PERTANIAN

Kawasan Korporasi Pacu Daya Saing Produk Hortikultura

MONITOR, Jakarta –  Pemerintah bertekad untuk terus menekan importasi komoditas hortikultura. Mulai tahun depan, sejumlah rencana strategis dicanangkan, di antaranya membangun kawasan korporasi komoditas hortikultura.

Kasubdit Tanaman Jeruk Perdu dan Pohon Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Siti Bibah Indrajati mengatakan, salah satu fokus Kementan adalah mengembangkan kawasan hortikultura yang terintegrasi.

“Jadi mulai 2020 tidak lagi model pemerataan, kecil-kecil. Tetapi fokus kami adalah menciptakan kawasan komoditas hortikultura dengan skala ekonomi tertentu secara terpadu,” ujar Bibah saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Selasa (12/11).

Bibah lantas mencontohkan pengembangan buah lengkeng. Tahun depan, pihaknya bakal melakukan perluasan areal tanam 600 hektare.

“Fokusnya di 6 daerah. Magelang, Kulonprogo, Grobogan, Blora, Gunung Kidul dan Tuban masing-masing sekitar 100 hektar per kabupaten” jelas Bibah. “Pun seperti jeruk. Kami kembangkan rata-rata 200 hektare per kabupaten, tersentralisasi. Total tahun 2020 nanti 1.000 hektar” lanjut dia.

Alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menambahkan, melalui kawasan yang terintegrasi, seluruh pihak terkait akan diuntungkan. Mulai dari pemerintah, swasta, hingga petani sendiri.

“Lebih efisien. Dari sisi cost dan lainnya. Kemudian mempermudah juga ketika melakukan pemetaan potensi komoditas daerah, sebagai basis pendistribusian bantuan seperti benih maupun alsintan,” jelas Bibah.

“Kalau istilah Pak Dirjen (Hortikultura, Prihasto Setyanto), One Village One Product namun tetap berdaya saing” cetus Bibah

Dia optimistis program kawasan korporasi ini mampu menciptakan produk dengan daya saing yang tinggi. Di mana muaranya adalah peningkatan kesejahteran para petani.

Cerita Sukses Kopral Mugiyanto

Berbicara soal komoditas hortikultura, sosok Mugiyanto boleh dikatakan sebagai panutan para petani. Khususnya untuk komoditas buah Klengkeng varietas Kateki.

Di kalangan para petani buah kelengkeng, Mugiyanto adalah contoh nyata bagaimana ketekunan dan keuletan bertani mampu mengantarkannya sebagai petani sukses meski dalam keterbatasan.

Ya, sejak 2015 mengembangkan Klengkeng Kateki, Mugiyanto berhasil mengembangkan buah manis legit ini.

“Sekarang saya mengelola lahan 1,3 hektare. Ada sekitar 230 pohon (Klengkeng Kateki) yang saya budidayakan di Magelang,” ujar dia ketika berbincang dengan awak media di Jakarta.

Sebagai informasi, Mugiyanto, yang saat ini masih tercatat sebagai prajurit aktif TNI AD yang berdinas di Kodim 0705 Magelang. Prajurit berpangkat Kopral Kepala ini, di sela-sela kegiatan dinasnya juga menunjukkan membina sejumlah petani di beberapa daerah. Adapun di Magelang, dia memberdayakan Kelompok Tani Borobudur.

Dia lantas bercerita soal alasannya memilih Klengkeng Kateki. Menurutnya komoditas ini punya daya saing dan nilai ekonomi tinggi.

“Pasarnya masih sangat luas ya. Kebutuhan dalam negeri saja mayoritas masih di-suply dari luar (impor). Artinya peluangnya sangat terbuka sekali,” beber pria yang pernah mengikuti kursus Pusrehab di Kementerian Pertahanan ini.

Pun dari sisi budidaya. Menurut dia, Klengkeng salah satu jenis buah yang fleksibel. Bisa ditanam dalam kondisi pada 5 MDPL (meter di bawah permukaan laut) hingga 1000 MDPL (dataran tinggi).

“Bayangkan di lokasi yang dekat bibir pantai pun masih bisa berbuah. Kemudian klengkeng ini skala 21 brix (indeks tingkat kemanisan buah-buahan), ” kata dia.

Saat ini budidaya Klengkeng Kateki yang dirintis Mugiyanto membuahkan hasil yang luar biasa. Belum genap lima tahun, dia sukses memanen buah dengan kualitas unggul.

“Untuk satu hektare (pohon klengkeng) menghasilkan sekitar 12 ton buah. Itu dari 200 pohon,” ungkap Mugiyanto.

“Malah bisa lebih ya. Kalau dimaksimalkan, satu pohon bisa 75 kilogram. Dikalikan 200 pohon, artinya bisa mencapai 15 ton,” lanjut dia.

Adapun untuk biaya per kilogram dari budidaya klengkeng ini sekitar Rp10.000. Sementara Mugiyanto menjualnya ke pasar sekitar Rp35.000-Rp.45.000.

“Gampang sekali (menjualnya). Malahan kurang ya, permintaan pasar tinggi,” ujar Mugiyanto.

Ditanya soal resep rahasianya mengembangkan Klengkeng Kateki, Mugiyanto menjabarkan ada dua kunci.

“Pertama benih yang unggul. Kedua agroklimat, bagaimana memahami iklim pertanian. Meliputi cuaca, kelembaban, hingga soal kondisi tanah. Nantinya ini akan mempengaruhi pola penerapan teknologi maupun treatment pohonnya,” beber Mugiyanto.

Recent Posts

Bertemu Parlemen Pantai Gading Hingga Iran, Puan Gali Potensi Kerja Sama Perdagangan Termasuk Industri Halal

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani kembali melakukan pertemuan bilateral dengan parlemen negara-negara…

1 jam yang lalu

RI Jadi Ketua Parlemen OKI, Cucun Harap Isu Perempuan dan Anak Korban Konflik Kian Dapat Perhatian

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal merasa bangga Indonesia menjadi ketua…

2 jam yang lalu

Bea Cukai Arab Saudi Sita 100 Slop Rokok Milik Jemaah Indonesia, PPIH Minta Patuhi Aturan

MONITOR, Jakarta - Pihak bea cukai Arab Saudi menyita 100 slop rokok yang ditemukan pada…

4 jam yang lalu

PT Timah Ambil Alih Tambang Koba Tin, Rieke Diah Ingatkan Konsekuensi Reklamasi Tambang

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Rieke Diah Pitaloka mengingatkan PT Timah Tbk…

5 jam yang lalu

Buka Festival Maritim dan Diklatsus Baritim, Ketum GP Ansor Perintahkan Revitalisasi Gerakan Baritim Nasional

MONITOR, Banyuwangi - Tari kembang pesisir yang menggambarkan aktivitas nelayan di pesisir Banyuwangi menjadi pembuka…

7 jam yang lalu

Pendaftaran Seleksi Administrasi PPG Daljab Mapel Umum Dibuka Hingga 18 Mei 2025

MONITOR, Jakarta - Pendaftaran seleksi administrasi Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan (PPG Daljab) bagi guru…

8 jam yang lalu