MONITOR, Jakarta – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, menitikberatkan pentingnya kolaborasi negara-negara dalam merancang solusi berbasis budaya untuk mewujudkan pemulihan yang berkelanjutan.
“Sudah saatnya bagi kita semua untuk bertemu pada hari ini dan mendorong aksi bersama untuk memulihkan sektor budaya. Saya ingin menekankan bahwa kita di sini bukan untuk mencari solusi jangka pendek, tetapi solusi jangka panjang yang menjadikan budaya sebagai pendorong pembangunan berkelanjutan,” ajak Menteri Nadiem kepada para delegasi pertemuan perdana pejabat senior G20 bidang kebudayaan _(1st Senior Officials Meeting/ SOM G20 Culture)_, Jumat (22/4).
Sejalan dengan yang sering ditegaskan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo, Mendikbudristek kembali menyampaikan bahwa kebudayaan adalah DNA bangsa Indonesia.
“Kepemimpinan Kemendikbudristek pada G20 bidang kebudayaan merupakan kesempatan kita untuk membuktikan Indonesia sebagai negara adidaya kebudayaan, dan menunjukkan bahwa Presidensi Indonesia pada G20 mampu mengajak dunia bergotong royong untuk mewujudkan pemulihan bidang kebudayaan. Kebudayaan adalah DNA kita.”
Mendikbudristek menyampaikan lebih lanjut dalam sambutannya, “Sesuai dengan arahan Bapak Presiden agar kita dapat menghadirkan hasil yang konkret dari Presidensi Indonesia, G20 _Culture Ministers’ Meeting_ yang diawali dengan pertemuan perdana SOM G20 Culture ini akan memperkuat aksi kolektif dalam pemulihan bidang seni dan budaya yang terpukul akibat pandemi.”
Menteri Nadiem meyakini bahwa beragam solusi untuk pemulihan dapat diperoleh dari tradisi dan ekspresi budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun dan terbukti berhasil menjaga harmoni antara sesama manusia, juga antara manusia dengan alam. “Kita memiliki sistem pangan lokal yang menghormati martabat makhluk hidup, praktik fesyen berkelanjutan yang mendukung pemanfaatan bahan-bahan alami, serta pengetahuan dan teknologi yang mendorong gaya hidup ramah lingkungan. Itu yang dapat kita tawarkan untuk dunia,” tutur Nadiem.
Selanjutnya, terang Mendikbudristek, pertemuan tingkat pejabat tinggi bidang kebudayaan ini akan membahas beberapa tantangan dan potensi terkait agenda pemulihan global berkelanjutan yang berkesesuaian dengan tema _‘Culture for Sustainable Living’_ atau ‘Kebudayaan untuk Kehidupan Berkelanjutan’.
“Nantinya jika disepakati bersama, secara resmi kita akan meluncurkan _‘Global Arts and Culture Recovery Fund’_ yang diprakarsai oleh kepemimpinan Kemendikbudristek pada Presidensi G20 Indonesia. Hanya melalui kolaborasi global, kita dapat pulih bersama dan bangkit dari masa yang penuh tantangan ini,” tegas Mendikbudristek.
Dengan dukungan dari Negara-negara Anggota G20, negara-negara undangan khusus, dan UNESCO, jelas Mendikbudristek, platform pendanaan kebudayaan _‘Global Arts and Culture Recovery Fund’_ akan berperan sebagai sarana pendukung pemulihan sektor ekonomi kebudayaan, terutama di negara-negara berkembang yang dihantam keras oleh pandemi.
Puncak dari G20 bidang Kebudayaan adalah _Culture Ministers’ Meeting_ yang akan diselenggarakan di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada 12 dan 13 September 2022. Pada pertemuan para Menteri Kebudayaan ini, Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan, antara lain Kirab Budaya, Rapat Raksasa, Konser G20, dan Ruwatan Bumi.
Kirab Budaya dan Rapat Raksasa rencananya akan dihadiri oleh tidak kurang dari 2.000 pelaku budaya, masyarakat adat, dan komunitas budaya. Sedangkan Konser G20 akan melibatkan kolaborasi musisi dari negara-negara G20. Selain itu, Ruwatan Nusantara, Student Festival, Indonesia Bertutur, Konferensi Internasional Kebudayaan Indonesia, dan beragam kegiatan lainnya akan diselenggarakan untuk menyukseskan G20 bidang Kebudayaan.