Jumat, 29 Maret, 2024

Tim Riset Dosen UIN Malang Teliti Moderasi Beragama di Radboud University The Netherlands

MONITOR – Tim Peneliti Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang melakukan riset tentang moderasi beragama di Radboud University, The Netherlands, kampus nomor 139 World University Rangkings 2023. Riset ini dilakukan sebagai wujud implementasi Tridharma PT, selain itu juga untuk mendukung program International Recognition and Reputation University melalui riset.

Tim Riset terdiri dari Dr. Mohammad Mahpur, M.Si (Ketua Program Studi S2 Magister Psikologi), Jamilah, MA (Sekretaris Program Studi S3 Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner), Devi Pramitha, M.Pd.I (Sekretaris Program Studi S1 Manajemen Pendidikan Islam) dan Alitha Natriezia, SE (Humas UIN Malang).

Ketua Tim Peneliti, Dr. Mohammad Mahpur, M.Si mengatakan bahwa penelitian ini mengambil tajuk: “Cross sectional studies on Religious Moderation Mainstreaming Strategies and Practices Between UIN Malang and Radboud University” secara general ingin melihat outlook kehidupan beragama di Belanda yang cenderung dikenal sebagai negara sekuler.

Mahpur mensinyalir bahwa selama ini padangan umum tentang sekularisasi dan negara sekuler cenderung melihat bahwa isu-isu agama adalah sesuatu yang tidak relevan di angkat diruang public, karena ideologi utama dari negara sekuler mengadopsi ideologi liberal demokratik.

- Advertisement -

Mahpur meneruskan, beragama atau tidak beragama tidak menjadi hak absolut individu, dengan dalil freedom of choice dan freedom of expression. Hal ini diadopsi secara praktis oleh perguruan tinggi di Belanda, salah satunya oleh Radboud university yang tercantum dalam kebijakan-kebijakan manajerial dan akademiknya.

“Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimaan nilai moderasi beragama diartikulasikan dalam konteks negara yang cenderung dianggap sekuler, sehingga bisa menjadi sebuah lesson learned bagi universitas di Indonesia”, tutur Jamilah, salah satu Anggota Peneliti yang juga sedang menyelesaikan Program PhD di Radboud university.

Prof. Frans J. S Wijsen, salah satu professor emeritus in the Department of empirical and practical religious studies di Universitas Radboud menerima kedatangan Tim Riset UIN Malang mengatakan bahwa “Universitas Radboud awalnya didirikan dengan nama Universitas Katolik dengan misi mempromoiskan emansipasi umat Katolik di Belanda, tapi kini Radboud sangat terbuka dengan agama apapun, tak terkecuali agama Islam.

Lebih lanjut, Frans jg mengatakan “kita memiliki code of conduct atau kode etik berperilaku yang ditetapkan oleh dewan eksekutif sebagai basic value of our society di Radboud University. Beberapa nilai yang ada pada code of conduct, adalah respect to each other, social safety not only in religion but in another aspect, memfasilitasi semua kebutuhan mahasiswa dengan tidak memandang agama, dan masih banyak nilai-nilai lainnya yang sesungguhnya nilai tersebut juga diajarkan di agama Islam.

Pandangan lain disampaikan oleh Fr. Joseph Geelen, salah satu pendeta dan koordinator tempat beribadah bagi semua agama di Radboud University yang melihat bahwa moderasi beragama adalah bagian dari moderasi itu sendiri, yaitu sikap dan praktik untuk respect kepada orang lain dan menjamin agar setiap orang harus merasa bebas bersuara dan bebas mempunyai pilihan.

“Moderasi beragama dijadikan sebagai proses pertemuan lintas agama, seseorang perlu memiliki aturan agar tidak melintasi batas, perlu menaati rambu-rambu lalu lintas agar saling menjaga kepentingan satu dengan yang lainnya”, kata Josep.

Anggota Peneliti lainnya, Devi Pramita, M.Pd.I, Sekretaris Program Studi S1 Manajemen Pendidikan Islam berharap riset yang dilakukan pada tanggal 3-8 Maret 2023 di Radboud University bisa memberikan dampak positif bagi para pembuat dan pengambil kebijakan di kalangan UIN Malang secara khusus untuk menyusun model implementasi moderasi beragama dengan melihat berbagai pengalaman praktis lintas universitas di dunia.

Devi menegaskan bahwa riset ini akan memberikan pelajaran penting bahwa semua orang dengan identitas berbeda dapat tumbuh bersama dengan nilai human being dan dignity of humanity. “Dasar negara Indonesia sudah memberi fundasi filosofis tepat bagi nilai moderasi yang bersifat mendasari bagi kehidupan sosial yang menghargai nilai kemanusiaan untuk tumbuh Bersama”, katanya.(Alitha/RB)

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER