Jumat, 19 April, 2024

FGD Blue Carbon, Tonggak Awal Pertamina Foundation dan Universitas Pertamina Mewujudkan Nol Emisi

MONITOR, Jakarta – Perubahan iklim yang terjadi saat ini menuntut perusahaan-perusahaan untuk bertindak dalam transisi energi. Isu transisi energi sempat disinggung oleh juru bicara pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia, Maudy Ayunda. Maudy membeberkan tiga isu prioritas pada Media Brief bersama Juru Bicara G20 di Kemenkominfo (07/04/2022), salah satunya isu transisi energi berkelanjutan.

Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud S. Asngari, mengatakan, untuk mengatasi perubahan iklim transisi energi harus dibarengi dengan penyeimbangan karbon yang dihasilkan dari solusi berbasis alam atau nature based solution (NBS). NBS mencakup proyek yang melindungi, meningkatkan, atau memulihkan ekosistem alami untuk menghindari emisi karbon dioksida (CO2) atau menyerap CO2 dari atmosfer.

“NBS menjadi penting untuk saat ini karena sejumlah alasan. Pertama, transisi ke masa depan tanpa karbon adalah tantangan besar di mana teknologi akan menjadi kuncinya tetapi juga alam memiliki peran penting untuk dimainkan. Alam adalah solusi yang terbukti telah menangkap dan menyimpan karbon selama ribuan tahun, tersedia dalam skala besar saat ini dan terjangkau,” ungkap Agus. 

Untuk itu, Pertamina Foundation bersama Universitas Pertamina (UPer) menginisiasi program NBS bernama Blue Carbon, yaitu percepatan nol emisi memanfaatkan ekosistem pesisir dan laut.

- Advertisement -

Diawali dengan menyelenggarakan Forum Group Discussion (FGD) pada 5-6 April 2022. Forum ini menggandeng para pakar, seperti Hari Wibowo selaku PEH Ahli Muda Direktorat MPV dan GRK, M. Arsyad Al Amin selaku Kepala Pusat Kajian Sumberdaya dan Pesisir IPB, Agus Bei selaku local heroes, akademisi dari UGM dan Universitas Mulawarman serta sosok lainnya.

FGD membahas beberapa agenda, mulai dari MPV kredit karbon, penanaman dan perawatan mangrove serta pohon terrestrial, dan penghitungan karbon.

Prof. Dr. Wawan Gunawan A. Kadir, M.S., Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan dan Kerjasama Universitas Pertamina, menyebut blue carbon sebagai salah satu inisiatif G20 yang sangat cocok dengan kondisi Indonesia.

“Indonesia memiliki luasan kawasan mangrove sekitar 3,2 juta hektar dan luas padang lamun 3 juta hektar. Ini potensi blue carbon yang luar biasa. Apalagi jika dikombinasikan dengan inisiatif-inisiatif lain dalam mengurangi emisi karbon. Misalnya Carbon Capture, Utilization & Storage yang risetnya juga dikembangkan di Universitas Pertamina,” jelas Wawan.

Agus menambahkan FGD tidak hanya berhenti pada diskusi, melainkan akan diimplementasikan dengan penanaman dan konservasi.

“Blue Carbon initiative menjadi spesialisasi baru bagi Pertamina Foundation. Oleh karena itu, dengan dukungan CSR PT Pertamina (Persero), C&T Pertamina, dan kehadiran para akademisi, ahli, dan ekspertis pada FGD ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pada implementasi dan keberlangsungannya. Kami yakin, blue carbon ini sebagai proyek nature based solution mampu membantu kontribusi Pertamina dalam mewujudkan zero emission,” tutup Agus.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER