Rabu, 27 November, 2024

Eks Sekjen Demokrat Beberkan ‘Curhat’ SBY Soal Megawati

“Ini Bu Mega akan kecolongan dua kali ini”

MONITOR, Jakarta – Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat, Marzuki Alie, membeberkan kisah lama antara Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri.

Hal itu disampaikan Marzuki Alie dalam kanal Youtube Akbar Faizal Uncensored yang diunggah Kamis (11/2/2021) yang lalu.

Dalam kanal Youtube Akbar Faizal Uncensored itu, Marzuki mengungkapkan bahwa SBY pernah mengaku telah membuat Megawati dua kali kecolongan terkait Pilpres 2004. Menurut Marzuki, pernyataan itu disampaikan SBY kepadanya di Hotel Sherraton Bandara Soekarno-Hatta pada 2004 dan disaksikan oleh Hadi Utomo di

“Pak SBY menyampaikan, ‘Pak Marzuki, saya akan berpasangan dengan Pak JK (Jusuf Kalla), ini Bu Mega akan kecolongan dua kali ini’. Artinya, kecolongan pertama dia (SBY) yang pindah, kecolongan dua kali dia (SBY) ambil Pak JK. ‘Pak Marzuki orang pertama yang saya (SBY) kasih tahu’,” ungkapnya seperti dikutip pada Rabu (17/2/2021).

- Advertisement -

Marzuki menilai, SBY adalah sosok yang tidak komitmen dalam menjalankan partai. Pasalnya, menurut Marzuki, SBY pernah mengatakan saat Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Bali 2013 lalu agar dirinya tidak lagi dipilih untuk memimpin Partai Demokrat.

Namun, Marzuki menyatakan, pernyataan SBY tersebut tidak sejalan dengan realita yang ada.

“Pak SBY menyampaikan pidato loh, dalam pidatonya menyebutkan, ‘jangan saya lagi, jangan SBY lagi, Jangan keluarga SBY’. Artinya dia turun di sana untuk penyelamatan. Tetapi, agak mengagetkan begitu 2015 beliau (SBY) mau maju lagi. Pertama tidak sesuai dengan yang diucapkan, yang kedua ya boleh-boleh saja karena partai memang bermasalah. Kalau bicara komitmen, beliau berjanji loh untuk membangun partai ini menjadi partai kader,” ujarnya.

Marzuki mengatakan, dirinya hanya bisa menyikapi fakta bahwa SBY kembali memimpin Partai Demokrat sebagai realita politik yang ada saat ini. Marzuki pun mengaku lebih memilih mundur dalam keinginannya menjadi pemimpin Partai Demokrat untuk menghidari konflik dan karena menghargai SBY.

“Saya menghargai beliau yang awalnya kita figurkan sebagai presiden, jadi bukan berarti berikutnya kita harus berkompetisi, saya enggak mau. Tentu ada waktu, untuk mengkoreksi keputusan beliau, manakala beliau tidak memenuhi komitmen menjadikan partai ini partai kader, partai yang dikelola modern dengan membangun sistem. Itu yang harus dilakukan. Tapi nyatanya, itu tidak dilakukan,” katanya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER