PARLEMEN

Legislator Minta Pemerintah Libatkan Akademisi dalam Realisasi Investasi Industri Ekstratif

MONITOR, Jakarta – Pemerintah melibatkan pakar dan akademisi dalam realisasi investasi bidang ekstratif (pertambangan). Pelibatan akademisi diusulkan anggota komisi XII DPR RI Ratna Juwita, agar pemerintah dapat menghitung secara cermat dan lebih komprehensif untuk mempertimbangkan dampak yg akan muncul akibat dari kerugian ekosistem yg timbul dalam proses pembangunan industri tersebut.

“Yang pertama dan pasti dirugikan dalam industri ekstraktif itu adalah ekositem yang ada di sekitarnya, baik ekosistem alam maupun ekosistem sosial. Jadi dalam kesempatan terhormat ini, saya ingin memberi usulan agar Pak Menteri ikut melibatkan dari sisi akademisi, para pakar lanskap ekologi yang bisa menghitung nilai ekonomis dari ekologi yang harus dikorbankan untuk membangun industri ekstraftif tersebut,” terang Ratna dalam rapat kerja DPR RI dengan Kementerian Investasi dan Hilirisasi di Senayan, rabu (03/12/24).

Lanskap Ekologi adalah bagian dari Ilmu Lingkungan yg selama ini sering diabaikan atas nama pertumbuhan ekonomi. Lanskap ekologi juga cara melihat dan mengelola penggunaan lahan yang beragam dalam satu kesatuan, mempertimbangkan lingkungan alam dan sistem manusia yang bergantung pada lingkungan tersebut. Secara lebih lanjut pendekatan lanskap merupakan pengembangan kesadaran diri mengenai hubungan manusia dan alam berdasarkan ide bahwa aktivitas ekonomi dibatasi oleh kapasitas sumber daya alam serta lingkungan.

Menurut Ratna, dengan mengkalkulasi lanskap ekologi secara ekonomi, akan membuat pengembangan industri ekstraktif tidak sempit hanya dari sudut pandang ekonomi saja namun bisa lebih holistik dari sisi lingkungannya juga.

“Jadi kita harus bisa mengkalkulasinya secara betul. Tidak hanya dari sekedar menimbang lahan yang telah dibebaskan dan kandungan di dalamnya. Tapi juga bagaimana menghitung proses keberlanjutan yang dikorbankan saat indistri tsb didirikan,” sambung legislator dapil Bojonegoro-Tuban ini.

Meski ahli lanskap ekologi di dalam negeri masih minim. Namun, sambung Ratna tetap penting untuk memberi masukan dalam perencanaan-perencanaan pemerintah.

“Karena ini menyangkut SDA (sumber daya alam) yang dimiliki negara. Menurut saya itu tetap perlu menjadi bahan pertimbangan,” tandasnya.

Recent Posts

Menteri Yandri Dampingi Prabowo, Serukan Swasembada Pangan untuk Makmurkan Rakyat

MONITOR, NTT - Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto mendampingi Presiden Prabowo Subianto…

2 jam yang lalu

Dukung Pertamina dalam Penyediaan Energi ke Seluruh Negeri, Pemerintah Bayarkan Dana Kompensasi Triwulan II 2024

MONITOR, Jakarta - PT Pertamina (Persero) kembali menerima pembayaran dana kompensasi dari Pemerintah untuk penyaluran…

4 jam yang lalu

Indonesia Resmi Miliki Pusat Literasi Islam dan Percetakan Al-Quran Kelas Dunia

MONITOR, Bogor - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar, hari ini, Rabu (4/12/2024), meresmikan operasional Gedung…

4 jam yang lalu

BPJPH dan Kementan Pantau RPH Dharma Jaya Cakung, Cek Jaminan Produk Halal

MONITOR, Jakarta - Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) bersama Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan peninjauan…

6 jam yang lalu

Kementerian PU Operasionalkan 196 Km Tol Baru dan Buka Tol Fungsional Sepanjang 120,4 Km

MONITOR, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo dan Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti…

8 jam yang lalu

Percepat Swasembada Pangan Melalui Riset, DPR Minta Litbang Pertanian Melekat di Kementerian

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Subagyo, mengusulkan agar penelitian dan pengembangan…

8 jam yang lalu