Jumat, 29 Maret, 2024

Mendapat Beasiswa Refleksi Masa Depan

Ruchman Basori
(Ketua Project Managemen Unit (PMU) Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) dan Kasubdit Ketenagaan Direktorat Diktis, Ditjen Pendidikan Islam, Kemenag RI)

Sudah sejak lama Kementerian Agama bercita-cita menjadikan Indonesia sebagai destinasi pendidikan Islam dunia. Karena Indonesia memiliki segalanya. Jumlah Lembaga Pendidikan Islam dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi yang bertjibun yang di dukung dengan para intelektual yang excellence.

Kita juga memiliki ulama-ulama yang memiliki keilmuan kelas dunia yang sejak lama menjalin komunikasi dengan intelektual Islam di Timur Tengah. Sebut saja Syaih Nawawi Al Bantani, Syaih Mahfud At-Tarmasi, Syaih Yusuf Al Makasari, Syaih Abdusamad Al Falimbani dan lain sebagainya menjadi jangkar intelektualisme Indonesia dan dunia di masa awal.

Pondok Pesantren sebagai pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki keilmuan yang genuin menjadi Lembaga Pendidikan untuk mengkaji pelbagai macam khzanah klasik yang kini dipadukan dengan keilmuan modern. Diimbangi dengan Lembaga Pendidikan Tinggi Keagamaan seperti UIN, IAIN dan STAIN yang berkembang sangat pesat.

- Advertisement -

Semuanya ada di Indonesia, termasuk kultur dan tradisi Pendidikan Islam yang moderat, di tengah negara-negara Islam lainnya mengalami gempuran radikalisme bahkan terorisme yang mengkhawatirkan. Sementara Pendidikan Islam di Indonesia tinggal merawat dan mengembangkan sebagai warisan para intelektual generasi awal seperti para Walisongo.

Layanan beasiswa menjadi salah satu piranti untuk mengantarkan anak bangsa memberikan support bagi cita-cita mulia tersebut. Menanam para pemikir, akademisi, professional dan penggerak masyarakat harus diawali dari pendidikan. Indonesia Emas 2045 harus kita sambut dengan ketersediaan sumber daya manusia yang berjibun seiring dengan kebutuhan Indonesia dan tantangan global.

Mendapat Beasiswa

Mendapat beasiswa adalah sebuah keberkahan untuk meraih mimpi-mimpi, yang jika dengan hanya mengandalkan kemampuan sendiri atau orang tua, rasanya agak sulit untuk studi lanjut.

Bisa juga sebuah keberuntungan, karena tidak semua orang bisa mendapatkannya, karena melalui tahapan-tahapan seleksi yang ketat dan melelahkan.

Bagi yang merasa mendapatkan beasiswa karena “kemampuan diri an-sich” atas prestasi yang dimilikinya, kadang ada perasaan superior dan sering kali menuntut haknya. Sementara, bagi mereka yang mendapatkan beasiswa berparadigma, tidak semata-mata karena kemampuan diri, ada peran pihak lain, walau dalam bentuk doa, biasanya dia tidak akan mudah mengatakan itu adalah hak.

Sejatinya mendapatkan beasiswa adalah bertemunya kemauan, kemampuan dan kesempatan. Ada pihak lain yang terus bergerak dan berdoa agar mendapatkan beasiswa tersebut. Kerja keras berpadu padan dengan doa dan harapan.

Lalu ngapain setelah mendapatkan beasiswa? Tentu harus diikuti dengan pembuktian untuk menggunakan kesempatan, untuk melejitkan prestasi yang selama ini dimilikinya seraya mengoptimalkan segala kesempatan yang ada.

Denyut nadi kampus dinikmati, tata pergaulan sosial di masyarakat tempat tinggal baru dimaknai dan juga mengeluarkan segala daya upaya untuk studi lulus tepat waktu sebagai amanah dari se sen demi sen uang rakyat yang diterimanya. Ada jiwa rakyat dari setiap aliran dana yang diterima.

Mendapat beasiswa dengan demikian ada tanggungjawab moral dan sosial sebagai warga bangsa, untuk menjadi bagian perubahan sosial kebangsaan. Dalam konteks Beasiswa Indonesia bangkit (BIB) Kemenag RI yang merupakan beasiswa kolaborasi LPDP-Kemenag menyandarkan diri sebagai ikhtiar menyambut Indonesia Emas 2045.

Memulai Yang Baru

Walau sebelumnya di Kementerian Agama sudah banyak layanan beasiswa, BIB dapat dikatakan sebagai program baru, yang tidak bisa dilepaskan dari Beasiswa 5000 Doktor dalam dan luar negeri, Beasiswa untuk para guru, santri, dosen dan lain sebagainya. Setelah bertransformasi menjadi BIB, maka covering areanya menjadi diperluas baik target sasaran beasiswa, jenis layanan hingga sumber pendanaan.

Kebanyakan dari Project Management Unit (PMU) BIB Kemenag RI adalah sebagai orang baru, walau sebelumnya pernah menangani pelbagai jenis beasiswa, seperti Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) dibawah Direktorat Pdpontren, Beasiswa Adiktis dan juga beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP) di bawah Direktorat Diktis, beasiswa guru pada Direktorat GTK dan Direktorat PAI dan juga beasiswa untuk para siswa madrasah pada Direktorat KSKK.

Dengan tekad, kerja keras, komitmen dan dedikasi yang kami miliki, terutama bermodal semangat, kami mengelola BIB dengan senang dan bangga. Walau diawal pengelolaan diwarisi problem yang tidak gampang yaitu mengelola Beasiswa 5000 Doktor Luar Negeri On Going.

Bagi para penerima BIB Degree, baik S1, S2 dan S3 Tahun 2022 tentu juga sebagai warga baru. Membutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang spirit diselenggarakannya BIB, tidak semata-mata bangga mendapatkan beasiswa ini. Pada saat yang bersamaan menyiapkan sikap mental menjadi penerima beasiswa yang sebelumnya belum pernah ada. Sebagaimana layaknya beasiswa harus benar-benar memahami alur dan mekanismenya terutama pencaiaran anggaran.

Antara Awarde dan PMU BIB harus terjalin kesepahaman yang baik dan komitmen bersama untuk mensukseskan BIB. Salah satunya memenuhi item-item berkas pencairan sekaligus mekanismenya yang harus sama-sama kita yakinkan ke LPDP. Ingat duit beasiswa ini bukan di berangkas Kemenag, tetapi ada di LPDP.
Tanpa bermaksud menutupi kelemahan, dalam setiap beasiswa baik dalam dan luar negeri dalam perjalanannya tidak semulus jalan tol. Ada pemenuhan pelbagai persyaratan yang kadang harus bolak balik verifikasi, keterlambatan pencairan hingga masalah pribadi yang berkelindan dengan masalah beasiswa itu sendiri.

Pengendalian diri, kesabaran dan dedikasi sangat penting untuk menjadi profil penerima beasiswa yang tahan banting. Tidak cengeng dan kerap menyalahkan pihak lain. Apalagi bagi program beasiswa baru yang membutuhkan pondasi yang kuat.

Dengan demikian, mendapat beasiswa harus dipahami tidak semata-mata menagih hak, tetapi harus bersama-sama berkolaborasi, untuk menjemput takdir bangsa 2045 yang kita cita-citakan. Ingat hidup ini tidak hanya mengurusi satu segmen kehidupan, ada banyak cerita-cerita kehidupan yang harus kita ceritakan dengan indah. Wallahu a’lam bi al-shawab.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER