Sabtu, 27 April, 2024

KPAI Prihatin Saksikan Video Siswa SMP Bully Gurunya di Gresik

MONITOR, Gresik – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendalami video yang berisi dugaan beberapa murid melakukan perundungan terhadap seorang guru. Video tersebut viral melalui berbagai media sosial (medsos) dan perpesanan instan. KPAI juga menerima kiriman video tersebut dari banyak pihak sejak Sabtu malam kemarin (9/2).

Komisioner KPAI Retno Listyarti menduga, peristiwa tersebut terjadi di salah satu SMP swasta di Gresik. KPAI kemudian mencoba menelusuri dari berbagai sumber yang dapat dipercaya dan akhirnya mendapatkan kepastian bahwa benar lokasi kejadian adalah di salah satu sekolah di kabupaten Gresik, Jawa Timur.

“Info dari pihak Dinas Pendidikan kabupaten Gresik, bahwa Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik dan jajarannya, siang ini akan melakukan pertemuan tertutup dengan pihak-pihak terkait, termasuk sekolah dan orangtua siswa,” ujar Retno, Senin (11/2).

Dalam video berdurasi 22 detik tersebut, tampak suasana kelas dimana seorang guru terlihat menghampiri siswanya dan seperti menegur, akan tetapi siswa yang ditegur malah melawan dan cenderung bertindak agresif seperti menantang sang guru berkelahi. Ada dua siswa yang nampak berdiri seperti hendak menyerang sang guru.

- Advertisement -

Terkait viralnya video tersebut, Retno mengatakan prihatin atas sikap dan perilaku siswa yang mencerminkan ketidaksatunan dan tidak semestinya seorang siswa bersikap demikian pada gurunya, apalagi sang guru tampaknya hanya menegur, bukan berteriak membentak apalagi memukul.

“Teguran sang guru pasti ada alasannya, sebagai pendidik, mungkin sang guru ingin menegur dalam rangka mendisiplinkan siswa yang bersangkutan,” ujar Retno.

Kedua, lanjut Retno, mungkin ada dua faktor yang menyebabkan kejadian murid melakukan kekerasan terhadap guru di salah satu SMP di Gresik tersebut, yaitu faktor pertama disebabkan karakter siswa yang kurang terbina dengan baik di rumah maupun sekolah.

“Biasanya sikap anak seperti itu, ada pengaruh kuat dari pola asuh di rumah. Bisa juga karena siswa sudah kecanduan game online yang mengandung unsur kekerasan misalnya, sehingga anak jadi tidak bisa membedakan antara perilaku di dunia maya dengan di dunia nyata,” terang Retno.

Faktor kedua, lanjut dia, bisa saja berasal dari gurunya, seperti rendahnya kompetensi paedagogik guru, terutama dalam penguasaan di kelas serta dalam menciptakan suasana belajar yang kreatif, menyenangkan dan menantang kreativitas serta minat siswa. Manajemen penguasaan kelas diantaranya adalah bagaimana guru dapat mengatasi kelasnya dengan karakter siswa yang bermacam-macam.

“Kemampuan manajemen penmguasaan kelas perlu di latih dan hal ini merupakan tanggungjawab Dinas Pendidikan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud),” paparnya.

KPAI pun mengapresiasi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik yang segera melakukan pendalaman kasus dengan memanggil pihak-pihak terkait, terutama sekolah dan para orangtua siswa.

KPAI berharap ada evaluasi dan pembenahan ke depannya, tidak focus menghukum pihak yang dianggal salah, namun mengedepankan pembinaan, baik terhadap siswa maupun sekolahnya. Anak tentunya wajib belajar dari kesalahannya, namun anak juga harus diberi kesempatan memperbaiki diri.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER