MONITOR, Jakarta – Berbagai aktivitas perekonomian kembali normal setelah libur panjang Lebaran 2022, dengan ditandai menurunnya kasus harian Covid-19. Bahkan pemerintah mulai melonggarkan berbagai syarat untuk bepergian termasuk mudik yang mengakibatkan tingginya mobilitas masyarakat sebelum dan sesudah periode Lebaran.
Di awal tahun 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan harga atau inflasi tahunan per Desember 2021 sebesar 1,87%.
Angka tersebut merupakan angka inflasi tahunan tertinggi dalam 2 tahun terakhir. Penyumbang inflasi terbesar datang dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan kenaikan sebesar 1,6%, diikuti oleh komponen transportasi yang datangnya dari angkutan udara dengan kenaikan sebesar 0,6%.
Keadaan kian diperparah dengan masih berlangsungnya perang Rusia – Ukraina yang menyebabkan harga sejumlah komoditas global dan energi yang semakin melejit tinggi. Sejumlah harga pangan yang merangkak naik seperti harga minyak goreng, harga kedelai yang tinggi dan harga beras yang sudah mulai naik harga juga menjadi pendorong inflasi.
Kondisi ini memicu kenaikan level inflasi di berbagai negara, serta menahan laju pemulihan ekonomi global yang sedang berlangsung, seperti inflasi Turki yang nyaris menyentuh 70 persen pada April lalu, menembus rekor tertinggi selama 20 tahun terakhir.
Lonjakan inflasi yang terjadi sejak tahun lalu tersebut diperparah oleh konflik Rusia – Ukraina yang membuat harga energi dan komoditas semakin meroket. Meskipun begitu, keberhasilan kebijakan PPKM dalam menekan kasus harian akibat Covid-19, membuat
beberapa sektor esensial kembali dibuka, sehingga aktivitas ekonomi pun kembali bergeliat, dan mendorong permintaan masyarakat di tengah kenaikan harga komoditas.
Ditambah dengan kegiatan mudik Lebaran pada tahun ini yang juga turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Terbukti dengan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2022 yang mampu tumbuh kuat sebesar 5,0% (yoy) dan hal ini lebih baik dari beberapa negara lainnya seperti Tiongkok (4,8%), Singapura (3,4%), Korea Selatan (3,0%), Amerika Serikat (4,3%), dan Jerman (4,0%). Perekonomian global sendiri pada tahun ini diperkirakan tumbuh sebesar 3,6% hingga 4,5%.
CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, munculnya varian Omicron Covid-19 beberapa bulan lalu ditambah dengan ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, tentu bukan hal yang mudah bagi Indonesia untuk menahan laju inflasi, kita tetap perlu mengapresiasi kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan pemerintah sampai saat ini dalam melakukan pemulihan ekonomi nasional.
“Pertumbuhan ekonomi pasca Lebaran juga dipastikan akan lebih tinggi, mengingat pandemi yang sekarang semakin mereda dan juga kebijakan pemerintah dalam melonggarkan aktivitas mudik masyarakat selama Lebaran. Namun, ke depannya pemerintah tetap perlu menjaga harga-harga kebutuhan pokok masyarakat, terutama bahan bakar minyak, gas, dan listrik, mengingat kondisi perekonomian global yang masih belum pulih.” tutup Johanna.
MONITOR, Jakarta - Berikut jadwal sepakbola malam ini menyajikan laga menarik antara Ipswich Town bertemu…
MONITOR, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus menjalin sinergi lintas sektor guna meningkatkan efektivitas…
MONITOR, Jakarta - Pertamina Eco RunFest 2024 yang berlangsung di Istora Senayan Jakarta pada Minggu…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) memberi penghargaan kepada lima qari, qariah, dan hafiz yang…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) terus berupaya mengangkat juara Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) internasional…
MONITOR, Jakarta - Ketua Umum PSSI, Erick Thohir berterima kasih kepada para sponsor yang makin…