MONITOR, Jakarta – Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko, mengungkapkan bahwa saat ini banyak pemerintah daerah (pemda) dan masyarakatnya berlomba ingin membangun sebuah kebun raya.
Laksana mengaku hal itu tak terlepas dari peran Presiden RI Kelima yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang amat besar dalam keberlangsungan Kebun Raya di Indonesia. Menurut Handoko, hal itu bukan tanpa alasan.
Sebab, Laksana menyebutkan, sejak Yayasan Kebun Raya dicetuskan Megawati di masa pemerintahannya, kini banyak kepala dearah berbondong-bondong meminta kepada LIPI agar dibantu dibuatkan desain perencanaan tata ruang untuk membangun Kebun Raya.
“Jadi seingat saya bu Mega itu mendirikan Yayasan Kebun Raya Indonesia itu pada April 2001. Pada saat awareness masyarakat dan juga pemerintah daerah pada umumnya masih rendah. Kita baru punya empat kebun raya pada saat itu di seluruh Indonesia. Dan seluruhnya dikelola LIPI. Kita sekarang memiliki 40 kebun raya daerah, 17 sudah diluncurkan,” ungkapnya saat hadir dalam acara peluncuran buku ‘Merawat Pertiwi’ Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam’ yang digelar virtual di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Rabu (24/3/2021).
Laksana mengatakan, pada saat itu, masih banyak kepala daerah atau masyarakat merasa bahwa membangun Kebun Raya seperti sia-sia. Persepsi itu, menurut Laksana, karena lahan luas hanya dijadikan tempat tanaman atau tumbuhan hidup tidak ada nilai ekonominya.
Tapi kini, lanjut Laksana, hal itu berbeda. Laksana menegaskan, saat ini banyak masyarakat mulai menyadari bahwa menanam tanaman, tumbuh-tumbuhan atau bunga justru punya nilai tinggi jika dimanfaatkan secara tepat.
Lewat hobi tanam-menanam, Laksana pun merasa gembira, masyarakat saat ini makin peduli dan sadar tentang lingkungan.
“Perubahan sedemikian cepat. Ibu Mega menyampaikan kepada saya, kita tidak hanya cukup mengoleksi. Kita harus pintar memanfaatkan, memberikan nilai tambahan dari kekayaan hayati, dari biodervisitas Indonesia ini. Karena apalagi ke depan memang kita sudah bukan lagi era elektronika, komputer, tapi era bio-engineering, bio-science ke depan. Saat ini sudah mulai,” katanya.
Handoko pun menyatakan bahwa para peneliti di LIPI saat ini sudah banyak memperdalam riset terkait keanekaragaman hayati yang ada di Tanah Air. Bahkan, kata pria yang ahli di bidang ilmu fisika itu, perhatian Megawati yang pernah disampaikan olehnya mengenai kekayaan tanaman obat.
“Dan saat ini di hampir semua Kebun Raya deaerah itu kami pastikan ada taman tematiknya yang terkait dengan tanaman obat dari lokal situ, yang endemik di daerah tersebut. Bayangkan kita itu memiliki dari hampir 30 ribu spesies, kalau yang tumbuhan itu delapan ribuan dikenal sebagai jamu dan jadi obat herbal hanya 300-an, dan menjadi obat benar yang diresepkan dokter itu baru 30-an. Jadi potensi sedemikian besar,” ujarnya.
“Sehingga kita tidak perlu bersaing secara apple to apple dengan orang luar, kita tidak perlu mengeekor terus. Tapi kita bisa memulai sesuatu (karena Indonesia) yang punya modalnya,” ungkap Handoko menambahkan.