MONITOR, Jakarta – Program Kampus Merdeka dan Kampus Merdeka Vokasi adalah bentuk komitmen pemerintah dalam menyediakan kesempatan bagi puluhan ribu mahasiswa berkegiatan di luar kampus yang melibatkan mahasiswa, dosen, industri, dan masyarakat. Dalam arahannya, Presiden Joko Widodo menyampaikan pentingnya mahasiswa mengembangkan kompetensi di luar kampus dengan melibatkan para pemangku kebijakan untuk menciptakan lulusan yang kompetitif di masa depan.
“Ini pentingnya pendidikan kewirausahan dan interaksi yang intensif dengan DUDI bagi lahirnya sebuah karya inovatif bangsa kita,” tegas Presiden yang disampaikan secara virtual pada acara Festival Kampus Merdeka (15/6).
Lebih lanjut, Presiden berharap para lulusan harus sangat kuat dedikasinya untuk kemajuan bangsa yang mencakup unsur kemanusiaan, toleransi, dan kebinekaan. Kemudian, mereka harus memiliki karakter dan skills pembelajar yang kuat untuk memperbarui pengetahuannya.
“Ini adalah watak yang tidak boleh ditawar,” tekannya.
Selain kemampuan akademik, berbekal teknologi dan jiwa enterpreneurship, para lulusan juga harus mempunyai kemampuan berinovasi sehingga dapat menjadi solusi atas problematika di masyarakat. Adanya keterlibatan industri pada pendidikan tinggi supaya para lulusan tidak hanya sekadar mengisi lapangan kerja namun juga mampu menciptakannya.
Oleh karena itu, menjawab kebutuhan di masa depan untuk menciptakan SDM Indonesia yang unggul, Kemendikbudristek menyediakan beberapa program yang dapat diikuti mahasiswa, yaitu 15 ribu program magang bersertifikat, 5 ribu program studi independen, 160 program perusahaan dan organisasi kelas dunia/BUMN, 35 ribu kesempatan untuk berbakti melalui Kampus Mengajar, 20 ribu program pertukaran pelajar dalam negeri, dan seribu program pertukaran pelajar internasional.
“Ada delapan jenis kegiatan belajar di luar kampus yang bisa dijalankan mahasiswa, yaitu magang/praktik kerja, proyek kemanusiaan, pertukaran pelajar, membangun desa, kegiatan wirausaha, penelitian/riset, Kampus Mengajar/Asistensi Mengajar, dan studi/proyek independen,” urai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim.
Kampus Merdeka memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk mencari pengalaman di dunia kerja secara nyata. Dari delapan semester di jenjang S-1, tiga semester diberikan hak pada mahasiswa untuk mencari pengalaman di luar prodi agar mereka mendapatkan skills dan ilmu yang berbeda di luar prodinya. Sementara untuk pendidikan vokasi di jenjang D1 hingga D3 diberi kesempatan yang sama, disesuaikan dengan lama waktu studinya.
“Belum pernah, dalam masa sejarah kita, mahasiswa punya opsi ini yang menyetarakan hal tersebut dengan kuliah 1-2 semester. Ini juga sebagai solusi dari keluhan universitas bahwa industri amat sulit berpartisipasi dalam pendidikan. Sulit menarik mereka (industri) dalam berbagai aktivitas ini. Sehingga dalam 1,5 tahun, tim Kemendikbudristek dan universitas-universitas telah menciptakan kerangka-kerangka program baru, sehingga untuk semester perdana kita luncurkan Kampus Merdeka,” ungkap Nadiem.
Ada empat program unggulan yang akan didanai dan dijamin 20 SKS di tahun 2021, yaitu magang dan studi independen, Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), Pertukaran Mahasiswa Merdeka, dan Kampus Mengajar. Mendikbudristek mengatakan, pemerintah pusat beserta universitas bekerja sama untuk mengeluarkan kebijakan Kampus Merdeka. Ia menegaskan tidak akan melepas sendiri mahasiswa dan universitas untuk mengimplementasikan konsep Kampus Merdeka.
“Kita (Kemendikbudristek) yang kerjanya lebih keras dari universitas sekarang. Kita yang bantu universitas mencari dan menciptakan program. Inilah filsafat yang dimaksud pemerintah bukan hanya regulator/pemimpin saja melainkan pemimpin yang melayani. Tugas pertama kita adalah melayani. dan Ini adalah bukti pelayanan kita kepada universitas-universitas,” tekannya.
Dukungan pemerintah dari sisi pendanaan juga sebagai upaya untuk memastikan kemerdekaan akses pendidikan untuk siapapun termasuk yang berprestasi maupun yang memiliki keterbatasan dari sisi ekonomi.
“Ada uang saku dan biaya hidup selama magang, dan disubsidi penuh oleh pemerintah. Kita melakukan ini karena kita tidak ingin anak-anak terhambat hanya karena tidak punya biaya transportasi atau biaya hidup yang mungkin dia harus pindah ke kota besar dan dia tidak punya akses ke situ,” jelas Nadiem.
Kemendikbudristek telah bermitra dengan 160 perusahaan ternama, dengan pendekatan kerja kelompok dan kurikulum yang dirancang khusus untuk Kampus Merdeka. Program-program tersebut mencakup topik pembelajaran menarik seperti Artificial intelligence (AI), machine learning, cybersecurity, robotics, dan digital product development. Kesempatan partisipasi terbuka bagi semua mahasiswa baik perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS) di seluruh indonesia. Silakan mendaftar di kampusmerdeka.kemdikbud.go.id.
Sementara itu untuk studi independen bersertifikat menekankan pada skills mahasiswa yang lebih spesifik seperti permesinan, teknologi, desain, dan lainnya yang berbasis studi kasus.
“Ada pembimbingnya, full time dan tentunya ini masih immersive. Mahasiswa ikut short course satu atau dua semester, biaya hidup dibiayai pemerintah, dan mendapatkan sertifikat pada saat lulus,” urai Nadiem.
“Anak-anak kita yang punya jiwa sosial tinggi, juga bisa bergabung dalam NGO terkemuka dunia untuk berpartisipasi membantu negerinya juga.”
Lebih lanjut, Nadiem mencontohkan beberapa perusahaan dan organisasi yang berpartisipasi dari total 160, seperti misalnya: BCA, BNI, BRI, CIMB, Gojek, Google, Huawei, JAPFA, McKinsey and Company, Microsoft, NVIDIA, Telkom Indonesia, Tokopedia, Traveloka, UNDP, dan lain-lain.
“Perusahaan-perusahaan tersebut membuka pintu mereka untuk program-program ini. Misalnya, Telkom Indonesia juga mengambil 300 lebih kesempatan magang bersertifikat sekali jalan per semester ini dengan 30 plus mentor, ada rotasi divisi juga, berbagai program lintas disiplin,” terangnya.
Kemudian, IISMA. Mendikbudristek yakin pentingnya kemampuan berkolaborasi di tingkat dunia untuk dimiliki mahasiswa Indonesia. Selain itu juga para mahasiswa harus menjiwai Profil Pelajar Pancasila, salah satunya adalah berkebinekaan global. Untuk itu pada kesempatan ini, Nadiem mendorong generasi muda untuk berkompetisi baik di tingkat lokal hingga ke mancanegara.
“Kolaborasi di tingkat dunia adalah keniscayaan. Global citizenship dari mahasiswa-mahasiswa kita harus meningkat drastis. Jadi yang ingin kita lakukan adalah memerdekakan konsep program pertukaran ke luar negeri bahkan yang di S1 sekarang kita berikan kesempatan. Ini pertama kalinya kita mengubah kebijakan tersebut,” tuturnya.
Saat ini mahasiswa dapat mengikuti pertukaran pelajar selama 1-2 semester di perguruan tinggi internasional yang sudah diseleksi. Di perguruan tinggi kelas dunia tersebut, mereka akan bertemu dengan teman, dosen, dan ilmuwan baru dari latar belakang budaya yang berbeda.
Dari 31 negara, sebanyak 73 universitas telah bergabung dalam program ini, termasuk Amerika Serikat dan Singapura. Di antaranya adalah University of Pennsylvania dan Boston University dan Singapore Management University (SMU), Nanyang Technological University, Singapura; dan masih banyak lagi.
Tercatat ada dua ribu lebih mahasiswa dari 27 provinsi yang telah mendaftar di program IISMA tahun 2021. Di tahun depan, Kemendikbudristek mengundang lebih banyak lagi peserta sebab pengalaman yang akan diperoleh mahasiswa dari program ini tidak mungkin terulang, seperti bertemu dengan teman, budaya, dan perspektif yang berbeda yang akan memperkaya wawasan berpikir dalam menatap masa depan.
“Kesempatan-kesempatan itulah mungkin tidak terlihat sebelumnya,” ungkap Nadiem.
Berikutnya adalah program Pertukaran Mahasiswa Merdeka. Pentingnya memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa menjadi esensi program ini. Sebab, Pertukaran Mahasiswa Merdeka memberi ruang kepada mahasiswa untuk saling mengenal ragam kekayaan bangsa Indonesia sembari mengenyam perkuliahan.
“Program ini adalah salah satu program terbesar kita, yang mana kita mendorong pertukaran mahasiswa selama 1 semester di negara kita,” kata Menteri Nadiem.
Program Pertukaran Mahasiswa sebelumnya sudah ada, tapi hanya melibatkan sekitar 200 mahasiswa dalam setahun. Sekarang, melalui Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Kemendikbudristek berupaya meningkatkan angka partisipasi program hingga mencapai 20 ribu mahasiswa di tahun 2021. Hal ini bertujuan untuk mencapai perubahan fundamental bagi generasi berikutnya dalam skala yang lebih besar.
“Sembari mahasiswa merantau ke berbagai daerah selama satu semester, mereka diajarkan untuk mengenal perspektif baru mengenai keragaman negerinya. Mereka belajar toleransi dan inilah yang akan memecahkan sekat-sekat identitas di Indonesia, membuat kita mencintai budaya kita, dan membuat kita sadar bahwa kita satu, Indonesia,” jelasnya.
Program berikutnya yaitu Kampus Mengajar. Program ini memfasilitasi mahasiswa untuk mengajar di berbagai pelosok daerah guna meningkatkan pemahaman numerasi dan literasi bagi siswa SD dan SMP.
“Sebagai (mahasiswa) lulusan di Indonesia, Anda harus berkontribusi ke generasi selanjutnya. Tidak perlu menunggu lama, melainkan sejak masih mahasiswa kita tanamkan jiwa sosial, bahwa mereka sudah harus berkontribusi untuk adik-adik mereka. Ini esensi Kampus Mengajar,” jelas Nadiem.
Informasi lebih lanjut terkait Kampus Mengajar dapat dilihat di kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/web/kampusmengajar2021.
Program Kampus Mengajar memungkinkan transformasi pendidikan di berbagai pelosok negeri terjadi lebih cepat karena kita mengirim mahasiswa dengan talenta terbaik untuk membantu guru-guru menghadapi tantangan pembelajaran yang luar biasa. Seperti: tantangan infrastruktur, ekonomi, orang tua, dan berbagai kondisi lainnya yang menantang. Sementara itu, untuk sekolah dampaknya luar biasa karena keterlibatan mahasiswa dalam memecahkan masalah pendidikan di daerah terutama di masa pandemi akan mengurangi jumlah learning loss yang terjadi.
“Program Kampus Mengajar bukan hanya baik sekali bagi perkembangan dan kolaborasi jiwa sosial mahasiswa, tapi juga meningkatkan kompetensi numerasi dan literasi anak-anak kita yang paling tertinggal disebabkan karena pandemi,” tuturnya.
Menurut catatan Kemendikbudristek, sebanyak 35 ribu mahasiswa akan berpartisipasi mengajar di tahun 2021. Melibatkan 360 perguruan tinggi, 4.800 sekolah dasar, 375 SMP yang akan membantu 34 provinsi.
“Angka ini belum pernah terjadi dalam sejarah dunia pendidikan Indonesia. Harapannya ini terus meningkat tiap tahun dan ini akan jadi transformasi sistem pendidikan di Indonesia,” ungkap Nadiem.
Kepada universitas, Ia mendorong untuk segera menciptakan program turunan dari Kampus Merdeka.
“Itu tantangan saya untuk semua universitas. kita sudah berikan bantuan, pendanaan, dan mengorganisasi program-program seperti ini. Sekarang waktunya universitas juga menunjukkan, apa yang bisa Anda lakukan, ciptakanlah program-program secara mandiri.”
Sebelum mengakhiri paparannya, Menteri Nadiem mengimbau kepada dunia usaha dan industri untuk memberi kesempatan belajar bagi mahasiswa di luar kampus. Sedangkan bagi mahasiswa, carilah kesempatan-kesempatan lain baik di dalam maupun di luar kampus.
“Kalau Anda tidak daftar, Anda rugi luar biasa. Silakan cek situs resmi: kampusmerdeka.kemdikbud.go.id. Seluruh registrasi dapat dilakukan online. Keterima tidak keterima, mahasiswa harus mencoba. Jangan kalah mental dulu!,” pungkasnya.
MONITOR, Jakarta - Koperasi sebagai tonggak pemberdayaan masyarakat, telah membuktikan bahwa ekonomi yang kuat dapat…
MONITOR, Banten - Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto mengaku kaget…
MONITOR, Jakarta – Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kementerian Imipas) menyerahkan bantuan untuk pengungsi erupsi Gunung Lewotobi di Lembata, Nusa Tenggara…
MONITOR, Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional atau International Criminal Court (ICC) mengeluarkan surat penangkapan bagi…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Prof. Dr. Ir. Rokhmin…
MONITOR, Jakarta - Perlindungan hukum bagi pekerja migran Indonesia (PMI) menjadi perhatian penting di tengah…