Selasa, 24 Juni, 2025

Ngaji Budaya Muharam, Budayawan Ngatawi Al Zastrouw: Kearifan Lokal sebagai Vaksinasi Kultural

Salah satu nilai yang terkandung dalam tradisi lokal adalah semangat ekoteologi.

MONITOR, Jakarta – Kementerian Agama menggelar Ngaji Budaya Tradisi Muharam di Nusantara di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Senin (23/6/2025).

Hadir dalam kesempatan ini, Budayawan sekaligus cendekiawan muslim, Ngatawi Al Zastrouw, mengulas tradisi lokal di Nusantara yang berperan dalam mempererat silaturahmi masyarakat. Dikatakannya, salah satu nilai yang terkandung dalam tradisi lokal adalah semangat ekoteologi.

Spirit ini menekankan pentingnya merawat seluruh tanaman di sekitar, mulai dari melati, mawar, hingga bunga kamboja. Tanaman-tanaman itu, menurutnya, mencerminkan indahnya keberagaman Indonesia. “Keindahan Indonesia terletak pada keragamannya. Seperti bunga di taman, yang berbeda jenis tetapi tumbuh berdampingan dan menambah keindahan,” jelasnya.

Ngatawi mencontohkan lagu anak-anak berjudul Lihat Kebunku yang diajarkan sejak kecil. Lagu sederhana itu, katanya, telah menanamkan nilai-nilai moderasi, toleransi, dan semangat ekoteologi.

- Advertisement -

“Sejak kecil kita sudah diajari moderasi, toleransi, dan ekoteologi lewat lagu Lihat Kebunku. Itu bagian dari kearifan lokal yang harus dirawat,” tegasnya.

Menurut Ngatawi, kehadiran Kemenag sangat diperlukan untuk merawat perbedaan ini. Ia menyebut, Kemenag berperan sebagai dokter yang melakukan vaksinasi kultural.

“Taman bunga akan menjadi gersang jika tidak dirawat. Kalau taman sudah gersang, kita butuh vaksinasi kultural. Vaksinnya adalah tradisi-tradisi Nusantara yang baik dan luhur, dan dokternya adalah Kementerian Agama. Harapannya, imunitas budaya masyarakat semakin kuat, sehingga Indonesia tetap lestari dengan kekayaan budayanya,” pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Agama Nasaruddin Umar menyebut, tradisi Muharam melalui kegiatan Ngaji Budaya merupakan upaya menajamkan hati nurani dan mengasah batin umat beragama.

Dikatakannya, tradisi ngaji budaya merupakan bentuk Sujud Budaya yang bukan hanya ritual fisik, tetapi juga simbol penundukan batin manusia di hadapan Tuhan. “Tradisi seperti ini harus dilestarikan di Kemenag, apa pun agama kita,” ujar Menag.

Sementara itu, Direktur Jenderal Bimas Islam, Abu Rokhmad, menegaskan pentingnya merawat makna tradisi Muharam, seperti ritual mandi di sungai Semarang saat malam satu Syuro sebagai simbol permohonan semangat baru. Tradisi ini, ujarnya, harus terus dihidupkan agar maknanya tak luntur.

Ia juga menyoroti nilai ekoteologi dalam tradisi, di mana cerita-cerita mistis leluhur sejatinya menanamkan kesadaran menjaga lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab spiritual.

Ngaji Budaya Tradisi Muharam diikuti 500 peserta dari berbagai unsur, mulai dari madrasah, penghulu, majelis taklim, penyuluh agama, mahasiswa, santri, hingga masyarakat umum. Acara juga dimeriahkan dimeriahkan penampilan seni Ki Ageng Ganjur yang memadukan dakwah dengan budaya Islam di Nusantara.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER