PARLEMEN

Bahasa Indonesia Dipakai di 57 Negara, Komisi X DPR: Perkuat Identitas Nasional

MONITOR, Jakarta – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani menilai pengakuan internasional terhadap Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di UNESCO dan penggunaannya di puluhan negara merupakan momentum strategis bagi bangsa. Menurutnya, hal tersebut menunjukkan meningkatnya posisi Indonesia di panggung global.

Lalu menyatakan, capaian ini bukan sekadar prestasi simbolik, melainkan bukti diplomasi budaya Indonesia semakin diakui dunia.

“Bahasa Indonesia kini menjadi instrumen soft power yang strategis. Hal ini membuka peluang diplomasi yang berbasis budaya serta memperkuat posisi tawar Indonesia di forum internasional dan negara-negara dunia,” kata Lalu, Kamis (23/10/2025).

Sebagai informasi, Bahasa Indonesia telah diakui sebagai bahasa resmi dalam rapat-rapat UNESCO. Selain itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI Abdul Mu’ti menyebut Bahasa Indonesia kini juga semakin luas diajarkan di berbagai negara.

Bahkan, Bahasa Indonesia diajarkan di sejumlah universitas di luar negeri, seperti Universitas Al-Azhar Mesir yang sampai menjadikan Bahasa Indonesia sebagai program studi.

Abdul Mu’ti menjelaskan saat ini program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) telah berkembang pesat dan diselenggarakan di 57 negara.

Terkait hal ini, Lalu menekankan pentingnya langkah tindak lanjut agar pengakuan internasional ini tidak berhenti pada seremoni.

“Yang lebih penting adalah memastikan pengajaran Bahasa Indonesia di luar negeri memiliki standar yang kuat dan kredibel,” tutur Legislator dari Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.

“Di saat yang sama, kemampuan literasi masyarakat di dalam negeri juga harus terus ditingkatkan agar kualitas bahasa kita benar-benar diakui,” lanjut Lalu.

Menurut pimpinan komisi pendidikan dan kebudayaan DPR itu, Bahasa Indonesia yang mendunia juga membuka pintu masuk bagi kerja sama ekonomi, pendidikan, dan pariwisata. Negara-negara yang mempelajari Bahasa Indonesia, kata Lalu, cenderung melihat potensi kemitraan strategis di berbagai sektor.

“Inilah nilai tambah dari diplomasi budaya. Bahasa bisa menjadi jembatan ekonomi dan mempererat hubungan antarbangsa,” ungkapnya.

Lalu pun menegaskan bahwa bahasa bukan hanya sarana atau alat komunikasi, melainkan juga cerminan martabat dan kekuatan bangsa.

“Keberhasilan Bahasa Indonesia menembus panggung dunia adalah momentum sejarah. Kita harus memanfaatkannya sebagai kekuatan lunak yang memperkuat diplomasi, ekonomi kreatif, dan identitas nasional kita,” pungkas Lalu.

Recent Posts

Nusantara Sebagai Identitas, Kedaulatan dan Masa Depan Bangsa

MONITOR, Jakarta - Peringatan Hari Nusantara setiap 13 Desember kembali menjadi momentum refleksi kebangsaan. Hari…

28 menit yang lalu

Kick-Off Program Bantuan Inkubasi Wakaf Produktif di Pandeglang

MONITOR, Pandeglang - Kementerian Agama (Kemenag) RI melalui Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama…

2 jam yang lalu

Transformasi Besar Menuju Abad Kedua NU, Sasar Peran Strategis di Sains dan Teknologi

MONITOR, Jakarta - Menjelang peringatan satu abad kedua Nahdlatul Ulama (NU), wacana transformasi organisasi kembali…

5 jam yang lalu

Indonesia dan Rusia Siap Kolaborasi Bangun Industri Kapal Hingga Pacu IKM

MONITOR, Jakarta - Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa kerja sama industri antara…

6 jam yang lalu

Kemenag dan UIN Jakarta Himpun Rp2,8 Miliar Donasi Peduli Sumatra

MONITOR, Jakarta - Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama bersama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah…

8 jam yang lalu

TNI Operasi di Sumatra, Ribuan Personel Hingga Puluhan Alutsista Difungsikan Optimal

MONITOR, Jakarta - Wakil Kepala Pusat Penerangan (Wakapuspen) TNI Brigjen TNI Osmar Silalahi, didampingi Kadispenal…

11 jam yang lalu