Jumat, 26 April, 2024

TGPF Kasus Penembakan Intan Jaya Rampungkan Investigasi Lapangan

“Kami sudah bekerja secara maksimal, meski dalam kondisi ancaman gangguan keamanan disana”

MONITOR, Jakarta – Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus penembakan di Intan Jaya, Papua, yang dibentuk oleh Menko Polhukam Mahfud MD, bertolak kembali ke Jakarta, Senin (12/10/2020).

TGPF telah menyelesaikan pengumpulan data dan informasi di lapangan. Menurut Benny Mamoto, Ketua TGPF yang juga Ketua Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), pihaknya telah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), bertemu saksi-saksi di TKP dan telah mewawancarai hingga sekitar 25 saksi. 

“Kami sudah bekerja secara maksimal, meski dalam kondisi ancaman gangguan keamanan disana, kami bisa mengejar target dan relatif kami capai. Kami sudah lakukan olah TKP bertemu saksi di TKP, dan sebagainya, meski pulang dari TKP kami dihadang tembakan. Kini kami siap kembali ke Jakarta untuk meneruskan sisa waktu tugas yang tinggal beberapa hari,” ungkapnya di Timika sebelum keberangkatan tim kembali ke Jakarta, Senin (12/10/2020).

Benny menekankan bahwa setelah kejadian penembakan kepada TGPF, tim tetap meneruskan kerja di Sugata Intan Jaya, saksi-saksi dihadirkan di satu tempat, kemudian anggota TGPF mewawancarai dan mendata mereka. 

- Advertisement -

“Karena tim ini bukan pro justicia, kami bekerja dengan cara yang lebih luas ketimbang penyelidikan yang diatur di KUHAP yang setiap tahap pada prosedurnya. Untuk memperoleh informasi, kami mendatangi, kami dibantu tokoh agama dan tokoh lokal, jika ada kendala bahasa kami dibantu diterjemahkan,” ujarnya. 

Benny menjelaskan bahwa hal ini juga yang akhirnya membuat keluarga korban mengizinkan akan dilakukannya autopsi dan keluarga korban berkenan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP), sehingga proses penyelidikan penegak hukum yang selama ini terhambat karena penolakan keluarga korban menandatangani BAP, akhirnya sekarang bisa berjalan. 

Sedangkan Tim di Jayapura di bawah komando Wakil Ketua TGPF Sugeng Purnomo yang juga Deputi bidang Hukum dan HAM Kemenko Polhukam, juga telah kembali ke Jakarta.

Selama di Jayapura, tim berhasil mengumpulkan informasi, antara lain dari kalangan tokoh setempat seperti mantan Bupati Paniai, Naftali Yogim, yang berperan membentuk Kabupaten Intan Jaya. Kalangan gereja antara lain, Pendeta Petrus Bonyandone, beberapa LSM dan pegiat HAM di Jayapura, jajaran pemerintah provinsi, kejaksaan, TNI dan kepolisian Papua.   

Benny mengatakan bahwa investigasi di lapangan berjalan lancar karena TGPF Intan Jaya terdiri dari berbagai elemen yang sangat solid, seperti perwakilan tokoh masyarakat, perwakilan akademisi, perwakilan gereja, serta perwakilan Polri, TNI dan BIN.

Tokoh-tokoh yang terlibat antara lain Pendeta Henok Bagau dari Intan Jaya, Jhony Nelson Simanjuntak dari PGI, Taha Alhamid, Makarim Wibisono, Constan Karna, Michael Menufandu, I Dewa Gede Palguna, Apolo Safanpo, Bambang Purwoko, Samuel Tabuni, Edwin Partogi, Jaleswari Pramodhawardani dan perwakilan dari Polri, TNI dan BIN.

Terkait penghadangan dan penembakan kepada tim, Benny menegaskan, memang sebagian besar anggota tim tidak dididik militer atau kepolisian, tentu saja kaget, tetapi pihaknya tidak larut dan tidak gentar dengan cara-cara seperti itu.

“Kami tetap bekerja karena kami ada target, waktu kami pendek 14 hari. Tim kami solid dan punya komitmen tidak kenal menyerah,” katanya.

Benny berterimakasih kepada Gubernur, Pangdam, Kapolda, Danrem, Dandim, Bupati, serta seluruh jajaran dan satgas disana, karena dukungan bantuan dan pengamanan ektra ketat, semua berjalan dengan baik.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER