Categories: Uncategorized

Mengunjungi Masjid Qingjing Quanzhou, Menyusur Jalur Sutra China

MONITOR, Quanzhou – Disela-sela kunjungannya memenuhi undangan menjadi narasumber ke Xiamen dan Quanzhou University, guru besar perikanan dan ilmu kelautan IPB, Prof Rokhmin Dahuri mengunjungi Masjid Qingjing yang merupakan salah satu masjid tertua di China di Kota Quanzhou, Provinsi Fujian, Rabu (25/9/2019).

“Ini adalah salah satu masjid yang tertua di China sekaligus sebagai peninggalan sejarah tingkat nasional oleh Dewan Negara,” ujar ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu kepada MONITOR, Rabu (25/9/219).

Menurut mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu, Masjid Qingjing menjadi simbol bukti hubungan persahabatan dan interaksi budaya antara rakyat China dengan rakyat di negara-negara Arab pada masa lampau serta keunggulan Jalur Sutra Laut yang bermarkas di Kota Quanzhou.

Keberadaan Masjid Qingjing sendiri lanjut Rokhmin Dahuri tidak terlepas dari posisi Kota Quanzhou yang merupakan salah satu kota tua yang tertelak di tepi pantai timur Propinsi Fujian dan menurut kisah merupakan kota awal jalur jalan sutra melalui laut yang menghubungkan dunia timur dan barat pada masa lalu.

“Quanzhou adalah pelabuhan laut dan ujung timur jalan sutra. Masjid Qingjing adalah saksi sejarah perdagangan dan pertukaran budaya antara China dan negara-negara Arab. Masjid ini juga merupakan peninggalan dan bukti status Quanzhou kuno sebagai pusat kota oriental Terbesar,” ungkapnya.

Sebagai informasi, Masjid Qingjing mulai dibangun pada tahun 400 Hijrah (1009 Masehi). Pada tahun 1309, tokoh dari Iran yang bernama, Muhamad membangun kembali masjid yang memiliki arsitektur masjid di Damaskus, Suriah tersebut.

Tiga gerbang masjid membentuk pintu masuk utama yang memiliki panjang 65.6 meter dan lebar 14,8 meter. Relung di bagian luar dinding selatan dan mizbah yang bertuliskan ayat-ayat Al-Quran. Ada sebuah ruang pameran di belakang masjid yang menyediakan beberapa informasi tambahan tentang perkembangan Islam di Quanzhou.

Ruang utamanya meliputi area seluas 717,6 meter persegi. Bangunan ini terdiri dari struktur granit dengan jendela besar yang terbuka pada aula. Seperti arsitektur Islam pada umumnya, Masjid ini awalnya berwarna keemasan. Hingga tahun 1607, sebagian bangunan runtuh karena gempa yang dahsyat.

Masjid Qingjing merupakan saksi persahabatan dan juga pembauran budaya antara China dan Arab. Para pendatang Arab yang beragama Islam tinggal dan menetap di Quanzhou dan kemudian menikah dengan wanita lokal. Mereka kemudian menurunkan komunitas tersendiri yang unik dan dengan berjalannya waktu terintegrasi dan bercampur dengan masyarakat Cina secara harmonis selama ribuan tahun hingga masa kini.

Recent Posts

Kemenag Rencana Akan Bentuk Empat Ditjen Baru!

MONITOR, Jakarta - Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi'i memaparkan sejumlah rencana baru di Kementerian…

1 jam yang lalu

Halal Indo 2025, Indonesia Mantapkan Langkah Menuju Pusat Industri Halal Dunia

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian terus berupaya memperkuat peran Indonesia dalam ekosistem industri halal global.…

2 jam yang lalu

FSH UIN Jakarta Luncurkan Siniar Dialektika, Produksi Konten Digital Bahas Syariah dan Hukum

MONITOR, Jakarta - Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara resmi meluncurkan kanal…

3 jam yang lalu

Panglima TNI Apresiasi Dharma Pertiwi, Pilar Penting Kesejahteraan Keluarga Prajurit

MONITOR, Jakarta - Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto bersama Ketua Umum Dharma Pertiwi, Ny.…

3 jam yang lalu

Kemenag: Layanan Jemaah di Arab Saudi Sudah Siap

MONITOR, Jakarta - Jemaah haji Indonesia akan mulai masuk asarama haji pada 1 Mei 2025…

3 jam yang lalu

Kemenag Imbau Jemaah Jangan Tertipu Tawaran Visa Non Haji

MONITOR, Jakarta - Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Hilman Latief mengimbau…

12 jam yang lalu