POLITIK

Pengamat: Delegitimasi Atas Hasil Kerja KPU Akan Gagal

MONITOR, Jakarta – Situasi nasional pasca pemungutan suara diakui banyak pihak cukup kondusif dan menggambarkan suksesnya penyelenggaraan pemilu serentak yang dipandang merupakan pemilu paling rumit dan njelimet di dunia.

Namun demikian tampak menyeruak ada upaya konstan dari kubu tertentu untuk mendelegitimasi penyelenggara pemilu. KPU diposisikan curang. Padahal mereka sedang bekerja dan bahkan sudah berapa orang stafnya di level TPS yang wafat karena menjalankan tugas konstitusi.

Menanggapi persoalan tersebut, pengamat politik Oktarina Soebardjo menyatakan segala bentuk melawan konstitusi pasti akan kandas. Upaya mendelegitimasi penyelenggara pemilu yang sah secara konstitusional akan sia-sia dan akan jadi angin lalu. Itu karena sesungguhnya KPU dan Bawaslu merupakan organ resmi negara yang otonom dan bekerja atas nama undang-undang. Segala produknya adalah kosntitusional.

“Bagaimana bisa menolak kerja sebuah lembaga yang konstitusional dan sedang bekerja menjalankan amanah konstitusi. Jadi saya kira luapan-luapan kekecewaan yang seakan mendelegitimasi kerja KPU itu hanya emosi sesaat. Pada waktunya semua akan menerima kerja KPU,” ujarnya di Jakarta, (24/4).

Oktarina menjelaskan, semua kubu yang terlibat dalam pemilu serentak kali ini memiliki pengalaman panjang sebagai stakeholders pemilu. Ada yang pernah menang, pernah kalah dan seterusnya. Jadi tak ada kekhawatiran akan terjadi konflik horizontal apalagi sampai terjadi people power.

Menurutnya semua kubu memiliki tokoh pendukung yang pasti akan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok. “Saya cukup hapal rekam jejak para tokoh yang jadi peserta pemilu. Mereka semua sudah negarawan levelanya. Jadi kalau ribut-ribut bawa massa hanya karena kalah dalam pemilu terlalu ecek-eceklah buat mereka,” tambahnya.

Oktarina menghimbau semua pihak mengikuti dengan cermat proses rekapitulasi berjenjang yang sekarang sedang berjalan. Jika terjadi hal yang dirasa merugikan, segera laporkan. Jangan malah bertindak jadi hakim sendiri.

Hakim dalam pemilu itu sudah jelas ada bawaslu, gakumdu dan pengadilan. Oktarina optimis Indonesia akan bersatu kembali setelah seluruh prosesnya berjalan rapi. “Watak bangsa Indonesia adalah cinta kerukunan, gandrung hidup rukun dan damai,” pungkasnya.

Recent Posts

Jasa Marga Gelar Temu Pelanggan di Kota Medan Wujudkan Komitmen Melayani Sepenuh Hati bagi Pengguna Jalan Tol

MONITOR, Medan - Dalam rangka mewujudkan pelayanan sepenuh hati bagi pengguna Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa…

6 jam yang lalu

Gandeng PTKIN, Kemenag Terus Matangkan Pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren

MONITOR, Tulungagung - Upaya Kementerian Agama dalam memperkuat tata kelola pendidikan pesantren memasuki tahap strategis…

10 jam yang lalu

UU KUHAP Baru Atur Pengamatan Hakim Bisa Jadi Alat Bukti, DPR Tekankan Soal Akuntabilitas

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Gilang Dhielafararez menegaskan bahwa penambahan aturan 'pengamatan…

10 jam yang lalu

Kementerian UMKM Perkuat Klaster Fesyen dan Kerajinan Tangan Lewat Holding UMKM

MONITOR, Jateng - Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memperkuat ekosistem rantai pasok industri…

11 jam yang lalu

Ratusan Peterjun Kostrad Hiasi Langit Kota Pulau Timah

MONITOR, Jakarta - Komandan Batalyon Yonif Para Raider 501/BY Divisi 2 Kostrad Letkol Inf I…

13 jam yang lalu

Penghasilan Rp100 Juta Terima Subsidi BPJS, DPR Dorong Pemutakhiran Data PBI

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Yahya Zaini menyoroti temuan adanya peserta…

15 jam yang lalu