MONITOR, Jakarta – Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) Sekretariat Jenderal berkomitmen mencetak para kader Penggerak Moderasi Beragama dan Ekoteologi pada Lembaga Pendidikan Keagamaan.
Hal itu dikatakan Kepala Puspenma Ruchman Basori, yang hadir memberikan materi Pelatihan Moderasi Beragama dan Internalisasi Ekoteologi, Jumat (21/11/25) di Tulungagung.
“Para aktor utama pendidikan keagamaan, dosen, guru, kyai, ustadz, harus ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya dalam hal moderasi beragama dan ekoteologi, sehingga berada di garda terdepan,” tegas Ruchman.
Di hadapan 60 peserta, Aktivis 1998 ini mengatakan Pelatihan Penguatan Moderasi Beragama dan Internalisasi Ekoteologi didesain untuk menciptakan kader-kader penggerak Moderasi Beragama dan Ekoteologi agar cakap dan trampil mengimplementasiakan pada lingkungan pendidikannya masing-masing.
Pelatihan ini merupakan jenis beasiswa non degree yang dibiayai oleh Lembaga Pengelola dana Pendidikan (LPDP) tahun anggaran 2025. Selain itu ada Pelatihan Multimedia Pesantren dan Language and Academic Preparation Program (LAPP) untuk para calon Awardee S2 dan S3 yang telah lulus seleksi Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) Kemenag ke Luar Negeri.
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU Tulungagung) kembali dipercaya oleh Kementerian Agama RI sebagai Perguruan Tinggi Penyelenggara (PTP) dalam Pelatihan Moderasi Beragama dan Internalisasi Ekoteologi Tahun 2025.
Selain UIN SATU, Kemenag juga menunjuk tiga PTKIN lainnya untuk menjadi PTP Pelatihan Moderasi Beragama, yaitu UIN Sunan Gunungdjati Bandung, UIN Sunan Kudus dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kegiatan nasional ini berlangsung selama tujuh hari, dari mulai tanggal 19–25 November 2025. Pelatihan ini diikuti oleh 60 peserta dari berbagai provinsi, Satuan Kerja Kementerian Agama, perwakilan Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) se-Indonesia, guru dan tenaga kependidikan serta kalangan pondok pesantren.
Kegiatan di buka oleh Rektor UIN SATU Tulungagung, Abd. Aziz pada 19 November 2025. Abdul Aziz mengatakan Indonesia merupakan bangsa yang dianugerahi keberagaman agama, budaya, dan keyakinan. Karena itu, Moderasi Beragama bukanlah upaya membentuk ajaran baru, melainkan memperkuat cara beragama yang adil, berimbang, serta menghargai perbedaan.
“Moderasi beragama bukan berarti kita membuat agama baru, tetapi cara untuk memastikan bahwa cara kita beragama tetap adil, proporsional, dan tidak saling menegasikan,” tegasnya.
Guru Besar UIN SATU ini juga menguraikan bahwa manusia diberi mandat sebagai khalifah fil ardhi, yakni pemakmur dan penjaga bumi. Dalam perspektif tersebut, ekoteologi menjadi pendekatan penting untuk menumbuhkan kesadaran spiritual dalam merawat lingkungan dan keberlanjutan hidup.
Ia mencontohkan pentingnya kemampuan berpikir panjang, termasuk memahami bahwa satu butir nasi yang kita makan melibatkan proses dan tangan banyak orang, mulai dari menanam, memanen, berdagang, hingga memasak. Menurutnya, kesadaran ini sering kali tidak muncul pada generasi Z yang cenderung pragmatis.
Lebih lanjut, Prof. Aziz menyampaikan bahwa konsep Religreen yang digagas oleh Menteri Agama merupakan wujud nyata internalisasi ekoteologi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui program itu, nilai-nilai keberagamaan dipadukan dengan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.
Rektor UIN SATU menyampaikan apresiasi kepada Puspenma Kementerian Agama, atas kepercayaan yang diberikan kepada UIN SATU Tulungagung, sebagai Perguruan Tinggi Penyelenggara.
Sebagaimana diketahui Kemenag pada tahun 2025 telah merekrut Awardee BIB 1.029 orang yang mengambil studi S1, S2 dan S3 di Dalam dan Luar Negeri. Data PUSPENMA menunjukan, sejak tahun 2022 BIB telah diberikan kepada kurang lebih 7.800 orang Awardee.