MONITOR, Depok – Ketua RW di suatu Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, US membenarkan bahwa sejumlah anak di wilayahnya telah menjadi korban tindakan asusila sesama jenis. Aksi tersebut dilakukan oleh anak remaja seorang pejabat lurah di Pemerintah Kota (Pemkot) Depok.
Informasi tindakan asusila yang dialami sejumlah anak laki-laki berusia 5-6 tahun itu, terungkap usai salah seorang keluarga korban, D melaporkan kepada US.
“Ada keluarga korban yang datang ke saya melapor untuk minta solusi terkait anaknya (telah menjadi korban asusila),” kata US saat ditemui MONITOR di rumahnya, di Kecamatan Pancoran Mas, Sabtu (15/01/2022).
US menjelaskan, berdasarkan informasi yang diperoleh, aksi tindakan asusila tersebut tidak hanya dilakukan tehadap seorang anak. Diduga masih ada korban-korban lainnya.
“Untuk korban yang datang ke saya, itu cuma satu orang. Tapi setelah dikembangkan, saksi pernah diajak, pernah dipaksa, pernah disuruh (melakukan tindakan asusila),” jelasnya
“Ya mungkin, namanya anak itu (saksi) pinter, ia bisa lari. Dari cerita dia, dia lari, dia takut. Korban ini karena masih berusia kisaran 5-6 tahun lebih, tidak bisa apa-apa, mungkin karena takut sama pelaku,” sambung US melanjutkan.
Lebih lanjut US mengatakan, akibat tindakan asusila tersebut, warga pun merasa resah lantaran belum ada penanganan dan pendampingan terhadap para korban dan terduga pelaku dari instansi terkait. Disinyalir peristiwa ini ditutup-tutupi oleh sejumlah pihak.
Hasil penelusuran MONITOR, keresahan warga diduga lantaran kurangnya pertanggungjawaban dari pejabat lurah tersebut kepada para korban dan keluarganya. Terlebih, peristiwa itu telah terjadi beberapa pekan lalu.
“Kalau keresahaan pasti ada, karena semuanya punya anak, termasuk saya sendiri juga punya anak kecil. Takutnya di luar sana bisa saja terjadi. Sekarang ini terjadi terhadap anak tetangga saya. Bisa jadi kemungkinan besok-besok terjadi kepada keluarga saya, karena tidak diberikan solusi atau pendidikan-pendidikan masalah seks itu tadi.”
“Warga disini merasa khawatir, apalagi anak-anak yang menjadi saksi itu merasa takut, resah. Sekarang bisa dikatakan pada takut main sama anak tersebut karena belum ada solusi atau kejelasan. Jadi, masing-masing pada takut (trauma),” pungkasnya.
D, orang tua korban membenarkan, hingga saat ini anaknya masih belum mendapatkan penanganan dan pendampingan dari instansi terkait. Menurutnya, peristiwa tersebut bermula dari informasi temannya korban yang melapor terkait apa yang dialami anaknya.
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam pencegahan judi online (judol).…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan mendukung penuh program pemenuhan gizi bagi para pelajar…
MONITOR, Jakarta - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 tinggal menghitung hari yang digelar secara serentak…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau umat beragama agar selalu menjaga kerukunan dan kedamaian…
MONITOR, Jakarta - Anggota BKSAP DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menyuarakan dukungan terhadap Kampanye 16…
MONITOR, Jakarta - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta usai melakukan…