PERTANIAN

BKP Kementan Berbagi Pengalaman Ketahanan Pangan di Roma

MONITOR, Roma – Dalam pertemuan Committee on World Food Security (CFS) ke-46 disampaikan laporan the State of Food Security and Nutrition in the World (SOFI) 2019. Laporan yang disampaikan oleh Asisten Dirjen Pembangunan Ekonomi dan Sosial FAO, Maximo Torero menyebutkan tren kelaparan global mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir.

“Hingga saat ini lebih dari 820 juta orang di dunia masih menderita kelaparan. Hal tersebut dipicu oleh pelambatan pertumbuhan ekonomi, dampak perubahan iklim dan kejadian konflik,” ujar Maximo.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan), Agung Hendriadi, selaku Ketua Delegasi Indonesia menyampaikan perlunya upaya ekstra yang harus segera dilakukan untuk mengatasi kelaparan di dunia.

“Pemanfaatan sumber daya lokal, pengembangan kapasitas serta memastikan kebijakan yang koheren dan inklusif merupakan kunci untuk mewujudkan ketahanan pangan global,” ujar Agung dalam pertemuan CFS ke -46 di Roma pada Rabu (16/10/2019).

Agung juga memaparkan pengalaman Indonesia dalam mewujudkan ketahanan pangan. “Untuk mewujudkan ketahanan pangan, Indonesia fokus pada aspek ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan,” tambah Agung.

Untuk mendukung ketersediaan pangan, Indonesia terus mengupayakan peningkatan produksi pangan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan marjinal, mekanisasi alat dan mesin pertanian, akselerasi inovasi teknologi untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, dan penyediaan asuransi pertanian.

Selain itu, Indonesia juga membangun cadangan pangan pada tingkat nasional, daerah dan masyarakat. Dalam pengembangan sektor kelautan dan perikanan, Indonesia terus berupaya melindungi ekosistem laut serta menekan kejadian Illegal, Unreported and Unregulated fishing (IUU fishing).

Terkait aspek akses pangan, menurut Agung, Indonesia telah mengimplementasikan beberapa program untuk meningkatkan keterjangkauan pangan baik secara fisik, ekonomi dan sosial.

“Semua ini kami lakukan antara lain melalui perbaikan sistem logistik pangan nasional, stabilisasi harga pangan, bantuan pangan untuk kejadian bencana dan jaring pengaman sosial,” ujar Agung di hadapan lebih dari 1.800 peserta pertemuan CFS.

Masih menurut Agung, dalam aspek pemanfaatan pangan, Indonesia fokus pada pendidikan dan sosialisasi pangan beragam bergizi seimbang dan aman, memperkuat surveilan keamanan pangan, serta mengembangkan sanitasi dan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status gizi masyarakat.

Sedangkan untuk perencanaan dan evaluasi program ketahanan pangan, BKP Kementan telah dikembangkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA).

“Peta ini menganalisis situasi ketahanan dan kerentanan pangan wilayah pada tingkat kabupaten, kecamatan dan desa,” ungkap Agung.

Melalui upaya tersebut, status ketahanan pangan Indonesia berhasil naik 10 peringkat dari posisi ke-75 pada tahun 2015 menjadi posisi ke-65 pada tahun 2018 dari 113 negara berdasarkan laporan Global Food Secuity Index (GFSI).

Hasil analisis FSVA tahun 2018 juga menyebutkan bahwa sebanyak 177 kabupaten berhasil meningkatkan status ketahanan pangannya pada periode 2015 dan 2018.

Selanjutnya, Indonesia juga berhasil mengurangi tingkat inflasi pangan dan kemiskinan, khususnya kemiskinan pedesaan. Upaya tersebut juga berhasil mengurangi prevalensi stunting, wasting dan overweight, serta menurunkan angka rawan pangan dari 16,94% pada tahun 2014 menjadi 8,23 persen pada 2018.

Dalam kesempatan ini, Agung juga menegaskan komitmen Indonesia untuk terus berkontribusi terhadap upaya mewujudkan ketahanan pangan global, termasuk melalui Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular.

CFS merupakan forum pertemuan internasional yang membahas kebijakan ketahanan pangan dan gizi secara inklusif melalui perumusan kesepakatan bersama dengan melibatkan beragam pemangku kebijakan dari seluruh dunia. CFS ke-46 dilaksanakan 14 – 18 Oktober 2019 di Roma, Italia. Lebih dari 1.800 peserta dari 128 negara dan perwakilan organisasi internasional hadir dalam pertemuan tersebut.

Delegasi Indonesia yang hadir dalam pertemuan ini adalah Tenaga Ahli Menteri Pertanian Dr. Sam Herodian, peneliti senior Kementerian Pertanian Prof. Hasil Sembiring, serta perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan perwakilan dari Kementerian Luar Negeri.

Recent Posts

Hardiknas 2024, Menag: Merdeka Belajar Memanusiakan Manusia, Lanjutkan!

MONITOR, Jakarta - Menag Yaqut Cholil Qoumas mendukung kelanjutan program Merdeka Belajar. Menurutnya, semangat program…

27 menit yang lalu

Pendidikan Bukan Hanya soal Pengetahuan tapi Penanaman Nilai-nilai Moral dan Spiritual

MONITOR - Pendidikan bukan hanya tentang akumulasi pengetahuan, tetapi juga tentang penanaman nilai-nilai moral dan…

49 menit yang lalu

May Day 2024, Netty: Penguasa Jangan Hanya Berdiri di Sisi Pengusaha

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher mengatakan pemerintah harus memberi ruang…

1 jam yang lalu

Menteri Basuki Targetkan Bendungan Meniting NTB Selesai pada Agustus 2024

MONITOR, Lombok Barat - Dalam kunjungan kerja ke Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Menteri Pekerjaan…

2 jam yang lalu

Majalah dan Website Jadi Andalan Keterbukaan Informasi, Pertamina Grup Raih 7 Penghargaan SPS Awards 2024

MONITOR, Jakarta - PT Pertamina (Persero) berkomitmen terhadap keterbukaan informasi publik melalui publikasi di berbagai saluran…

3 jam yang lalu

Kementan Panen, Serap Gabah dan Percepatan Tanam di Cirebon

MONITOR, Cirebon - Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bersama Perum Bulog Kabupaten Cirebon…

4 jam yang lalu