Kamis, 25 April, 2024

Kementan Dorong Penguatan Mitigasi Dampak Serangan OPT dan DPI

MONITOR, Jakarta – Antisipasi dan mitigasi dampak serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) serta Dampak Perubahan Iklim (DPI) sangat vital dilakukan. Terutama dalam rangka mengamankan produksi tanaman pangan. Pasalnya jika tak diantisipasi sejak dini, maka dikhawatirkan terjadinya puso.

Demikian disampaikan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Mohammad Takdir Mulyadi ketika memberikan arahan pada Rapat Koordinasi Penanganan Antisipasi OPT/DPI, Jumat (3/3).

“Pada 2023 ini, tercatat ada 40 ribu hektare lahan terkena puso. Imbas dari bencana hidirometerologi,” jelas dia.

Dijelaskan Takdir, perlu pemetaan daerah-daerah yang menjadi langganan banjir, endemis terhadap serangan OPT, hingga mengamati pola cuaca dan interpretasi data dari BMKG. Menurutnya, kegiatan rutin pengamatan secara intensif di seluruh wilayah pengamatan, dan LPHP di beberapa kabupaten untuk mengamati pengamatan tetap dan keliling, sangat penting dilakukan.

- Advertisement -

“Termasuk memobilisasi petugas POPT, pencatatan, verifikasi dan pelaporan yang presisi,” lanjut Takdir.

Dia juga mengingatkan akan pentingnya melakukan upaya pengendalian yang ramah lingkungan. Pasalnya terdapat populasi OPT di bawah ambang ekonomi sudah bisa dikendalikan dengan preemtif menggunakan bahan organik dan agen hayati, “baik melalui program-program Kementan maupun swadaya sendiri agar pertanaman tetap terjaga dari serangan OPT,” jelasnya.

Takdir menjelaskan kalau perlu dilakukan upaya tindak lanjut seperti peringatan dini terhadap serangan OPT. Diantaranya budidaya tanaman sehat yang menjadi program kegiatan, melaksanakan gerdal-gardal di lahan, sehingga diharapkan program yang ada menjadi stimulan untuk petani agar nantinya dapat diterapkan swadaya.

“Kita harus mendorong pertanian berkelanjutan, penggunaan kimia harus dilaksanakan secara bijaksana dan berdasarkan hasil pengamatan yang valid jika jumlahnya diatas ambang (pilihan terakhir),” katanya.

“Harus makin intensif memberikan ilmu kepada petani agar pemahaman tentang pertanian berkelanjutan dilaksanakan dengan baik,” pungkasnya.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyampaikan bahwa sebagaimana arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, semua pihak terkait diminta terus memacu produksi.

Itu tak lepas dari dinamika kondisi global yang notabene serba sulit.
“Ditambah lagi ancaman iklim ekstrem,” jelas Suwandi.

Terkait hal tersebut, pihaknya melaksanakan sejumlah langkah terpadu. “Mulai dari early warning system antisipasi dini, adaptasi dan mitigasi, serta mapping wilayah langganan dampak perubahan iklim maupun hama penyakit tanaman. Serta menggerakkan brigade DPI, klaim asuransi bagi yang puso dan benih gratis, serta penyiapan alat pengering padi” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER