Sabtu, 20 April, 2024

Koperasi DNA Didorong Tingkatkan Produksi Jagung Rendah Aflatoksin dan Janggel Jagung

MONITOR, Lombok Timur – Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung produksi jagung rendah aflatoksin yang dilakukan oleh Koperasi Dinamika Nusra Agrobisnis (DNA) Lombok Timur. Hal itu di ungkapkan oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) Gatut Sumbogodjati dalam acara launching pengiriman perdana jagung rendah aflatoksin (subtitusi impor) dari Koperasi DNA ke PT Greenfields Surabaya dan Ekspor Corn Cobs (janggel jagung) ke Korea Selatan di Lombok Timur, Kamis 28 Maret 2019.

Menurutnya, kemampuan Koperasi DNA untuk menyediakan jagung rendah aflatoksin yang dibutuhkan oleh industri seperti PT. Greenfilds patut kita dukung dan kita dorong untuk dapat meningkatkan kapasitas produksinya sehingga mampu mensuplai kebutuhan industry dalam negeri. Karena, selain menghasilkan jagung rendah aflatoksin, Koperasi DNS juga telah mampu meningkatkan nilai tambah dengan inovasinya untuk menghasilkan Corn Cob (janggel).

“Corn Cobs (janggel) merupakan produk samping produksi jagung rendah aflatoksin dengan pemipilan tersentralisasi menggunkan corn sheller yang diolah dalam bentuk compact dan digunakan sebagai salah satu media untuk budidaya jamur merang. Korea Selatan telah meminta Corn Cobs sebanyak 300 ton/ bulan, namun Koperasi NA baru bisa merealisasikan 150 ton dan sisanya 150 ton dalam tahap produksi,” kata Gatut.

Dikatakan Gatut, secara umum dapat diindikasikan bahwa pengembangan Agrobisnis jagung masih mempunyai prospek, ditinjau dari prospek harga, ekspor dan pengembangan produk. Secara internal, pengembangan Agrobisnis jagung didukung potensi kesesuaian dan ketersediaan lahan, produktivitas yang masih dapat meningkat dan semakin berkembangnya industri hilir.

- Advertisement -

“Dengan prospek dan potensi ini, arah pengembangan Agrobisnis jagung adalah pemberdayaan di hulu dan penguatan di hilir,” imbuh Gatut.

“Pada kesempatan yang berbahagia ini kami izinkan kami menyampaikan Apresiasi dan penghargaan kepada Koperasi Dinamika Nusra Agrobisnis atas inovasi dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas jagung khususnya di Lombok Timur,” Sambung Gatut.

Berdasarkan data ARAM I (angka ramalan) produksi jagung Indonesia pada 2018 seberat 30,56 juta ton dengan luas lahan panen 5,73 juta hektare (ha). Alhasil, produktivitas jagung nasional tahun lalu seberat 52,41 kuintal/ha. Dari total Produksi Jagung Nasional tersebut Provinsi Nusa Tenggara Barat pada ARAM I produksinya mencapai 2.058 juta ton dengan luas lahan panen 306.000 ha. Dari Total produksi tersebut, untuk kebutuhan pakan peternak dalam negeri dipekirakan 2,92 juta ton per tahun.

Meningkatnya produksi jagung dalam negeri tersebut membuat petani jagung dalam negeri semakin bergairah dalam melakukan usaha budidaya pertanaman jagung di lapangan.

Lonjakan produksi jagung nasional tenyata masih belum dimbangi dengan peningkatan kualitas/ mutu dari jagung karena kadar aflatoksinnya masih tinggi. Untuk memproduksi jagung rendah aflatoksin memerlukan penanganan khusus mulai dari budidaya, penanganan pasca panen sampai distribusi kepada peternak, disamping itu perlu insentif harga yang memadai. Jagung rendah aflatoksin digunakan sebagai bahan pakan sapi perah agar dapat menghasilkan susu segar dengan persyaratan flatoksin maksimal 0,5 ppb.

Tingginya kebutuhan akan jagung rendah aflatoksin (dibawah 20 ppb) didalam negeri setiap tahunnya yang diperkirakan sebesar 15.000 ton, telah mendorong Koperasi Dinamika Nusra Agrobisnis untuk berinovasi sehingga mampu menyediakan jagung rendah aflatoksin dengan kapasitas produksi sebesar 30 ton per hari.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER