PKC PMII Jakarta menggelar diskusi milenial menyoal arah politik kaum muda
MONITOR, Jakarta – Mendekati Penyelenggaraan pemilu 2019, segmentasi pemilih milenial terus menjadi idola. Bukan saja jumlahnya yang dinilai pemilih mayoritas, tapi juga dianggap sebagai pemilih yang paling rasional dalam menentukan pilihan.
Menurut Syukri, pengurus PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), banyaknya pemilih dari kalangan milenial membuat seluruh partai politik berebut di segmen yang sama.
“Partai politik memperebutkan pemilih melenial sangat serius, meskipun anak-anak muda minat politik nya masih rendah,” terang Syukri dalam diskusi arah politik milenial yang diselenggarakan PKC PMII DKI Jakarta di Up2u Cafe, Cikini (23/11).
Meski berebut, pengamat politik Karyono Wibowo mengingatkan untuk seluruh kontestan yang berlaga pada pemilu mendatang harus mendahulukan gagasan yang bisa diterima oleh kaum milenial.
“Saya mengamati menjelang kontestasi banyak orang mendadak milenial, generasi milenial bukan generasi yang pasif maka ketika ada kandidat yang hanya menyamai setyle milenial belum tentu itu menjadi hal yang di pilih,” terang Waryono Wibowo.
Sementara itu, Komisioner KPU DKI Jakarta Nurdin menyampaikan bahwa kaum milenial harus juga berperan aktif dalam hal mensukseskan pemilu dengan menjadi bagian dari penyelenggara
“Jadi bukan hanya menjadi penonton vtapi partipasi aktif sangat dibutuhkan. Dalam hal penyelenggara pemilu mulai dari KPU sampai Bawaslu sampai turun kebawah,” ujar Nurdin.
Hal senada juga disampaikan oleh anggota Bawaslu DKI Jakarta Burhanuddin Phamme yang beraharap kaum milenial juga aktif dalam pengawasan pemilu untuk mencegah pelanggaran pemilu.
“Penyelenggara pemilu khusus nya kami di Bawaslu terkait dengan milenial artinya memang ini penting untuk kita libatkan. Dalam pengawasan kami punya namanya pengawas partisipatif yang melibatkan milenial melalui berbagai kegiatan,” terang Burhanuddin.
Sementara itu, Ketua PKC PMII DKI Jakarta, Daud Gerung, menyayangkan partai politik yang hingga saat ini masih menjadikan milenial hanya vote getter dan tidak melakukan pendidikan politik yang baik. Ia berharap dalam sisa waktu yang ada, proses pendidikan politik kebangsaan juga harus terus digaungkan oleh kontestan pemilu.
“Seluruh kontestan jangan hanya vote Getter pada pemilih milenial tapi juga harus mendorong pendidikan politik kebangsaan khususnya dalam menjaga persatuan,” kata Daud Gerung.
MONITOR, Jakarta - Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSSMoRA) pada Universitas…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi mengapresiasi kerja sama dan koordinasi efektif…
MONITOR, Jakarta - Direktur Utama Jasa Marga Rivan Achmad Purwantono menyampaikan sebanyak 170.593 kendaraan kembali…
MONITOR, Yogyakarta - Ketua Umum Kickboxing Sleman Adit Setiawan secara resmi ditunjuk sebagai Ketua Penyelenggara…
MONITOR, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo angkat bicara terkait Kepala Dinas PUPR…
MONITOR, Surabaya - Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) Kemenag RI, bekerjasama dengan…