Dirjen IKMA Kementerian Perindustrian, Reni Yanita
MONITOR, Jakarta – Kementerian Perindustrian berkomitmen mendukung pengembangan industri kerajinan dalam negeri melalui berbagai kegiatan pendampingan dan fasilitasi, yang bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan Pemerintah Daerah. Sinergi yang dilakukan ini untuk membawa industri kerajinan nasional menguasai pasar lokal dan menembus pasar global sehingga memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian dan kesejahteraan pelaku industrinya.
Dekranas adalah salah satu pihak yang aktif berkolaborasi dengan Kemenperin dalam memajukan industri kerajinan nasional. Lembaga independen yang didirikan pada tahun 1980 ini bersifat nirlaba, yang menjadi wadah berhimpunnya pemangku kepentingan bidang kerajinan Indonesia untuk mengembangkan produk kerajinan dan meningkatkan kehidupan pelaku bisnisnya, yang sebagian besar merupakan kelompok usaha kecil dan menengah (UKM) maupun industri kecil dan menengah (IKM).
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita, yang juga sebagai Sekretaris Jenderal Dekranas, mengungkapkan bahwa industri kerajinan Indonesia terus menunjukkan ketangguhan yang luar biasa, dengan berhasil menjaga stabilitas nilai ekspornya secara konsisten sejak tahun 2021 setelah masa pandemi Covid-19.
“Hal ini menjadi pelecut bagi kita semua untuk dapat terus membina pelaku industri kerajinan yang telah dikelompokkan berdasarkan bahan bakunya oleh UNESCO, meliputi kelompok keramik atau tanah liat, serat alam, tekstil atau lembaran kain, kayu-kayuan, batu-batuan, logam, material alam lainnya, dan material hasil olahan dari bahan alami,” kata Dirjen IKMA dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (22/6).
Reni mengemukakan, sektor industri kerajinan dalam negeri mampu menghasilkan kinerja ekspor yang cukup gemilang sebesar USD679,02 juta sepanjang tahun 2024, dan telah mencapai angka USD 158,78 juta pada triwulan I tahun 2025. “Kinerja solid ini menjadi sinyal kuat bahwa peluang di pasar ekspor untuk produk kriya nusantara masih terbuka sangat lebar,” ujar Reni.
Beberapa waktu lalu, Dirjen IKMA memberikan pemaparan secara daring pada acara Rakerda dan Pengukuhan Pengurus Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat. Reni menyampaikan, Indonesia juga mampu menduduki peringkat ke-15 sebagai negara eksportir produk kerajinan terbesar di dunia, dengan tujuan ekspor utama ke China, Taiwan, Amerika Serikat, Jepang, dan Belanda.
“Data ini menunjukkan adanya potensi penerimaan pasar yang besar bagi produk kerajinan Indonesia di berbagai belahan dunia, yang harus dikembangkan melalui sinergi dan kolaborasi antar stakeholder,” tuturnya.
Oleh karena itu, lanjut Reni, pemerintah pusat bersama Dekranas tetap membutuhkan dukungan dari para pemangku kepentingan di daerah, yaitu melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan Pemerintah Daerah, pada tingkat Kota, Kabupaten, hingga tingkat Provinsi.
Apalagi, dalam menghadapi tantangan dan persaingan pasar yang semakin kompleks, industri kerajinan perlu memiliki tiga kekuatan utama yang harus terus ditingkatkan. Pertama, kekuatan branding, yang merupakancitra dan cerita dari produk itu perlu dibangun sehingga mudah dikenal dan dipercayai oleh pasar.
“Kekuatan selanjutnya adalah packaging, di mana produk harus dikemas secara baik dan menarik sehingga dapat menarik perhatian calon pembeli, serta terlindungi dalam proses distribusi dan pengirimannya,” jelas Reni.
Kekuatan pamungkas, yang tidak kalah pentingnya adalah desain produk. Hal ini yang harus terus dikembangkan karena merupakan faktor yang sangat penting bagi sebuah produk di era persaingan pasar saat ini. “Penggabungan aspek fungsi, estetika, dan identitas mampu menjadikan produk lebih unggul dan diminati,” imbuhnya.
Reni menegaskan, pelaku industri kerajinan juga perlu untuk diberikan edukasi tentang perkembangan tren pasar, teknologi yang mampu memudahkan proses produksi hingga pemasaran, serta pemahaman tentang standar produk yang dipersyaratkan di berbagai negara tujuan ekspor.
Selain itu, perlunya arah kebijakan Dekranasda dalam melaksanakan program dan kegiatan yang mengacu pada visi dan misi Dekranas yang tertuang dalam AD/ART Dekranas, di antaranya adalah regenerasi SDM perajin, peningkatan daya saing produk, penguatan kemitraan dan kerja sama antar stakeholder, perluasan akses pasar, penumbuhan wirausaha baru, pembangunan ekosistem industri kerajinan melalui penguatan potensi kerajinan lokal, serta mendorong IKM kerajinan masuk ke dalam rantai pasok global.
“Pembina sektor industri wastra dan kerajinan harus menentukan langkah-langkah strategis terhadap pengembangan industri wastra dan kerajinan melalui diskusi yang membangun dan inklusif,” ungkapnya.
Pada tahun 2025, Dekranas memiliki beberapa Program Kerja Pokok, yaitu Musyawarah Nasional Dekranas, Perayaan HUT Dekranas, Pelatihan dan Pendampingan Produk Kriya, Dekranas Award, serta Pameran Kriyanusa. “Besar harapan kami agar seluruh Program Kerja Pokok di Tahun 2025 dapat melibatkan berbagai stakeholder mulai dari Pemerintah Pusat, Daerah, akademisi, desainer, influencer, asosiasi hingga marketplace sehingga dampak yang dirasakan akan semakin masif dan berkelanjutan,” tambah Reni.
Pada acara Rakerda Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat, juga turut dilaksanakan Pengukuhan Pengurus Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat Masa Bakti Tahun 2025 – 2030, yang mengangkat tema “Melestarikan Warisan, Menciptakan Nilai Regenerasi, Kolaborasi dan Inovasi untuk Kerajinan Kalbar Berdaya Saing”. Peserta Rakerda terdiri dari perwakilan Dekranasda Kabupaten dan Kota se-Kalimantan Barat, serta Pengurus Dekranasda Provinsi Kalbar.
Ketua Dekranasda Provinsi Kalbar, Erlina Ria Norsan mengungkapkan bahwa Dekranasda Provinsi Kalbar berkomitmen mengangkat kerajinan lokal Kalbar ke tingkat yang lebih strategis. “Tidak hanya sebagai simbol budaya, namun juga sebagai kerajinan khas daerah yang memiliki nilai ekonomis sebagai penggerak perekonomian masyarakat,” terangnya.
Erlina menuturkan, Provinsi Kalbar memiliki berbagai produk kerajinan khas, seperti anyaman, tenun, hingga ukiran, yang merupakan hasil karya tangan-tangan terampil masyarakat yang penuh makna dan budaya. Menurutnya, potensi produk lokal Kalbar harus mampu beradaptasi dengan dinamika perekonomian agar mampu bertahan dan menjadi penghidupan para perajin.
“Tentunya dalam upaya tersebut, kita harus terus menjalin kerja sama dengan pemerintah pusat, akademisi, hingga komunitas kreatif,” tutupnya.
MONITOR, Jakarta - Senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari D.I. Yogyakarta, Dr. H. Hilmy…
MONITOR, Jakarta - Guru Besar IPB University Prof. DR. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S menjadi pembicara…
MONITOR, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo, mengambil langkah cepat dalam mengatasi tanggul…
MONITOR, Jakarta - TNI bersama unsur pengamanan lainnya bergerak cepat dan sigap dalam menanggapi informasi…
MONITOR, Jakarta - Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan memastikan bahwa proses pemulangan…
MONITOR, Nganjuk - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, melakukan pemantauan langsung pelaksanaan…