PERTANIAN

Kementan Gerak Cepat Atasi Lonjakan Harga Cabai Akibat Perubahan Iklim

MONITOR, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mengatasi tantangan kenaikan harga cabai yang signifikan akibat perubahan iklim ekstrem, termasuk kekeringan yang memengaruhi pasokan air bagi petani cabai. Pemerintah telah mengambil sejumlah langkah yang sangat serius untuk menjaga ketersediaan cabai dan stabilitas harga.

Terpantau, harga cabai di pasar mengalami lonjakan yang cukup tinggi, mencapai Rp100 ribu per kilogram di beberapa tempat, meskipun petani masih menjual dengan harga sekitar Rp 60 ribu per kilogram.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungannya ke SMK 1 Purwakarta menyampaikan bahwa tingginya harga cabai saat ini bersifat musiman dan diyakini akan turun seiring perubahan musim.

“Kalau yang naik tinggi memang cabai, tapi ini kan musiman. Kalau musimnya seperti ini pasti (naik). Tapi yang lain-lain saya lihat bawang merah, bawang putih, telur, dalam kondisi stabil,” ujar Presiden Jokowi.

Tanggap terhadap kenaikan harga cabai, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman telah merencanakan program Kampung Cabai, dengan tujuan memunculkan sentra-sentra baru disetiap kabupaten, serta program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) untuk mendorong masyarakat menanam cabai di pekarangan rumah mereka, dengan bibit unggul yang disediakan secara gratis. Jika hal ini dilakukan oleh setiap rumah tangga, maka diyakini bisa memperkuat ketahanan ekonomi keluarga.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, mengidentifikasi kenaikan harga cabai sebagai akibat dari anomali cuaca yang mengakibatkan kekeringan belakangan ini. Untuk mengatasinya, Kementan telah mengambil langkah-langkah, diantaranya distribusi pasokan dari daerah surplus produksi ke daerah yang kekurangan, serta program pompa sumur dalam.

“Sesuai arahan Pak Menteri, saat ini kami telah mennyiapkan langkah-langkah, termasuk distribusi mobilisasi barang dari daerah surplus produksi ke daerah yang kekurangan dan menambahkan bantuan program pompa sumur dalam sehingga ke depannya masalah ini bisa teratasi. Kami juga telah menerjunkan tim perlindungan, pemasaran, dan perbenihan untuk melakukan gerakan pengendalian, mengadakan pasar murah, serta pembagian benih cabai untuk ditanam di dalam pot,” ujar Prihasto.

Selain itu, Prihasto mengajak para petani untuk memilih varietas cabai dengan bijak dan mengolahnya menjadi produk turunan yang bermanfaat. Meskipun harga cabai mahal, pemerintah menegaskan bahwa tidak akan ada impor cabai segar untuk menjaga stabilitas harga dalam negeri.

Perlu dipahami bahwa produksi cabai nasional mencapai 241.226 ton per bulan, dengan rincian produksi cabai rawit sebesar 124.212 ton dan cabai besar sebesar 117.014 ton. Namun, kebutuhan cabai mencapai 153.440 ton per bulan, dan harga di tingkat grosir bervariasi tergantung jenis varietas.

Menanggapi situasi ini, Ketua Champion Cabai Indonesia, Tunov, menjelaskan bahwa kondisi iklim ekstrem, khususnya kekeringan, telah mempengaruhi produksi cabai. Banyak petani menghadapi kesulitan dalam menanam cabai karena minimnya pasokan air.

Tunov berharap pemerintah dan pemangku kepentingan dapat bersinergi dan memberikan dukungan kepada petani cabai Indonesia untuk memastikan keberlanjutan produksi cabai di masa depan.

Dalam mengakhiri pernyataannya, Tunov mengatakan bahwa kenaikan harga cabai adalah anugerah bagi petani, dan dia berharap masyarakat kota dapat memaklumi situasi ini. Kenaikan harga cabai diharapkan tidak berlangsung lama.

“kenaikan harga cabai adalah sebuah keniscayaan, ini anugerah buat kami sebagai petani, toh biasanya kalau cabai murah, kami yang kelimpungan ngutang sana sini, sekrang cabai harganya tinggi ya Alhamdulillah, kiranya masyarakat kota bisa memaklumilah. Ini tidak lama kok,” tutupnya

Pemerintah terus berkomitmen untuk mengatasi masalah ini dalam jangka pendek dan panjang, dengan harapan agar stabilitas harga cabai dapat dipulihkan dan pasokan terjamin. Langkah-langkah seperti Pekarangan Pangan Lestari, distribusi pasokan, dan perbaikan infrastruktur pertanian menjadi bagian dari upaya tersebut. Menghadapi dinamika perubahan iklim, kerja sama dari semua pihak diharapkan akan membantu menjaga ketersediaan cabai bagi masyarakat.

Recent Posts

Kesamaan Pesan Puan dan Prabowo di Forum G20 Jadi Orkestrasi Komitmen RI Perangi Kelaparan

MONITOR, Jakarta - Isu kemiskinan dan kelaparan menjadi isu yang sama-sama diserukan oleh Ketua DPR…

11 menit yang lalu

Komisi VII DPR Soroti Digitalisasi Hingga Harga Transportasi ke Tempat Wisata

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo meminta Pemerintah untuk…

30 menit yang lalu

Keterbukaan Informasi Publik Elemen Penting dalam Penegakan Hukum

MONITOR, Jakarta - Keterbukaan informasi publik menjadi elemen penting dalam penyelenggaraan pemerintahan demokratis. Keterbukaan informasi…

2 jam yang lalu

Jasa Marga Raih Dua Penghargaan pada Ajang Indonesia Most Trusted Companies Award 2024

MONITOR, Jakarta – PT Jasa Marga (Persero) Tbk. kembali menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih dua…

3 jam yang lalu

Aktivis Cium Aroma Politis Pada Pemanggilan Suami Airin dan Ketua DPRD Banten oleh Kejati

MONITOR, Jakarta - Dipanggilnya Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan dan Fahmi hakim ketua DPRD Provinsi…

4 jam yang lalu

Survei: Elektabilitas Atang-Annida Salip Dedie-Jenal di Pilkada Kota Bogor

MONITOR, Jakarta - Pemilih muda diperkirakan akan memainkan peran penting dalam menentukan hasil Pemilihan Kepala…

4 jam yang lalu