PARLEMEN

Status Kaldera Toba Terancam Dicabut, Puan Minta Pemerintah Gerak Cepat Sikapi Kartu Kuning UNESCO

MONITOR, Jakarta – Ketua DPR RI Puan Maharani merespons kabar terkait keanggotaan Geopark Kaldera Toba yang terancam dicabut sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGGp). Puan meminta Pemerintah untuk bertindak cepat dan terkoordinasi menyikapi ‘kartu kuning’ dari UNESCO terhadap status danau terbesar di Indonesia tersebut.

“DPR mengingatkan dengan tegas seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah untuk segera melakukan langkah konkret dan terkoordinasi menyelamatkan status UNESCO Global Geopark (UGGp) Kaldera Toba yang kini terancam dicabut,” kata Puan Maharani, Kamis (22/5/2025).

Seperti diketahui, ancaman dicabutnya status keanggotaan Geopark Kaldera Toba sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGGp) terjadi setelah dua tahun masa pembenahan yang diberikan UNESCO tidak dimanfaatkan secara optimal oleh pihak pengelola.

Ketua Pusat Studi Geopark Indonesia, Wilmar E Simandjorang mengatakan bahwa waktu yang tersisa untuk perbaikan Kaldera Toba yang berada di Sumatera Utara itu hanya tinggal satu bulan sebelum tim asesor UNESCO datang melakukan evaluasi ulang pada Juni 2025.

Seharusnya, keanggotaan Kaldera Toba sejak resmi menjadi anggota UGGp pada 7 Juli 2020 dalam Sidang Ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, bisa memperkuat pembangunan berbasis geopark yang mencakup tiga pilar utama. Yakni pemberdayaan masyarakat lokal, edukasi, dan konservasi.

Namun sejak diberi peringatan atau ‘kartu kuning’ oleh UNESCO pada September 2023, empat rekomendasi penting belum dijalankan secara maksimal. Empat rekomendasi tersebut diantaranya peningkatan kegiatan edukasi berbasis riset, revitalisasi dan optimalisasi badan pengelola, pelaksanaan pelatihan manajemen untuk memahami prinsip-prinsip geopark global, dan peningkatan visibilitas melalui pembangunan gerbang, monumen, dan panel interpretasi

Menurut Puan, ‘yellow card’ dari UNESCO sejak September 2023 itu merupakan sinyal tak biasa. Ia menegaskan, status Geopark Toba bukan sekadar label internasional, namun adalah cermin komitmen bangsa dalam menjaga ekologi, budaya, dan keberlanjutan pembangunan.

“Selain menjadi tantangan, peringatan dari UNESCO ini juga menguji keseriusan kita dalam menjaga warisan dunia yang tidak ternilai,” tegas Puan.

“Kalau status UGGp sampai dicabut, ini bukan hanya kegagalan administratif, tetapi pukulan telak terhadap kredibilitas kita sebagai negara yang menjadikan pariwisata sebagai sektor strategis nasional,” sambung cucu Proklamator RI Sukarno itu.

Puan lantas menyoroti pentingnya percepatan revisi Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2019 agar sejalan dengan nomenklatur kelembagaan terbaru. Ia menilai, koordinasi lintas sektor saat ini masih belum optimal karena kerangka hukum belum diperbarui.

“Ini urusan serius, jangan sampai tersandera oleh ketidaksinkronan birokrasi,” ucap Puan.

Lebih lanjut, mantan Menko PMK tersebut meminta Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba untuk tidak bekerja setengah hati. Puan mengimbau semua pihak terkait untuk melakukan kerja maksimal terhadap empat rekomendasi utama UNESCO.

“Rekomendasi UNESCO harus dilakukan secara terukur, transparan, dan akuntabel,” sebut perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.

Puan memastikan, DPR mendukung penuh segala intervensi yang dilakukan guna mempertahankan status keanggotaan Kaldera Toba di UNESCO. Ia meyakini semua rakyat Indonesia turut mendukung upaya mempertahankan Kaldera Toba agar terus mendapat pengakuan global.

“Toba adalah salah satu wajah Indonesia di mata dunia. Jika kita gagal menjaganya, maka yang dipertaruhkan bukan hanya status geopark, tapi juga reputasi global kita dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan,” tutur Puan.

Dengan posisi Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi geopark terbanyak di dunia, Puan menilai kehilangan status UGGp Kaldera Toba akan menjadi preseden buruk. Ia pun menegaskan bahwa DPR RI siap mendorong pembahasan lintas komisi untuk mengawal percepatan perbaikan, termasuk dari sisi regulasi, anggaran, hingga pengawasan.

“Ini bukan lagi urusan Sumatera Utara saja, ini urusan nasional. Kita tidak boleh kalah oleh kelalaian administratif. Kaldera Toba harus diselamatkan sekarang, bukan nanti,” pungkas Puan.

Recent Posts

Saksi Anak Diduga Diintimidasi di Peradilan Kasus Oknum Polisi Tembak Siswa, DPR: Sejak Awal Sarat Kejanggalan

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI, Abdullah mendesak seluruh pihak turut mengawasi proses…

30 menit yang lalu

Bupati Bondowoso Buka Festival Muharram 1447 H dan Luncurkan ‘Bondowoso Berkah’

MONITOR, Bondowoso - Bupati Bondowoso KH Abdul Wahid Hamid meluncurkan “Bondowoso Berkah”, sebuah komitmen dan…

32 menit yang lalu

DPR Bentuk Tim Supervisi, Puan: Penulisan Ulang Sejarah Harus Dilaksanakan Sejelas-jelasnya

MONITOR, Jakarta - DPR RI membentuk tim untuk melakukan supervisi terhadap penulisan ulang sejarah yang…

1 jam yang lalu

Menteri PU Pastikan 63 Lokasi Sekolah Rakyat Tahap IA Siap untuk Tahun Ajaran Baru 14 Juli 2025

MONITOR, Bekasi - Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo memastikan dukungan sarana dan prasarana Sekolah Rakyat…

2 jam yang lalu

Bulan Sabit Merah Indonesia Kembali Berangkatkan 6 Dokter Sepsialis ke Gaza

MONITOR, Jakarta - Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) kembali mengirimkan Emergency Medical Team (EMT) ke-3…

4 jam yang lalu

Memperkuat Ekosistem SDM BUMN Menuju Kepemimpinan Adaptif, Jasa Marga dan Jasa Raharja Tandatangani MoU Talent Mobility

MONITOR, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan PT Jasa Raharja menegaskan komitmen sinergi…

6 jam yang lalu