Minggu, 13 Oktober, 2024

BMKG Imbau Masyarakat Jauhi Pesisir Pantai

MONITOR, Jakarta – Hingga kini Gunung Anak Krakatau masih berpotensi terjadi erupsi. Oleh karena itu, Badan Meteorologi, Geofisika, dan Klimatologi (BMKG) meminta masyarakat untuk menghindari lokasi pesisir pantai di sekitar Selat Sunda dalam radius 500 meter sampai satu kilometer.

“Kami meminta agar warga masyarakat tetap waspada dan menghindari lokasii pesisir atau pantai dalam radius 500 meter sampai satu kilometer,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers di Gedung BMKG, Selasa malam, 25 Desember 2018. Potensi interaksi antara kondisi erupsi vulkanik Gunung Anak Krakatau mengakibatkan getaran-getaran dan juga potensi cuaca ekstrem.

“Terutama besok pagi masih juga terjadi dan potensi gelombang laut yang tinggi masih juga terjadi,” ucap Dwikorita. Saat ini, BMKG bersama Badan Geologi dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman terus melakukan pemantauan kondisi aktivitas tremor Gunung Anak Krakatau serta kondisi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi. Kondisi tersebut dapat sewaktu-waktu berpotensi mengakibatkan longsor kembali.

“Tebing kawah Gunung Anak Krakatau ke laut, dan dikhawatirkan dapat berpotensi memicu tsunami seperti hipotesa yang kami sampaikan pada 22 Desember 2018,” kata Dwikorita.

- Advertisement -

Ditambahkannya, BMKG terlah mengembangkan aplikasi sistem pemantauan yang memusatkan pada aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Anak Gunung Krakatau. Informasi terbaru dan tepat bisa dipantau masyarakat lewat aplikasi mobile ‘infoBMKG’ dan ‘MAGMA Indonesia’. Selain itu, BMKG dan Badan Geologi juga akan terus memperbarui informasi lewat akun sosial media masing-masing.

“Oleh karena itu kami mohon kepada msyarakat tetap terus memonitor perkembangan informasi. Jadi informasi akan terus kami update melalui situs media sosial atau aplikasi mobile info BMKG serta aplikasi mobile MAGMA Indonesia dan badan geologi. Karena aplikasi MAGMA Indonesia akan meberikan peringatakan dini level aktivitas Gunung Anak Krakatau agar tidak mudah terpancing isu yang menyesatkan,” katanya.

Dwikorita juga mengatakan, penegasan mengenai informasi ini untuk mengindari beredarnya informasi yang tidak benar alias hoax di tengah masyarakat.

“Jadi kami menyadari dalam situasi seperti ini selalu muncul isu yang menyesatkan. Maka agar tidak tidak mudah bingung dan terombang-ambing dengan isu tersebut, mohon segera cek baik situs maupun sosial media BMKG atau aplikasi mobile InfoBMKG dan juga pantau aplikasi MAGMA Indonesia dari Badan Geologi,” katanya.

Namun Dwikoritas menegaskan, imbauan untuk menjauhi lokasi pesisir atau pantai tersebut khusus untuk di wilayah Selat Sunda, yang berkaitan dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau.

“Jadi ini khusus di Selat Sunda, tidak di seluruh Indonesia. Untuk seluruh Indonesia kami ada peringatan dini yang rutin di aplikasi. Tapi itu tidak ada kaitan dengan Gunung Anak Krakatau,” katanya. “Bahwa yang kami bacakan saat ini adalah khusus di kondisi Selat Sunda yang terkait Gunung Anak Krakatau,” imbuhnya.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Selasa (25/12) pukul 13.00 WIB, korban jiwa akibat tsunami di Selat Sunda mencapai 492 orang.

BNPB juga mencatat hingga hari ketiga pascatsunami Selat Sunda, sebanyak 1.485 orang luka-luka, 154 hilang dan 16.082 orang mengungsi akibat tsunami pada Sabtu (22/12) malam tersebut.

Tsunami tersebut berdampak pada lima kabupaten yaitu Pandeglang dan Serang di Provinsi Banten, serta Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus, Provinsi Lampung.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER