Jumat, 22 November, 2024

Tantangan 2022 dan Momentum Pemulihan Negara

Oleh: Haris Zaky Mubarak, MA*

Pemerintah Indonesia optimis jika pada 2022 mendatang mampu dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi secara nasional. Meski diakui, Pandemi Covid-19 masih menjadi tantangan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun sampai dengan saat ini,negara Indonesia masih dapat mengendalikan pandemi hingga sekarang. Walaupun ekonomi sempat mengalami perlambatan akibat adanya varian delta antara bulan Juli hingga Agustus, pertumbuhan perekonomian di Indonesia masih dapat ditangani dengan baik.

Dalam estimasi Bank Dunia, perekonomian Indonesia akan tumbuh 3,7 persen tahun ini. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2021 bisa mencapai 3,5 persen – 4 persen (yoy). (Bank Dunia, 2021). Sementara pertumbuhan ekonomi akan menguat jadi 5,2 persen pada 2022 jika Indonesia tidak kembali mengalami gelombang baru Covid-19. Kalkulasi ini jelas sangat ditentukan jika Indonesia berhasil menekan angka pengangguran agar tidak mengalami peningkatan signifikan, khususnya selama berlangsungnya gelombang varian delta.

Dalam optimalisasi perbaikan ekonomi melalui kesehatan, vaksinasi sendiri saat ini sudah mencapai lebih dari 70 persen untuk Dosis-1 dan lebih dari 50 persen untuk Dosis-2, dan vaksinasi untuk Lansia serta sudah dimulainya vaksinasi untuk anak. Berbagai kebijakan moneter maupun keuangan juga tetap akomodatif.

- Advertisement -

Dengan mempertimbangkan berbagai potensi risiko maupun faktor ketidakpastian yang masih tinggi, termasuk kemungkinan adanya penyebaran varian-varian baru Covid-19. Ditengah situasi ketidakpastian seperti saat ini, penting untuk melanjutkan percepatan vaksinasi dan terus meningkatkan kapasitas testing, tracing, dan treatment. Pemerintah pun sudah menjalankan regulasi reformasi struktural seperti halnya dalam Undang-Undang (UU) Cipta kerja dan UU Harmonisasi ruang Peraturan
Perpajakan untuk terus mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.

Meskipun Indonesia mampu mengendalikan pandemi sampai saat ini. Pemerintah secara nasional masih mengimbau masyarakat untuk terus waspada akan kemungkinan munculnya varian-varian baru di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada pengendalian pandemi. Pemerintah bersama dengan seluruh pihak harus bersama-sama saling membantu dalam pengendalian Covid-19 untuk dapat terus mendorong pemulihan perekonomian nasional.

Tantangan Kontekstual

Jika memproyeksi asa ekonomi nasional pada 2022, banyak warga masyarakat yang bertanya-tanya baaimana prediksi perkembangan kasus Covid-19.  Karena kita tak dapat menutup mata bila jelang akhir tahun 2021, terjadinya kenaikan kasus pandemi Covid-19 akan menjadi alarm atau early warning bagi langkah awal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada awal 2022. Kita dapat belajar dari pengalaman
sebelumnya, manakala akhir tahun dengan serangkaian libur panjang terjadi kenaikan lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan, untuk kali pertama menembus angka kasus di atas 15 ribu. Lonjakan kasus itu perlahan terus meningkat sampai di pertengahan 2021 sekitar bulan Juli, mencetak rekor kasus harian sebanyak 56.757 kasus. (Kemenkes, 2021). Tentu hal semacam ini sangalah mengkhawatirkan.

Walaupun Indonesia bisa dikatakan sudah dapat mengendalikan kasus. Bahasa awamnya, kita bisa melihat orang dengan Covid-19 sudah berkurang. Itu tidak terlepas dari upaya intervensi yang sudah dilakukan pemerintah dan masyarakat kita, termasuk PPKM, program vaksinasi Covid-19, dan kepatuhan protokol kesehatan. Tapi, momentum liburan Natal dan tahun baru (Nataru) nanti berpotensi akan
merusak keberhasilan pengendalian itu. Apalagi sampai akhir November 2021, jumlah masyarakat Indonesia yang mendapatkan vaksin lengkap dua dosis sekitar 44 persen dan satu dosis sekitar 65 persen. Sedangkan populasi yang divaksin untuk mencapai herd immunity atau sebagai upaya perlindungan maksimal paling tidak harus mencapai angka 70 persen.

Perlu tetap diingat, Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum mencabut status pandemi dan bahkan telah menginformasikan potensi-potensi persebaran varian-varian baru yang muncul di beberapa negara. Terlebih, penemuan varian baru telah dilaporkan akhir-akhir ini seperti B1.1.529 atau yang kemudian disebut Omicron yang ditemukan
di Afrika Selatan. Varian itu memiliki banyak mutasi yang berpotensi bersifat lebih ganas, tetapi ini masih tahap investigasi. Varian ini telah ditemukan di negara di Afrika, Eropa, Amerika, bahkan dideteksi sudah banyak menyebar di Asia.

Di Indonesia kabarnya mulai ada penemuan Omicron. Omicron yang memiliki mutasi lebih banyak terutama pada spike protein ini diduga memiliki karakteristik yang lebih berbahaya daripada Delta. Sifat yang diamati pada varian Omicron di Afrika Selatan ini menyebabkan peningkatan kasus yang signifikan dalam 1–2 minggu. Mutasi virus Covid-19 ini kondisi yang tidak dapat diprediksi oleh manusia.

Untuk itulah, upaya keras dalam  mencegah meluasnya penularan varian Omicron menjadi tantangan bersama. Pemerintah dan masyarakat perlu belajar dari kegagalan cegah-tangkal varian Delta yang kemudian menjadi pemicu lonjakan kasus Covid-19 pada periode Juni-Juli hingga Agustus 2021.

Diperlukan upaya ekstra keras untuk memproteksi secara luas  masuknya varian Omicron.Sebagai ancaman nyata, potensi masuknya varian baru virus Corona B.1.1.529 dari Afrika itu jangan sampai disederhanakan. Bahkan, setiap orang yang sudah menerima suntikan vaksin corona disarankan untuk tidak percaya diri berlebihan. Soalnya, varian baru ini mampu mengganggu kesehatan setiap orang, sekalipun orang itu sudah dua kali disuntik vaksin. Karena itu, semua orang
diimbau mewaspadai ancaman ini.

Pada situasi seperti sekarang, akan sangat ideal jika semua pihak mau menahan diri untuk tidak bepergian ke negara lain jika memang tidak ada urgensinya sama sekali. Munculnya varian Omicron semakin memperjelas situasi global yang belum menentu.

Membaca Prospek

Saat ini, seluruh dunia masih diliputi dengan penuh ketidakpastian yang tinggi akibat pandemi. Pemulihan yang mulai tampak belum terjadi secara merata antara negara maju dan berkembang. Ditengah upaya sadar dalam mendorong bangkitnya perekonomian negara maju, ironisnya negara berkembang masih berusaha untuk pulih dari pandemi karena akses vaksin yang masih terbatas. Padahal, kunci mengalahkan pandemi sekaligus memulihkan ekonomi terletak pada kekebalan komunal (herd immunity). Sehingga, percepatan vaksinasi menjadi syarat mutlak
menumbuhkan kekebalan komunal. Disinilah, percepatan vaksinasi jelas
menjadi hal yang sangat utama untuk dilakukan pada awal 2022.

Secara rasional perlu terus kita sadari jika pandemi telah berhasil memaksa kita semua pada banyak perubahan tatanan kehidupan dari aspek kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya. Pandemi menjadi pintu menuju transformasi kehidupan, dari serba manual menuju era yang serba digital. Konsekuensi dari munculnya digitalisasi adalah peran teknologi menjadi kunci dalam pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat.

Pengembangan ekonomi dan bisnis yang menggunakan teknologi mendorong munculnya kegiatan ekonomi kreatif dan transaksi dan perdagangan digital bahkan muncul uang digital yang mendorong munculnya pinjaman online yang perkembangannya bahkan sangat di luar dugaan banyak orang.

Dampak luas pandemi memaksa dunia melakukan transformasi digital lebih cepat, serta mendorong sektor industri turut berubah dan beradaptasi dengan cepat. Digitalisasi industri memang menjanjikan, yakni meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan nilai tambah yang memberikan peluang untuk berkembang, bahkan melompat. Meski demikian, harus disadari bahwa transformasi digital dapat menghadirkan digital paradoks.

Oleh sebab itu, transformasi digital harus dapat terus mendukung pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan yang salah satunnya memperkuat Sumber Daya Manusia (SDM). Pergeseran sektor Industri tersebut perlu direspon secara cepat pula oleh dunia pendidikan untuk dapat menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki kualifikasi standar yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga
kerja dan industri. Inilah sederet tantangan negara pada tahun mendatang. Semoga saja kita mampu beradaptasi secara kolektif.

*Penulis merupakan Eksekutif Peneliti Jaringan Studi Indonesia

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER