Jumat, 29 Maret, 2024

Film Nyai Walidah Bentuk Konkrit Perjuangan Perempuan di Masa Lampau

MONITOR, Tangsel – Perjuangan Siti Walidah, atau yang familiar sebagai Nyai Ahmad Dahlan, menjadi salah satu bukti nyata gerakan perempuan di masa lampau. Untuk mengenang perjuangannya, Dyah Kalsitorini Widyastuti mengabadikannya dalam sebuah film berjudul “Nyai Walidah”.

Dalam acara Bedah Film di ITB Ahmad Dahlan, Dyah menceritakan pengalamannya saat bertemu aktivis ‘Aisyiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah hingga ke lembaga pesantren untuk mendiskusikan karya filmnya. Menurutnya, hingga saat ini, film tersebut banyak dicari dan diminta untuk dibedah lantaran berisi perjuangan Nyai Walidah di masa lampau.

Sementara itu, Wakil Ketua Komnas Perempuan Yunianti Chuzaifah mengungkapkan apresiasinya atas pencapaian gerakan perempuan ‘Aisyiyah yang dimotori Nyai Walidah. Yuni mengatakan, gerakan ‘Aisyiyah masa lampau sangat revolusioner dan mampu melawan kolonialisme saat itu.

“Saat itu kongres pertama perempuan ‘Aisyiyah sebagai salah satu pencetusnya, ‘Aisyiyah sudah menyoal derajat wanita, memulai menggunakan bahasa Melayu, dan meleburkan bahasa sebagai identitas yang penting, untuk bersama melawan kolonialisme saat itu,” kata Yuni, saat diskusi Bedah Film dan Peluncuran komunitas ‘Aisyiyah di kampus ITB Ahmad Dahlan Jakarta, Sabtu (21/9).

- Advertisement -

Gerakan lainnya, kata Yuni, dibuktikan ‘Aisyiyah melalui bentuk aktualisasi nyata di masyarakat yang menyentuh ranah pendidikan bagi perempuan hingga akses kesehatan.

“Pendidikan kepada anak-anak perempuan juga yang masih sulit diperjuangkan, adapula hak kesehatan, ini adalah hak hidup dengan menyelamatkan manusia dari kematian, jadi ‘Aisyiyah yang mengambil peran seperti inilah, yakni masalah adalah pertaruhan nyawa,” terangnya.

“Respon ‘Aisyiyah saat itu juga Nyai Ahmad Dahlan juga menentang untuk tunduk menyembah matahari, atau bahasa sekarang itu hak sipil politik dalam kebebasan berkeyakinan,” tambah Yuni.

Yuni pun mengapresiasi titik penting gerakan Aisyiyah dan Muhammadiyah hingga saat ini, yakni membangun rasionalisme dengan data, misalnya terkait keberagamaan yang tidak feodalistik, merawat Muhammadiyah dari gerakan radikal yang anarkis dan memegang peran sentral lainnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER