Kamis, 25 April, 2024

Kementan Tingkatkan Volume Ekspor Tanaman Hias

MONITOR, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) tidak hanya berupaya meningkatkan volume ekspor komoditas pangan seperti jagung, beras organik, bawang merah, pisang, kelapa dan komoditas perkebunan. Akan tetapi, saat ini Kementan melalui Direktorat Jenderal Hortikultura menggenjot peningkatan volume ekspor tanaman hias ke berbagai negara.

“Sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mendulang dolar, di tahun 2018 ini kami fokus tingkatkan volume ekspor. Salah satunya ekspor tanaman hias yang memiliki daya saing tinggi di pasar dunia,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi saat mengunjungi PT. Florion, perusahaan budidaya sekaligus eksportir tanaman hias di Bogor, Kamis (2/8).

Suwandi mengungkapan Indonesia kaya akan komoditas tanaman hias. Yakni terdapat 173 jenis tanaman hias dengan ribuan jenis varietasnya. Misalnya, untuk bunga Tilansia saja memiliki 17 varietas.

“Berbagai komoditas tanaman hias diproduksi di Bogor dan diekspor ke berbagai negara Eropa. Dari sini saja sudah nyata meningkatkan nilai tambah devisa sekaligus meraup dolar,” ujarnya.

- Advertisement -

Suwandi menyebutkan salah satu upaya Kementan meningkatkan volume ekspor tanaman hias yakni melalui mendorong investasi dan mempermudah proses pelayanan izin pengeluaran ekspor.

“izin ekspor tanaman hias diproses oleh Kementan. Kami menjamin prosesnya cepat secara online. Apabila memenuhi syarat, Kementan segera mungkin keluarkan surat izin pengeluaran ekspor. Jadi kami benar-benar mempermudah segala proses selama syarat-syaratnya sudah dpenuhi,” sebutnya.

“Dengan begitu kami yakin, investasi budidaya tanaman hias dalam negeri meningkat dan volume ekspor pun ikut naik,” sambung Suwandi.

Pada kunjugan ini, Senior Menejer, PT Florion, Iwan Darmawan mengatakan dalam setahun mengekspor tanaman hias dalam bentuk bibit sebanyak 168 juta stek dengan nilai Rp 36 miliar. Jenis bibit tanaman hias tersebut di antaranya bunga Sain Polia, aglonema, Tilansia dan Caloncoe yang diekspornya ke Eropa seperi Belanda, Italia, Denmark dan Jerman.

“Keuntungnya lumayan, biaya budidaya sih bisa ditekan efisien sekitar Rp 35 per stek, yang mahal biaya angkut pesawat bisa Rp 6.000 per stek. Ya harga jualnya bagus sehingga, kami masih dapat marjin yang bagus” kata Iwan.

“Adapun ke depan direncana ada perluasan pasar baru yaitu Jepang dan negara-negara Timur Tengah,” tambahnya.

Dia menerangkan proses ekspor bibit tanaman hias yakni dikerjakan berdasarkan standar pesanan dari negara tujuan. Ekspor dilakukan seminggu 3 kali, di mana surat izin pengeluaran ekspor dikeluarkan Kementan.

Hingga saat ini, lanjutnya, Kementan sangat mendukung kelancaran kegiatan ekspor. Surat izin dikeluarkan sangat cepat, baik surat izin pengeluaran maupun proses di Karantina Pertanian.

“Sejauh ini tanaman hias kami budidaya sendiri, modelnya betul-betul harus jamin 100 persen bebas dari hama penyakit, jadi ketat sekali sesuai dengan rambu-rambu dari negara yang pesan,” pungkas Iwan.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER