Rabu, 24 April, 2024

Pancasila, Pembangunan Ekonomi Hijau dan Peran Perguruan Tinggi

MONITOR, Semarang – Sekjend DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto mengatakan green campus dan green economi menjadi hal penting penting karena terkait peradaban kehidupan dan menjadi tanggungjawab seluruh umat manusia di dunia, bagaimana green economy bicara kokoh dalam setiap sendi kehidupan dan pembangunan bangsa sesuai dengan falsafah pancasila.

Hal tersebut disampaikan Hasto saat menjadi keynote speaker pada Kuliah Umum (Stadium Generale) Universitas Negeri Semarang yang digelar secara Hibryd (Daring & Luring) di Gedung Pertemuan Pascasarjana UNNES Semarang, Rabu (2/2/2022) dengan tema  “Peran Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Ekonomi Hijau dan Digital Menuju Indonesia Emas 2045”.

Kegiatan tersebut juga dihadiri Rektor Unnes Fathur Rokhman, Guru Besar IPB, Prof Rokhmin Dahuri dan dimoderatori Heri Yanto, Dekan Fakultas Ekonomi Unnes serta dihadiri oleh seluruh civitas akademika Unnes.

“Pancasila dan Pola Pembangunan Semesta Berencana yang pernah dibuat di zaman Soekarno sejalan dengan konsep ekonomi hijau dan biru (green and blue economy). Sudah saatnya Indonesia mewujudkannya, dan perguruan tinggi berperan besar didalamnya,” katanya.

- Advertisement -

Hasto lalu menceritakan bagaimana Proklamator RI bertemu Pak Marhaen, seorang petani yang memiliki alat produksi, namun tetap miskin akibat tata ekonomi menghisap serta kapitalistik ala penjajah saat itu.

“Bung Karno melihat Indonesia saat itu hanya menjadi sumber bahan baku ekstraktif yang dibawa ke luar negeri, Indonesia hanya pasar produk asing. Indonesia hanya diperlihatkan sebagai kumpulan buruh murah yang kemudian dijual kepada kapitalisme global. Soekarno menulis manusia Indonesia hanya dihargai 2,5 sen, itulah akibat murahnya harga buruh manusia terjajah di bumi nusantara,” urai Hasto.

Itulah salah satu yang melahirkan konsep Pancasila sebagai falsafah dasar Indonesia Merdeka. Sehingga dari aspek ideologis, nilai-nilai sila Pancasila luar biasa. Karena di dalamnya terkandung nilai keadilan sosial yang sejalan dengan parameter ekonomi hijau dan biru. Pancasila juga mengobarkan semangat kemanusiaan yang juga terkandung dalam konsep ekonomi hijau dan biru.

“Tanpa nilai kemanusian takkan mungkin nilai pelestarian lingkungan akan tumbuh. Dalam perspektif itu, Pancasila sebagai falsafah juga menjawab tantangan green economy,” tukas Hasto.

Senada dengan Hasto, Guru Besar IPB Prof Rokhmin Dahuri pada kesempatan tersebut mendorong perguruan tinggi berperan lebih aktif dalam pembangunan ekonomi hijau yang merupakan merupakan response atas kegagalan paradigma ekonomi konvensional (Kapitalisme). Dimana konsep (paradigma) Green Economy (Ekonomi Hijau), dan kemudian Blue Economy (Ekonomi Biru) akrab sejak akhir 1980-an.

Rokhmin Dahuri mengapresiasi Hasto sebagai pimpinan partai politik yang memiliki pandangan visioner dan konsep serta komitmen mumpuni dalam mendorong implementasi ekonomi hijau kaitannya dengan nilai luhur falasafah Pancasila dari pemikiran proklamator Sukarno.

Rokhmin menerangkan Green Economy adalah ekonomi yang dibangun dan digerakkan oleh aktivitas manusia (produksi, transportasi, distribusi, dan konsumsi) yang mengemisikan sedikit CO2 (low carbon), tanpa membuang limbah atau sedikit limbah (zero or low-waste), menggunakan SDA secara efisien dan tidak melampui kemampuan pulihnya, dan secara sosial hasilnya (pertumbuhan ekonomi atau kesejehteraan nya) dapat dinikmati oleh umat manusia secara adil (socially inclusive) dan berkelanjutan (sustainable).

“Berkat Kapitalisme, PDB Dunia meningkat secara fenomenal, dari US$ 0,95 trilyun pada 1753 menjadi US$ 100 trilyun pada 2019 (Bank Dunia, 2020). Kapitalisme juga sukses mengembangkan IPTEK dan telah melahirkan 4 gelombang Revolusi Industri.  Kemajuan sangat pesat di bidang IPTEK telah membuat kehidupan manusia lebih sehat, mudah, cepat, dan nyaman,” katanya.

Namun, lanjut mantan Menteri kelautan dan perikanan itu kapitalisme gagal mengatasi kemiskinan, ketimpangan ekonomi (kaya vs miskin), dan malah mengakibatkan kerusakan lingkungan (overeksploitasi SDA, pencemaran, biodiversity loss, dan Perubahan Iklim Global) yang telah mengancam keberlanjutan pembangunan ekonomi, bahkan kehidupan manusia (Sach, 2015; Al-Gore, 2019).

Menurut Rokhmin, bahwa implementasi Ekonomi Hijau (Green Economy) dan Ekonomi Digital (Digital Economy = Industry 4.0 Technologies) akan merupakan “Game Changer” dari pembangunan ekonomi yang sejak awal 1900-an hingga sekarang mengarah kepada “ketidak-berlanjutan” (unsustainability) menuju ke pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Adapun Indikator unsustainable development tersebut yakni kemiskinan masih tinggi, ketimpangan kaya vs miskin makin melebar, kerusakan lingkungan (pencemaran, degradasi ekosistem alam, dan biodiversity loss) makin masif dan meluas, dan Perubahan Iklim Global (Global Climate Change) serta segenap dampak negatifnya.

Pada kesempatan tersebut, Dosen Kehormatan Mokpo National University Korea Selatan itu membeberkan peran penting Perguruan Tinggi di Era Industri 4.0 dan Perubahan Iklim yakni; pertama,  menghasilkan lulusan (mencetak Human Capital) unggul: (1) kompeten pada bidang ilmunya; (2) menguasai teknologi digital (informasi) sebagai fondasi dari Industry 4.0; (3) beretos kerja tinggi (seperti kerja keras, ulet, disiplin, dan profesional); (4) berakhlak mulia (shidiq, amanah, fathonah, tablig, sabar, bersyukur, penyayang, dan cinta kerjasama); dan (5) IMTAQ yang kokoh menurut agama masing-masing, dan harmonis.

Kedua, Menghasilkan penelitian yang: (1) berupa prototipe (invention) dan mendapat hak paten yang siap diindustrikan (hilirisasi) menjadi inovasi teknologi maupun non-teknologi yang memenuhi kebutuhan (pasar) domestik maupun ekspor (global); (2) berupa informasi ilmiah sebagai dasar dalam proses perencanaan dan implementasi pembangunan; (3) yang dapat dipublikasikan Jurnal Ilmiah ternama, baik nasional maupun internasional; dan (4) meningkatkan IMTAQ kepada Tuhan YME menurut agama masing-masing.

Ketiga, Mengembangkan pengabdian kepada masyarakat yang mampu memberdayakan ekonomi, kesejahteraan, dan martabat masyarakat; dan membantu pemerintah daerah untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakatnya.

Keempat, Memberikan kontribusi signifikan bagi terwujudnya kehidupan masyarakat dunia yang lebih sejahtera, adil, damai, dan berkelanjutan.

Ketua DPP PDIP bidang kelautan dan perikanan tersebut menawarkan sejumlah rekomendasi untuk Unnes yakni agar Unnes mendirikan sejumlah fakultas, jurusan, dan penguatan prodi. Diantaranya adalah Fakultas kelautan dengan jurusan teknik dan manajemen perkapalan, manajemen pelabuhan dan transportasi laut, coastal and ocean engineering, dan pariwisata bahari. Lalu Prodi Teknik Informasi mesti diperkuat dengan hal seperti digitalisasi, Internet of Things, hingga Metaverse untuk aplikasi. Bukan hanya pada sistem rantai pasok, tetapi pada sistem produksi dan industri manufakturing.

“Untuk melaksanakan peta jalan pembangunan nasional dan pembangunan ekonomi hijau dan digital, diperlukan SDM (human capital) indonesia yang kompeten, produktif, inovatif, beretos kerja unggul,  berakhlak mulia, dan beriman dan taqwa kepada Tuhan YME menurut agama masing-masing. Perguruan tinggi memiliki peran yang sangat sentral dan strategis dalam membangun SDM Indonesia dengan karakter seperti diatas,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER