saya, ada yang minta fee kemensos 10%. Saya dapat (laporan) juga dari beberapa teman. Selain dipotong, ongkos menurunkan barang harus dibayarkan dulu oleh pak RT-nya,” terangnya.
MONITOR, Jakarta - Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin), Sahat M. Panggabean menyampaikan bahwa untuk memperkuat…
MONITOR, Surabaya - Pertamina dan Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menandatangani perjanjian…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama membuka pendaftaran seleksi terbuka calon pejabat pimpinan tinggi pratama atau…
MONITOR, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk berhasil menunjukkan komitmennya kembali dalam menjalankan Tanggung…
MONITOR, Bandung - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan kunjungan kerja ke Bandung Jawa Barat.…
MONITOR, Jakarta - Jemaah haji Indonesia akan mulai berangkat ke Arab Saudi pada 12 Mei…