Kamis, 28 Maret, 2024

Inovasi Balitbangtan Tingkatkan Daya Saing Lada Lampung

MONITOR, Jakarta – Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis yang tengah fokus dikembangkan pemerintah melalui peningkatan produksi, dan daya saing. Dari peningkatan produksi dan daya saing tersebut, diharapkan dapat berkontribusi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani serta menggenjot ekspor pertanian Indonesia.

Untuk mendukung upaya pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi, dan daya saing lada, Balitbangtan akan mengadakan serangkaian kegiatan di Provinsi Lampung. Hal ini disampaikan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perkebunan, Syafaruddin, dalam audiensi dengan Gubernur Lampung, Arinal Djunaedi, di Mahan Agung, Bandarlampung, Rabu (24/03/2021).

Lampung merupakan sentra penghasil lada hitam didunia yang terkenal dengan “Lampung Black Pepper”, namun produktivitas ladanya masih rendah yaitu sekitar 500 kg/ha. Rendahnya produktivitas lada antara lain disebabkannya kurangnya pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, pengelolaan tiang panjat, irigasi kebun serta akibat berkembangnya penyakit busuk pangkal batang (BPB) dan serangan hama penggerek batang.

Hal tersebut ditimbulkan akibat pengelolaan budidaya pada perkebunan lada belum terpadu. Dimulai dari teknologi pemupukan. Di wilayah ini akan diaplikasikan teknologi pemupukan yang sebelumnya telah dilakukan di Kebun Sukamulya, Sukabumi, yaitu manajemen pemupukan dengan menggunakan aplikasi fertigasi robotik yang dapat mengelola hara dan air secara akurat pada lada, dan mampu meningkatkan pertumbuhan lada lebih baik.

- Advertisement -

Untuk mengatasi hal tersebut Balitbangtan berencana melakukan serangkaian kegiatan, Pendampingan Teknologi, Peningkatan Nilai Tambah, Pembuatan Demplot, dan Pengembangan Kawasan Berbasis Korporasi.

Pendampingan teknologi meliputi perbenihan, pembangunan kebun induk, budidaya yang sesuai Good Agricultural Practices (GAP), dan pengelolaan pascapanen serta diversifikasi produk.

“Pembuatan demplot sesuai GAP dilakukan dengan membangun kebun sumber benih, kebun induk, dan rehabilitasi atau intensifikasi kebun eksisting,” ujar Syafaruddin.

Syafaruddin melanjutkan bahwa pengembangan kawasan berbasis korporasi dimaksudkan untuk memperkuat konsolidasi petani dalam kelembagaan usaha ekonomi modern, dan meningkatkan aksesibilitas petani terhadap permodalan.

“Selain itu juga dapat meningkatkan konektivitas kemitraan dengan industri pengolahan dan perdagangan modern, serta mendorong modernisasi pertanian dan integrasi dengan fasilitas atau infrasruktur publik.” jelas Syafaruddin.

Syafaruddin menambahkan bahwa kegiatan tersebut akan dilaksanakan mulai tahun 2021 ini. Lokasi pengembangan perkebunan lada direncanakan berada di Kabupaten Tanggamus, Lampung Utara, Lampung Timur, dan Way Kanan.

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menyambut baik rencana kegiatan dari Puslitbang Perkebunan terkait Lada.

“Saya sangat konsen dalam membangkitkan lada. Kita harus bangkit soal lada. Sejarah menunjukkan bahwa penghasil lada di Indonesia adalah Lampung dan Bangka Belitung, bahkan berkontribusi untuk lada dunia. Untuk itu, mari bangkit dan kerjasama,” ujar Gubernur.

Gubernur Arinal menyampaikan bahwa dirinya setuju dengan rencana Puslitbang Perkebunan yang akan melakukan kegiatan terkait Lada di Provinsi Lampung.

“Hal tersebut sangat tepat, mengingat Lampung telah ditetapkan Bapak Menteri Pertanian sebagai Lumbung Pertanian. Kemudian, Presiden telah menyampaikan bahwa Lampung untuk dapat menjaga DKI Jakarta, jangan sampai kebutuhan Jakarta terganggu akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Dan beliau tahu bahwa kebutuhan hasil pertanian Jakarta 40 persen berasal dari Lampung,” ujarnya.

Gubernur Arinal menuturkan bahwa penghasil lada di Lampung berada di wilayah Way Kanan, Lampung Utara, Lampung Tengah, Tanggamus, dan Lampung Timur. Ke depan, Gubernur Arinal menginginkan agar Puslitbang Perkebunanan, Balitbangda Lampung, BPTP dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (UNILA) untuk berkolaborasi dan saling bekerjasama. Sehingga lada Lampung dapat semakin bangkit dan berjaya.

Sementara, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry menambahkan dalam pengembangan komoditas rempah, komponen pertama adalah benih. Untuk mendukung itu, Balitbangtan telah menyiapkan benih sumber varietas unggul baru perkebunan.

“Kita akan remajakan seluruh tanaman rempah tersebut dan meyakinkan serta melatih petani untuk memakai bibit varietas baru dari Litbang seperti lada natar 1, lada natar 2, pertaling, juga komoditas pala, purwaceng, jahe, semua benihnya sudah ada dan disiapkan,” tegas Fadjry.

Selain pemupukan, masalah lain yang terjadi dalam budidaya lada di Lampung adalah serangan penyakit busuk pangkal batang. Menurut Syafaruddin, hal ini dapat dikendalikan dengan agens hayati.

“Seperti yang pernah di uji coba pada kebun lada yang terserang di Bangka Belitung. Penggunaan agens hayati ini dapat menurunkan serangan penyakit hingga 30%.” terangnya.

Syafaruddin menambahkan pola integrasi perlu dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani dan mengantisipasi terjadinya fluktuasi harga lada. Petani dianjurkan menyertakan kegiatan lainnya seperti integrasi dengan ternak, tumpangsari lada dengan kopi, atau tanaman lainnya.

“Integrasi lada dengan ternak dan penanaman penutup tanah seperti arachis pintoi sangat dianjurkan untuk mendukung budidaya lada yang efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan serta menambah pendapatan petani.” urai Syafaruddin. Selain itu penggunaan tanaman penutup tanah akan mengurangi terjadinya serangan hama dan penyakit.

Selain itu, masalah yang sering dikeluhkan oleh importir rempah Eropa terhadap produk lada Indonesia yaitu tingginya kadar kotoran dan kontaminasi mikroorganisme. Sehingga diperlukan perbaikan cara pengolahan lada hitam di tingkat petani.

“Badan Litbang Pertanian telah mengembangkan cara pengolahan dengan merancang alat perontok lada, pengering dan blansir.” pungkas Syafaruddin.

Dalam audiensi tersebut, hadir Prof. Irwan Sukri Banuwa, Dekan Fakultas Pertanian UNILA, Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Kabadan Litbangda, Kadis Perkebunan, Kepala BPTP Lampung, Kepala Balittri, Koordinator KSPHP, dan Koordinator PE Puslitbang Perkebunan serta para Peneliti Balittro (Tedy/Nurul/Sukamto).

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER