Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif. (Ist)
MONITOR, Jakarta – Industri manufaktur nasional terus menunjukkan ketahanannya di tengah dinamika ekonomi global maupun domestik yang masih bergerak dinamis. Hal ini tercermin dari capaian Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Oktober 2025 yang tetap berada di zona ekspansi dengan nilai 53,50, meningkat 0,48 poin dibandingkan bulan September 2025 sebesar 53,02, serta lebih tinggi dari capaian pada periode yang sama tahun lalu yaitu 52,75 poin. Pencapaian ini menandai konsistensi optimisme pelaku industri dalam menjaga aktivitas usaha sepanjang tahun 2025.
Kondisi makroekonomi dalam negeri juga memberikan fondasi yang stabil bagi sektor industri. Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate pada level 4,75 persen pada Oktober 2025, yang memberi ruang bagi pelaku usaha untuk menjaga akses pembiayaan tetap terjangkau. Selain itu, neraca perdagangan yang terus mencatat surplus hingga 64 bulan berturut-turut serta pertumbuhan ekonomi nasional Triwulan – II 2025 sebesar 5,12 persen (yoy) turut memperkuat keyakinan industri dalam melanjutkan ekspansi.
“Dari 23 subsektor industri pengolahan yang dianalisis, terdapat 22 subsektor yang mengalami ekspansi dengan kontribusi sebesar 98,8 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas Triwulan – II 2025. Kemudian, satu subsektor mengalami kontraksi yaitu Industri Tekstil (KBLI 13), yang masih terdampak pelemahan konsumsi dalam negeri serta tekanan dari peningkatan impor benang dan kain,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif pada kegiatan Rilis IKI Oktober 2025 di Jakarta, Kamis (30/10).
Sejalan dengan itu, Jubir Kemenperin menyampaikan dukungan terhadap pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yang saat ini berfokus pada pemberantasan rokok ilegal dan pakaian thrifting. “Ketegasan seperti itu kan arahan dari Presiden Prabowo dan merupakan hal yang positif. Jadi kami tentu mendukung karna itu melindungi industri dalam negeri kita,” katanya.
Jubir Kemenperin menjelaskan, dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi yaitu Industri Pengolahan Tembakau (KBLI 12) serta Industri Kertas dan Barang dari Kertas (KBLI 17), yang ditopang oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor. Beberapa subsektor juga menunjukkan sinyal positif, seperti Industri Kayu, Barang dari Kayu, dan Gabus serta Barang Anyaman dari Bambu, Rotan, dan sejenisnya (KBLI 16) yang mencatat kenaikan IKI berkat pesanan ekspor akhir tahun, terutama ke Jepang dan Eropa.
Dilihat dari komponen pembentuk indeks, peningkatan IKI bulan Oktober ditopang oleh menguatnya permintaan (demand) yang tercermin pada variabel pesanan baru, naik 1,46 poin menjadi 55,25, serta persediaan yang tetap ekspansif di level 56,52, meningkat 0,66 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Di samping itu, variabel produksi masih berada pada fase kontraksi pada angka 48,57.
“Fase kontraksi pada produksi ini telah terjadi selama lima bulan berturut-turut. Kondisi tersebut menunjukkan pelaku industri masih berhati-hati dalam menambah output produksi, mengingat permintaan belum sepenuhnya pulih dan banyak perusahaan masih memanfaatkan stok yang tersedia,” katanya.
Adapun Industri Kertas dan Barang dari Kertas (KBLI 17) mengalami peningkatan permintaan pada produk kemasan makanan, minuman, dan kertas tisu yang didorong oleh kebijakan pembatasan penggunaan kemasan plastik. Di sisi lain, Industri Kendaraan Bermotor, Trailer, dan Semi Trailer (KBLI 29) mencatat penjualan kendaraan listrik (EV) mencapai 55.225 unit sepanjang Januari–September 2025, melampaui total penjualan sepanjang tahun 2024.
Sementara itu, Industri Furnitur (KBLI 31) mendapatkan dorongan positif melalui Program Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang mendorong peningkatan permintaan produk lokal melalui e-katalog pengadaan pemerintah dan pemulihan pesanan dari pasar ekspor.
Jika ditinjau berdasarkan orientasi pasar, kinerja industri berorientasi ekspor dan domestik sama-sama menunjukkan perbaikan. IKI berorientasi ekspor naik 0,36 poin ke level 54,35 pada Oktober 2025 dari 53,99 pada September 2025. Sementara itu, IKI berorientasi domestik juga meningkat 0,42 poin ke level 52,34. Keduanya masih berada di zona ekspansi. “Nampaknya kami melihat ada semacam rebound dari peningkatan belanja pemerintah untuk produk industri dalam negeri,” kata Febri.
Optimisme pelaku industri pun menunjukkan tren peningkatan. Tingkat optimisme terhadap kondisi usaha enam bulan mendatang naik dari 69,6 persen pada September menjadi 70,5 persen pada Oktober 2025, sementara tingkat pesimisme menurun dari 6,1 persen menjadi 5,4 persen. Secara umum, 77,9 persen responden menyatakan kegiatan usahanya membaik atau stabil, naik dari 77,6 persen pada bulan sebelumnya. Dari jumlah tersebut, 31,0 persen responden menyebut kondisi usahanya membaik, sementara 46,5 persen menyatakan stabil, dan hanya 22,2 persen yang menilai kondisi usahanya menurun.
“Kemenperin terus berupaya menjaga kepercayaan pelaku industri dengan memastikan kebijakan yang berpihak, seperti penguatan pasar domestik, peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN), pengendalian impor selektif, serta jaminan energi industri yang kompetitif,” tuturnya.
Selain itu, pemerintah juga fokus memperkuat daya saing melalui peningkatan efisiensi rantai pasok dan mendorong ekspor berbasis nilai tambah. Program strategis yang dijalankan di antaranya perpanjangan Program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) bagi tujuh sektor industri, fasilitasi sertifikasi TKDN, dan penguatan struktur industri berbasis sumber daya lokal.
“Dengan kinerja industri yang tetap ekspansif dan optimisme pelaku usaha yang terus meningkat, sektor manufaktur diyakini akan semakin berperan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional dan penyerapan tenaga kerja pada periode mendatang,” pungkas Febri.
MONITOR, Depok - Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Syarif…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan keprihatinan mendalam atas kasus 110 warga…
MONITOR, Jakarta - Forum Jurnalis Wakaf dan Zakat Indonesia (Forjukafi) menggelar seminar Wakaf Preneur yang…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi II DPR RI, Muhammad Khozin mengungkap perkembangan pembahasan revisi Undang-Undang…
MONITOR, Jakarta - Di tengah kondisi ekonomi dan lingkungan bisnis yang cukup menantang, PT Jasa…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi VIII DPR RI sekaligus Anggota Panitia Kerja (Panja) Haji, Maman…