MONITOR, Jakarta – Peringatan hari pendidikan nasional yang jatuh pada 2 Mei kemarin semestinya diresapi untuk menata kembali aspek riset. Pesan ini disampaikan Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Mardani Ali Sera.
Politikus PKS ini mengingatkan, selama kultur riset tidak dimasukkan pada kurikulum dasar pendidikan di Indonesia, maka keberadaan BRIN berpotensi gagal.
“Inovasi artinya ide, maka pastikan dulu kurikulum pendidikan negara kita memang tumbuh untuk menghasilkan peneliti-peneliti yang mumpuni,” kata Mardani Ali Sera, dalam keterangannya pagi ini, Senin (3/5/2021).
“Jika berkaca pada negara-negara tetangga, mereka lebih mendorong kontribusi swasta itu lebih besar. Indonesia lebih dari 11 tahun budget risetnya masih sangat kecil, sekitar 0,82% & itu tidak bergerak rasio terhadap PDB. Sementara di Cina sudah 2,2%, bahkan Amerika dan Jepang hampir 4%,” terangnya lagi.
Lebih jauh Mardani menegaskan proses pembuatan sebuah riset harus tuntas. Sebab, orientasi riset yakni kontribusi nyata dalam hal akademis maupun untuk sektor bisnis.
“Dan sebuah negara yang maju bukan capitalnya yang banyak, tapi knowledgenya yang diperbanyak. Karena mereka meyakini pada saat knowledge ini terakumulasi dengan baik, maka investasi akan datang. Jadi bukan investasi dulu baru knowledge yang datang,” imbuhnya.
Dosen Universitas Mercu Buana ini lantas mengingatkan bahwa pemerintah memiliki PR besar untuk mendesign riset itu sendiri. Sebab, riset inovasi dan teknologi merupakan sesuatu yang jangka panjang dan tidak bisa disamakan seperti dagang.