Minggu, 28 April, 2024

Grand Launching ACEXI, Prof.Rokhmin: Kita Paling Terdampak terhadap Perubahan Iklim

MONITOR, Jakarta – Guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Prof Rokhmin Dahuri mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dan tropis paling terdampak terhadap perubahan iklim global. Hal tersebut dinyatakan Rokhmin Dahuri pada grand launching Association of Carbon Emission Experts Indonesia (ACEXI) di Jakarta pada Rabu (13/12).

Prof Rokhmin mengapresiasi lahirnya ACEXI sebagai perkumpulan para ahli. Pasalnya, kebijakan dan teknologi untuk mengurangi emisi karbon, termasuk carbon pricing, carbon trading, dan carbon tax adalah ilmu dan teknologi baru. Dan, jumlah ahli, pakar, dan teknologi di bidang ini masih sangat langka di Indonesia.

“Padahal, berbicara tentang emisi karbon maupun potensi Indonesia sebagai penyerap karbon (carbon sink), Indonesia merupakan salah satu negara utama di dunia. Dari segi emisi karbon, Indonesia pun merupakan salah satu big player. Terutama dari aktivitas pembukaan lahan gambut, rawa, dan hutan,” ujar Rokhmin.

Ketua umum Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GNTI) itu mengingatkan, Indonesia adalah negara yang paling terdampak perubahan iklim global. Sebab Indonesia berada di daerah tropis—apabila terjadi sedikit peningkatan suhu, maka aspek biologi ekologi akan hancur. Pasalnya, resilienasi organisme di daerah tropis terhadap perubahan suhu sangat kecil.

- Advertisement -

“Kita harus bangga, bahagia dan bersyukur karena menjadi bagian dari ACEXI yang didirikan teman-teman muda semua. Indonesia merupakan big player (carbon sink), karena hutan kita luas, terluas ketiga di dunia,” katanya.

“Dari segi blue carbon kita juga terbesar, punya potensi yang besar. Karena, sekitar 77% luas wilayah NKRI berupa laut, dan memiliki garis pantai 108.000 km (terpanjang kedua di dunia, setelah Kanada). Di wilayah pesisir dan laut terhampar ekosistem hutan mangrove sekitar 20 juta ha (terluas di dunia), 85.000 km2 terumbu karang (terluka kedua di dunia), dan padang lamun (seagrass beds) terluka di dunia. Ketiga ekosistem pesisir ini memiliki kemampuan menyerap karbon (carbon sink atau carbon equestrisian) yang sangat besar,” ungkap Rokhmin.

Ketua umum Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GNTI) mengingatkan, Indonesia adalah negara yang paling terdampak perubahan iklim global. Sebab Indonesia berada di daerah tropis—apabila terjadi sedikit peningkatan suhu, maka aspek biologi akan hancur.

Pasalnya, organisme di daerah tropis terhadap perubahan suhu sangat kecil. “Naik 3 derajat saja (organisme di Indonesia) sudah terdampak semua. Kemudian, 70 persen pesisir Indonesia landai sehingga akan terdampak sekali apabila terjadi peningkatan permukaan laut akibat Global Warming,” terangnya.

“Menurut saya, kita di wadah yang tepat. Indonesia dan dunia membutuhkan ahli semacam kita. ACEXI bukan sekadar memberikan manfaat untuk individu, tapi juga memberi benefit bagi negara dan dunia,” pungkas Rokhmin.

Sebagai informasi, ACEXI merupakan wadah kolaborasi para pakar profesional emisi karbon di Indonesia sehingga menciptakan ekosistem kemajuan dekarbonisasi yang digawangi oleh Lastyo Kuntoaji Lukito sebagai Ketua Umum, Brian Pramudita sebagai Sekjen, Dr.Poempida Hidayatullah sebagai Ketua Dewan, Prof.Esvin Aldrian sebagai Ketua Dewan Pakar serta Prof.Rokhmin Dahuri sebagai Ketua Dewan Pembina ACEXI.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER