NASIONAL

Setara Institute: Kultur Kekerasan di FPI Tidak Bisa Dibantah

MONITOR, Jakarta – Direktur Eksekutif Setara Institute, Ismail Hasani, mengungkapkan bahwa kultur atau budaya kekerasan memang lekat atau dekat dengan Front Pembela Islam (FPI).

Menurut Ismail, jika melihat sepak terjang dan rekam jejak FPI selama ini, kekerasan termasuk di dalamnya penggunaan senjata tajam kerap mewarnai aksi-aksi yang dilakukan oleh FPI.

Hal itu disampaikan Ismail saat menanggapi pernyataan Sekretaris Umum FPI Munarman yang membantah keenam Anggota Laskar FPI yang tewas di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 beberapa waktu lalu membawa senjata.

“Temen-temen sekalian bisa memeriksa sebenarnya bagaimana track record kekerasan yang diperankan oleh FPI. Karena memang, saya misalnya riset soal FPI di tahun 2010, memetakan sedemikian rupa dan kadang kekerasan juga dipilih menjadi salah satu opsi dalam berbagai macam aksi,” ungkapnya kepada MONITOR seperti dikutip dari kanal Youtube Monitor.id, Jakarta, Jumat (11/12/2020).

Kendati demikian, Ismail mengakui bahwa baru kali ini ia ataupun masyarakat mengetahui FPI terlibat bentrok dengan menggunakan senjata api. Namun, hal itu masih butuh pembuktian.

“Sekalipun terkait senjata api baru nih kali ini kita menyaksikan, kalau senjata tajam itu sering kita jumpai kan dalam berbagai macam aksi. Artinya, kultur kekerasan di tubuh FPI saya kira tidak bisa dibantah, itu yang terjadi. Faktanya kultur kekerasan cukup dekat,” ujarnya.

Akan tetapi di samping itu, Ismail juga mendorong pihak kepolisian untuk akuntabel dan transparan dalam penggunaan senjata api, khususnya dalam kasus tewasnya enam Anggota Laskar FPI tersebut.

“Karena dalam negara demokratis tidak boleh ada orang dibunuh oleh alat negara, dengan menggunakan senjata yang dibiayai dari pajak kita tanpa terjelaskan, tanpa alasan-alasan yang objektif atau akibat proses hukum dia dieksekusi mati, sekalipun kita juga tidak bersetuju dengan hukuman mati,” katanya.

Seperti diketahui, enam Anggota Laskar FPI tewas ditembak diduga akibat bentrok dengan Anggota Polri dari Polda Metro Jaya di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 pada Senin (7/12/2020) dini hari.

Pihak Polda Metro Jaya mengklaim bahwa keenam Anggota FPI itu menyerang aparat terlebih dahulu sehingga diambil tindak tegas terukur kepada mereka.

Menurut Polda Metro Jaya, dari tangan Anggota FPI diamankan sejumlah senjata tajam seperti samurai dan celurit dan senjata apinya adalah dua pistol jenis revolver lengkap dengan amunisinya.

Pihak FPI pun membantah klaim pihak kepolisian tersebut. Menurut Sekretaris Umum FPI, Munarman, anggotanya tidak pernah membawa senjata ataupun dipersenjatai apapun.

Recent Posts

Kementan Menggerakan Percepatan Tanam di Banyuwangi

MONITOR, Banyuwangi - Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, Suwandi meninjau area pesawahan di Desa…

10 menit yang lalu

Dukung Pengembangan Ekonomi Nasional, Kopdit CU Lete Konda NTT Nikmati Layanan LPDB-KUMKM

MONITOR, Jakarta - Koperasi adalah salah satu jenis usaha yang berperan penting untuk perekonomian masyarakat.…

44 menit yang lalu

Lakukan Rapat Tinjauan Manajemen, UNAS Konsisten Tingkatkan Budaya Mutu

MONITOR, Jakarta – Universitas Nasional (UNAS) secara konsisten terus meningkatkan budaya mutunya. Hal tersebut diimplementasikan…

1 jam yang lalu

Tim U-23 Indonesia Masih Ada Peluang Lolos ke Olimpiade 2024

MONITOR, Jakarta - Tim U-23 Indonesia harus mengakui keunggulan 0-2 dari Uzbekistan pada laga semifinal…

2 jam yang lalu

Bakamla RI Evakuasi ABK Kapal Tanzania Terbakar di Perairan Pulau Timor

MONITOR, Jakarta - Kapal Negara (KN) Pulau Marore - 322 Bakamla RI di bawah komando…

2 jam yang lalu

Gerakan Pencegahan Malaria Harus Konsisten

MONITOR, Jakarta - Gerakan pencegahan penyakit malaria harus konsisten dilakukan dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang…

3 jam yang lalu