Jumat, 26 April, 2024

Lestarikan Alam, Ganjar Canangkan Ekowisata Mangrove Muara Kali Ijo

MONITOR, Kebumen – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong pengembangan ekowisata mangrove di Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Hutan Mangrove Muara Kali Ijo di Desa Ayah, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Selain memiliki nilai sejarah, Hutan Mangrove Muara Kali Ijo juga berpotensi sebagai ekowisata dan sumber bahan gula nipah.

“Saya canangkan pengembangan ekowisata mangrove yang ada di Kawasan Ekosistem Esensial Hutan Mangrove Muara Kali Ijo ini. Tadi saya sudah dengar ceritanya, cukup bagus. Kalau kita lihat sejarahnya sejak tahun 1980-an, ternyata tidak mudah usaha membikin hutan mangrove sebagus ini. Anda lihat bentuknya, bagus banget ya,” kata Ganjar, seusai menanam mangrove bersama pelajar, warga, dan aktivis lingkungan serta berkeliling Hutan Mangrove Muara Kali Ijo.

Ganjar menjelaskan sejak 1984, ikhtiar untuk menahan abrasi di pantai Selatan bisa terlihat. Pohon bakau yang ditanam telah menjadi ekosistem yang bagus. Pohon-pohon baru yang ditanam juga akan menambah fungsi penahan air pasang laut, dan menjadi tempat ikan-ikan tumbuh.

“Nah sekarang kita ingin coba kembangkan lagi pariwisatanya, karena di sana tadi ada budidaya ikan sama kepiting. Kalau itu terjadi maka saya harapkan tidak hanya sekadar budidayanya, tapi juga produksinya,” jelas Ganjar.

- Advertisement -

Ketika budidaya sukses dan mulai bisa memproduksi ikan dan udang, maka akan sangat bagus. Khususnya untuk mendukung pengembangan ekowisata. Pengunjung yang datang tidak hanya belajar tentang mangrove atau berkeliling hutan mangrove.

“Jadi kalau nanti produksinya bagus, kita minta untuk dikembangkan ini menjadi tempat wisata, kalau orang datang ke sini makan ikan, makan kepiting,” ungkapnya.

Diakui, untuk pengembangan ekowisata, masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Misalnya jogging track yang sudah ada saat ini masih harus dibenahi. Misalnya, material bambu yang digunakan dinilai masih kurang kuat.

“Kalau itu dari bambu nggak kuat, itu mestinya dibuat dari kayu ulin begitu. Mudah-mudahan nanti ada yang bisa segera merencanakan untuk kita bisa eksekusi itu, bagus,” jelas Ganjar.

Menurutnya, hutan mangrove Muara Kali Ijo itu ada karena kerja keras dari warga dan aktivis lingkungan. Ia sangat mengapresiasi para aktivis yang merawat dan mengembangkan hutan mangrove itu. Bahkan dari hutan mangrove itu, banyak tanaman lain yang juga menghasilkan produk bernilai ekonomi.

“Aktivisnya cukup banyak di sini, dan kemudian menghasilkan. Termasuk tanaman-tanaman yang dulu orang tidak memanfaatkan, misal tanaman nipah. Ternyata tanaman nipah yang hari ini cukup banyak itu, sudah berhasil dikembangkan untuk gula. Itu menarik, sudah jadi gula tadi,” bebernya.

Dari contoh itu saja, lanjut Ganjar, telah membuktikan bagaimana Indonesia begitu kaya, ketika bicara soal ketahanan pangan. Bahkan gula sekalipun dapat diambil dari pohon nipah yang cukup banyak di sekitar pantai. Termasuk yang ada di KEE Hutan Mangrove Muara Kali Ijo.

“Ini kegiatan masyarakat puluhan tahun baru bisa kita rasakan sekarang. Maka saya titip untuk dijaga, yang mangrove tadi ditanam paling tidak butuh waktu tiga tahun. Maka sampai tiga tahun itu proses perawatannya musti intensif betul. Maka kami libatkan pelajar, aktivis (lingkungan), kampus agar semua peduli. Ini contoh bagus,” ungkap Ganjar.

Dalam kesempatan itu, selain menanam mangrove bersama pelajar, warga, dan aktivis lingkungan, Ganjar juga menyempatkan diri untuk berkeliling jogging track. Ia juga memborong produk gula nipah yang diproduksi oleh masyarakat. Sejumlah bantuan untuk kelompok nelayan juga diberikan.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER