MONITOR, Jakarta – Chairman Junior Doctor Network, Andi Khomeini Takdir Haruni turut memberikan advis dalam ramainya perbincangan publik soal inovasi berbasis eucalyptus hasil penelitian Badan Litbang Kementerian Pertanian (Kementan). Menurut Andi, inovasi Kementan merupakan karya anak bangsa yang patut didukung dan diapresiasi.
“Inovasi ini bagus. Bisa kita sebut sebagai bentuk implementasi nasionalisme kita karena diproduksi oleh anak bangsa. Dengan kita memproduksi sendiri maka kita bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Kita bisa bekerjasama dengan Amerika, juga dengan China, Jepang, Korea, tapi dengan tidak kehilangan jati diri kita,” kata Andi, Rabu, 8 Juli 2020.
Menurut Andi, sebagai negara agraris Indonesia memiliki banyak kekayaan. Misalnya tanaman kopi yang sering dipuji sebagai kopi terbaik dan banyak sumber daya alam lain yang disanjung sebagai sumber daya alam unggul.
Maka itu, ujar dia, tidak tertutup kemungkinan bahwa eucalyptus Indonesia adalah tanaman yang memiliki kualitas terbaik di dunia.
“Setiap upaya anak bangsa untuk berdikari, termasuk terobosan dari teman-teman peneliti di Kementan selayaknya kita apresiasi,” katanya.
Dijelaskan Andi, tanaman eucalyptus memang sudah lama menjadi bahan dasar minyak dan balsem yang bagus untuk kesehatan. Bahkan, banyak yang coba meneliti potensi tanaman ini untuk membantu mengatasi infeksi virus dan bakteri. Karenanya, masyarakat perlu menyikapi dan menyampaikan ide-ide baik dengan bijak dan melihat data.
Adapun penelitian yang dilakukan Badan Litbang Kementerian Pertanian perlu mendapat dukungan untuk memberi manfaat yang lebih besar dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, bangsa, dan negara.
“Karena tidak sedikit jurnal yang menyatakan bahwa tanaman ini (eucalyptus) memang memiliki potensi menghambat virus dan bakteri tertentu. Termasuk family coronaviridae. Kini kita perlu melihat sejauh mana efektivitasnya jika diperhadapkan dengan SARS-Cov-2. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut dan kolaborasi stakeholder terkait,” katanya.
Andi berharap para peneliti, termasuk peneliti di Kementan mampu menemukan formula yang pas dan menghasilkan produk yang lebih efektif dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat di masa wabah pandemi ini.
“Sekali lagi, saya sangat mendukung. Kita perlu mendorong bentuk inovasi seperti ini dalam framework pelayanan berbasis riset,” katanya.
Mengenai hal ini, Mantan pembawa acara televisi “Jejak Petualang” Riyanni Djangkaru juga turut memberi komentar atas inovasi penelitian eucalyptus. Kata Riyanni, tanaman ini memang tanaman tua yang sejak dulu terbukti memiliki khasiat untuk kesehatan.
“Aku emang suka pake sih di masker sejak wajib masker, dan beberapa essential oil lain yg diketahui fungsinya untuk anti virus. Jadi aku percaya penelitian Kementan sangat ilmiah dan penuh riset,” katanya.
Menurut Riyanni, pengetahuan dan riset yang dihasilkan orang-orang dari negara bagian timur seringkali diremehkan, bahkan dikucilkan. Sehingga banyak orang lebih percaya pengobatan modern ketimbang apa yang disebut tanaman herbal.
“Pengetahuan dunia timur ini seringkali dianggap bertolak belakang dengan apa yg dipercaya dan dibuktikan oleh dunia barat. Menurut saya, tidak ada salahnya hasil penelitian dari kementan ini diapresiasi sebagai salah satu alternatif pendukung gaya hidup pada situasi pandemi seperti sekarang ini tanpa mengkompromisir ketentuan protokol kesehatan yang sudah ditentukan,” tutupnya.
Sebagai informasi, Kementan sudah melakukan kerjasama dengan fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin dan fakultas kedokteran Universitas Indonesia dalam melakukan pengembangan penelitian dan riset.
Dalam kerjasama ini kementam berencana akan mengkormesilkan produk imovasi melalui lisensor yang melisensi produk dari Kementan yaitu PT Eagle Indopharma.