MONITOR, Nganjuk – Jelang peringatan Hari Bakti PU ke-75 pada 3 Desember 2020 mendatang, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mempersiapkan kegiatan penghijauan di area sabuk hijau (greenbelt) bendungan untuk ditanami berbagai jenis pohon bernilai ekonomis. Dengan kegiatan ini diharapkan, keberadaan bendungan dapat bernilai lebih besar bagi masyarakat disamping sebagai irigasi, air baku, pengendalian banjir dan pembangkit listrik.
“Kegiatan penanaman pohon di area sabuk hijau bendungan merupakan salah satu upaya untuk mengajak masyarakat berperan aktif dalam upaya konservasi sekaligus pengembangan potensi ekonomi lokal di sekitar bendungan, yang dilakukan tanpa mengganggu fungsi utama bendungan sebagai tampungan air,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Staf Ahli Menteri PUPR (SAMPU) Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat Sudirman mengatakan, Menteri Basuki meminta agar dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur selalu berlandaskan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. “Pesan Bapak Menteri PUPR kepada Balai-balai di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air untuk melaksanakan program penghijauan di 51 bendungan, termasuk yang masih dalam proses pembangunan,” katanya saat meninjau Bendungan Semantok di Nganjuk, Jawa Timur.
Ditambahkan Sudirman, penanaman pohon dapat memberikan keuntungan untuk menjaga usia bendungan karena mencegah terjadinya sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan. “Kepala Balai Wilayah Sungai agar dapat memetakan tanaman yang menjadi ciri/potensi lokal di tiap daerah, seperti pete, jengkol, mangga dan durian. Bibit pohon yang ditanam minimal tingginya 1,5-2 meter agar dapat tumbuh optimal,” tuturnya.
Menurut Sudirman, pelaksanaan penanaman pohon ini akan melibatkan Ikatan Purnabhakti Kementerian Pekerjaan Umum (IPPU) dan kelompok masyarakat setempat. Penanaman pohon tersebut akan dilakukan secara serentak 51 bendungan di Indonesia.
Selain ditanami pohon, Sudirman juga menyoroti potensi wisata edukatif sehingga bendungan yang masih dalam proses pembangunan diharapkan dapat menyediakan bangunan gardu pandang yang dilengkapi dengan museum/perpustakaan. “Saya harapkan sudah ada anggarannya. Ini tujuannya untuk edukasi masyarakat sekitar, khususnya anak-anak sekolah agar punya rasa memiliki bendungan. Jadi muncul kesadaran untuk ikut merawat,” tuturnya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas Kementerian PUPR Muhammad Rizal mengungkapkan, dalam pembangunan Bendungan Semantok telah direncanakan area sabuk hijau dan fasilitas umum termasuk gardu pandang.
“Terkait museum, sejak perencanaan di dalam RAB Bendungan Semantok sudah kita masukkan bangunan gardu pandang. Konsepnya dua lantai, lantai 1 itu perpustakaan/museum dan lantai 2 untuk gardu pandangnya. Selain itu kita buat tambatan perahu untuk wisata air,” ujarnya.
Rizal mengatakan, pekerjaan konstruksi Bendungan Semantok telah dilaksanakan dari tahun 2017 terdiri dari 2 Paket pekerjaan. Paket 1, dikerjakan kontraktor PT Brantas Abipraya – PT. Pelita KSO dengan anggaran sebesar Rp. 939 miliar. Progres fisiknya telah mencapai 58,31% dengan lingkup pekerjaan berupa tubuh bendungan bagian kiri, intake, bangunan fasilitas, instrumentasi,dan jalan masuk.
Sedangkan untuk Paket 2 dikerjakan kontraktor pelaksana PT Hutama Karya – PT. Bangun Nusa, KSO dengan anggaran sebesar 876 miliar. Progres fisiknya telah mencapai 55,43 % dengan lingkup pekerjaan tubuh bendungan bagian kanan, pengelak, intake, pelimpah, dan instrumentasi.
“Secara keseluruhan bendungan tersebut ditargetkan rampung konstruksinya dan mulai pengisian (impounding) pada akhir Maret 2022,” ujar Rizal.
Bendungan dengan tipe zonal urugan random batu inti tegak tersebut nantinya akan berfungsi sebagai penyediaan air untuk irigasi seluas 1.900 ha, mereduksi debit banjir kurang lebih 30%, sumber air baku sebesar 312 liter/detik dan pemeliharaan sungai di hilir bendungan sebesar 30 liter/detik.