MONITOR, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorongpelestarian lingkungan di semua lini sektor industri. Hal inididukung dengan penciptaan inovasi yang dapat diterapkan secarasederhana namun efektif. Salah satu langkah yang dilakukan adalahdengan inovasi pengolahan limbah darah sapi menjadi pupuk cairyang dilakukan oleh SMK Sekolah Menengah Analis Kimia Padang (SMK-SMAK Padang), salah satu sekolah vokasi yang dimiliki oleh Kemenperin.
Sekolah dengan kompetensi analisis kimia tersebut berhasilmengolah limbah darah sapi menjadi pupuk cair. Inovasi yang dinamai POC Darsa Rupawan (Pupuk Organik Cair Darah SapiRumah Potong Hewan) itu berhasil masuk dalam Top 99 KompetisiInovasi Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan AparaturNegara dan Reforms Birokrasi Republik Indonesia(Kemenpan-RB).
Inovasi pengolahan limbah darah sapi telah mulai dilakukan SMK-SMAK Padang sejak 2012, dilatarbelakangi darah sapi yang belumdiolah oleh RPH, sehingga menjadi limbah. “Karenanya, SMK-SMAK Padang tertantang menjawab permasalahan tersebutsehingga lahirlah POC Darsa Rupawan dan saat ini sudahdipatenkan dengan nomor: IDP000046551,” kata Sekretaris JenderalKemenperin, Dody Widodo di Jakarta, Minggu (26/6).
Dody menyampaikan, latar belakang terciptanya inovasi tersebutkarena pada tahun 2012, siswa SMK-SMAK Padang yang tinggal di dekat rumah pemotongan hewan (RPH) khawatir dengan dampaklimbah darah sapi terhadap masyarakat sekitar. Pasalnya, apabilalimbah RPH tersebut dibiarkan mengalir ke sungai, akanmemberikan dampak buruk bagi masyarakat sekitar.
Dalam jangka pendek akan menimbulkan bau yang tidak sedap di sekitar RPH, dan air sungai yang dialiri limbah RPH menjadi keruh. Pada jangka menengah, bisa berdampak terhadap kesehatanmasyarakat yang tinggal di sekitar RPH, seperti rawan terkenapenyakit pernafasan dan kulit. Sedangkan dalam jangka panjang, limbah darah sapi di sungai dapat mengakibatkan penurunan kadaroksigen air sungai sehingga ekosistem air sungai terganggu.
Di Sumatera Barat, terdapat 10 Rumah Potong Hewan (RPH) yang diawasi oleh dinas peternakan dan kesehatan hewan setempat. Tiapsatu RPH setiap harinya menyembelih sebanyak 12 ekor sapi. Sehingga, total terdapat 120 ekor sapi yang disembelih setiapharinya, menghasilkan 720 liter hingga 960 liter limbah darah sapiper hari.
Berdasarkan survei lapangan tujuh dari 10 RPH tadi belum memilikiprosedur pengelolaan limbah darah sapi pascapenyembelihan,sehingga banyak masyarakat yang terganggu dengan bau limbah dan air sungai yang tercemar.
“Melalui pembelajaran analisis terpadu II, siswa SMK-SMAK Padang dan pembimbing berkolaborasi membuat inovasi denganmengolah limbah tersebut menjadi pupuk organik cair. Berdasarkanhasil pengujian, POC Darsa Rupawan dapat digunakan untuk padi, buah-buahan, sayur-sayuran, palawija, dan tanaman hias,” jelasDody.
Lahirnya inovasi POC Darsa Rupawan diharapkan mampumemberikan solusi bagi permasalahan limbah darah sapi, denganmengurangi limbah tersebut dan meningkatkan manfaatnya bagilingkungan. Selain itu, juga dapat membantu para petani untukpemupukan lahan pertanian dengan biaya yang lebih terjangkau, sehingga bisa turut menghemat biaya subsidi pupuk pemerintah.
“Sebagai perbandingan, saat ini total harga subsidi pupuk per satuhektar sebesar Rp1,5 juta. Dengan pupuk yang kita gunakan bisamenghemat sekitar Rp796 ribu, karena total biaya produksi per hektar pupuk cair ini sebesar Rp744 ribu untuk 240 liter POC DarsaRupawan,” ungkap Dody. Sekjen Kemenperin memperkirakanpenggunaan pupuk cair hasil inovasi ini dapat menghemat subsidipupuk hingga sebesar Rp1,4 triliun.