MONITOR, Jakarta – Pengamat Asuransi Diding S Anwar mengatakan perlu transparansi tatakelola keuangan Bumiputera, berapa dan bagaimana sebenarnya. Informasi liabilitas Bumiputera 1912 bengkak diangka 68 triliun.
“LK Konsolidasian Audited KAP tahun 2020 ternyata belum terbit, sulit berasumsi berapa tingginya laju Liabilitas seperti apa akibatnya”, ujar Diding pada Minggu (19/9/2021)
Dalam laporan keuangan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Audited tahun 2019 mencatatkan Liabilitas sebesar Rp 30,42 triliun dari tahun sebelumnya 2018 sebaser Rp30,91 triliun .
Menurut data yang diperoleh redaksi liabilitas tahun 2020 kuartal IV (unaudited) sebesar 31,29 triliun menurun 2.87%. Kewajiban tersebut di antaranya berasal dari nilai utang yang mencapai Rp 9,06 triliun, naik 56.75% dari tahun sebelumnya yaitu Desember 2019 sebesar Rp 5,78 triliun. Ditambah cadangan teknis termasuk cadangan premi di dalamnya sebesar Rp 22,22 triliun.
Bila dibandingkan dengan tahun kuartal I tahun 2021(unaudited) sebesar Rp 31,44 triliun naik 0.48%. hal tersebut dipengaruhi utang yang mencapai Rp 9,68 triliun ditambah cadangan premi Rp 21,65 triliun, cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan 3,04 miliar dan cadangan klaim 100,16 miliar.
Sementara itu, total aset perusahaan pada tahun 2020 sebesar Rp 9,94 triliun turun sebesar 0,4 % bila dibandingkan akhir Desember 2019 Rp 9,98 triliun. Kuartal I tahun 2021 tercatat 9,85 triliun terus mengalami penurunan tipis diangka 0.91%.
Tim Redaksi mencoba mencari informasi dari orang bumiputera yang tidak bisa disebutkan identitasnya terkait sebenarnya bagaimana kaitan informasi liabilitas Rp 68 triliun tersebut.
Apakah Rp 68 T itu mungkin nilai kontrak (uang pertanggungan) sampai habis kedepan dijumlahkan belum di present value kan. Jadi bukan Liabilitas ?
“Bukan Liabilitas, terlalu besar bila Liabilitas.Rp 68 triliun. itu nilai kontrak. Sangat jelas, nilai cadangan itu present value dari nilai kontrak dikurangi dengan present value dari premi yad. Kalau yang sudah jatuh tempo, itu pasti sudah jadi liabilitas seluruhnya.
Bahasa liabilitas secara akuntansi adalah cadangan teknis (cad premi + cadangan klaim) ditambah hutang klaim dan hutang-hutang lainnya, nilainya bukan 68 triliun, mungkin sekitar 30an triliun. Sementara Defisit 22T itu secara umum menyatakan kekurangan aset atas cadangan saja. Itupun dinamis, bisa naik dan turun sejalan waktu.
“Angka Rp. 22 triliun itu bisa jadi cadangan premi atau cadangan tekhnis harus dilihat komposisi angkanya. secara umum menyatakan kekurangan aset atas cadangan saja.
Informasi di media cukup menggelegar liabilitas Bumiputera 1912 bengkak diangka 68 triliun, Sebenarnya bagaimana penjelasan angka-angka tersebut.
“Perlu pelurusan definisinya agar jangan salah tafsir, perlu koreksi dan penjelasan yang baik dan benar, sebenarnya bagaimana tentang Aset dan Liabilitas Bumiputera 1912, biar jutaan pempol AJBB 1912 tahu gambaran yang sesungguhnya agar tetap kondusif, tidak miss..”, kata Dididng.
AJB Bumiputera 1912 di tengah mengarungi badai dan gelombang besar bisa terus bertahan dan berlayar sehingga seluruh penumpang serta crew selamat sampai tujuan mensejahterakan rakyat.
“Butuh Constructive Wave (gelombang yang membangun), saat ini kondisi AJB Bumiputera 1912 Abnormal, yang Konstitusional denagn regulasi yang ada yaitu perlu adanya Pengelola Statuter (PS) dari OJK.
Diding mengingatkan hindari mebiarkan Destructive Wave (gelombang perusak), bisa mencelakakan penumoang dan crew.
“Jutaan Pempol & Pegawai semoga tetap tenang dan kondusif, tidak panik dan tidak gaduh, Insya Allah Pemerintah Indonesia hadir mencari solusi terbaik yang konstitusional dan rasional demi jutaan rakyat pempol dan pegawai.”, imbuhnya.
Internal AJBB 1912, dalam hal ini Humas senantiasa menjadi terompet menyampaikan keadaan Perusahaan yang sebenarnya, misalnya berapa triliun klaim pempol yang dibayar dan yang outstanding, mempublish Laporan Keuangan Tahun 2020 yang Audited (agar tidak simpang siur).
“Humas jangan diam saja, harus proaktif, atau bingung ya pejabatnya”, sautnya.
Diding menambahkan penting kunci pengelolaan investasi di Bumiputera harus baik dan benar-benar prudent juga GCG. AJB Bumiputera selain memiliki Aset tetap juga berinvestasi, antara lain penyertaan langsung di anak-anak perusahaan, (ada yang mayoritas dan ada yang minoritas), termasuk di instrumen investasi lainnya (mungkin deposito, obligasi, reksadana dsb).
Anak Perusahaan selain harus bisa menjadi sekoci, penguatannya juga harus dengan mengambil langkah-langkah strategic jangka panjang agar tdk menyusahkan induk.
“Bagaimana kinerja anak-anak Perusahaan AJB Bumiputera ini ? semoga menjadi Vitamin buat Induknya, bukan anak-anak ini ikut menggerogoti Bumiputera yang yang sudah lansia dan sakit-sakitan”, pungkasnya
Tidak kurang penyertaan langsung Bumiputera di anak-anak perusahaan atau afiliasi seperti antara lain : PT Bumida, PT Wisma, PT AJSB, PT OASE, PT Mardi Mulyo, PT Mitra Sarana, PT Bumi Wisata, Sekuritas, PT Marein, BOT Finance.
Sementara informasi yang diterima, outstanding dari pengajuan klaim dan pembayaran klaim pada semester I tahun 2021 bengkak mencapai 7,14 triliun naik 14.24% bila dibandingkan pada kuartal IV Desember 2020 sebesar 6,25 triliun.
Pengajuan klaim pada tahun 2019 sebesar 3,2 triliun pembayaran klaim sebesar 1,1 triliun. Pada tahun 2020 pengajuan klaim sebesar 2,7 triliun pembayaran klaim sebesar 162 miliar. Semester 1 tahun 2021 pengajuan klaim sebesar 892 milia, pembayaran klaim sebesar 3 miliar.