Jumat, 29 Maret, 2024

Survei; Emas Bukan Investasi yang Paling Diinginkan di Masa Pandemi

MONITOR – Bukan rahasia lagi bahwa pandemi COVID-19 telah mengerek harga emas hingga mencapai puncak tertingginya di sepanjang masa. Namun menurut survei terbaru yang dilakukan Lifepal.co.id, emas bukanlah aset investasi yang paling diinginkan di masa pandemi.

Menurut Survei Perilaku Keuangan dan Konsumsi Masyarakat Jabodetabek di Masa Pandemi, responden lebih tertarik menyimpan dana di tabungan saja.

Hal itu pun tercermin di data Distribusi Simpanan Bank Umum yang dipublikasikan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Data tersebut mengungkap, total simpanan bank umum mengalami kenaikan 11,3% dari Januari ke September 2020, alias dari Rp 6.035 triliun jadi Rp 6.721 triliun.

Lantas seperti apakah kecenderungan keinginan masyarakat dalam membeli aset investasi berupa paper aset atau logam mulia di masa pandemi? Berikut ulasan dari survei yang melibatkan responden se-Jabodetabek tersebut.

- Advertisement -

Deposito masih lebih diinginkan ketimbang emas


Grafik di atas menunjukkan bahwa responden lebih tertarik menyimpan dananya di tabungan. Namun, dilihat dari sisi investasi, responden masih lebih tertarik berinvestasi dengan menyimpan dananya di deposito ketimbang membeli aset fisik, saham, reksa dana, atau menjadi pendana peer to peer (P2P lending).

Meski demikian, perbedaan antara keinginan menaruh dana di deposito dan membeli emas sangatlah tipis. Di bawah emas, ada pula saham. Seperti diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami koreksi tajam di Maret 2020.

Namun, yang menarik, setelah Indonesia dinyatakan memasuki resesi, IHSG justru mengalami pemulihan. Di pertengahan 18 November 2020, IHSG berada di level 5.557, namun melihat data historis di 2020, koreksi tertajam di tahun 2020 ada pada Bulan 24 Maret, yaitu di level 3.937.

Survei membuktikan pula, ketertarikan responden untuk membeli instrumen investasi paling aman yaitu surat utang negara masih lebih besar ketimbang membeli reksa dana campuran.

Sementara itu, mendanai platform P2P lending untuk mengembangkan dana, menjadi kegiatan investasi yang kurang diminati responden.

Perempuan lebih tertarik beli reksa dana

Salah satu temuan unik dalam survei ini adalah adanya minat yang cukup tinggi bagi perempuan untuk membeli reksa dana, baik pasar uang, pendapatan tetap, reksa dana saham, dan reksa dana campuran.

Selain reksa dana, perempuan juga lebih tertarik berinvestasi di instrumen pendapatan tetap berupa surat utang ketimbang pria. Surat utang yang dimaksud adalah surat utang negara maupun korporat (swasta).

Namun untuk membeli emas, saham, ETF, dan menjadi pendana P2P lending, pria tampaknya lebih tertarik.

Orang dengan pendapatan “dua digit” lebih tertarik berinvestasi

Survei pun membuktikan, responden bergaji Rp 10 hingga Rp 20 juta per bulan adalah orang yang paling tertarik dalam membeli aset investasi, baik dalam bentuk aset keuangan, logam mulia, atau menjadi pendana P2P lending.

Hal itu ditunjukkan dalam persentase ketertarikan yang cukup besar terhadap penempatan dana di deposito, membeli emas, reksa dana, saham, surat utang, ETF, atau menjadi pendana P2P lending. Uniknya, responden dengan penghasilan di bawah Rp 5 juta justru menduduki posisi kedua sebagai kelompok pendapatan yang tertarik membeli aset-aset investasi.

Pandemi COVID-19 yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi tentu menyebabkan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat untuk berinvestasi. Tak heran jika masyarakat akhirnya lebih memilih untuk menyimpan dana di tabungan, ketimbang menempatkannya ke instrumen keuangan atau logam mulia.

Namun terlalu khawatir berinvestasi juga akan membuat dana yang kita miliki tidak bertumbuh di kemudian hari.

Survei Perilaku Keuangan dan Konsumsi Masyarakat Jabodetabek era Pandemi COVID-19

Survei dilakukan dengan metode random sampling terhadap 400 responden yang merupakan masyarakat domisili Jabodetabek. Survei berlangsung pada 6 Oktober hingga 18 November 2020.

Perbandingan jumlah responden dalam survei ini adalah, pria 47,4% dan wanita 52,6%

Responden dikategorikan pula ke dalam kategori penghasilan. Sebanyak 13% responden memiliki penghasilan di bawah Rp 5 juta per bulan, 40,4% berpenghasilan Rp 5 hingga 10 juta, 29,3% berpenghasilan Rp 10 hingga Rp 20 juta per bulan, dan 17,3% dengan penghasilan Rp 20 juta ke atas per bulan.

Pengertian investasi

Menurut buku yang berjudul “Analisis Investasi Dalam Reksadana Saham (Equity Funds) Dengan Metode Sharpe dan Treynor” karya Cana Paranita, Moch. Dzulkirom, AR, Raden Rustam Hidayat, investasi adalah kegiatan menanamkan modal, baik langsung maupun tidak, dengan harapan pada waktu nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER