Rabu, 24 April, 2024

Dorong Produksi Massal Alkes UNS, Menko PMK: Sangat Nyaman

“Jadi ada beberapa alat yang tidak perlu ada pengkajian terlalu serius”

MONITOR, Sukoharjo – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, mendorong produksi massal sejumlah alat kesehatan (alkes) ciptaan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, khususnya untuk penanganan Covid-19.

“Saya sudah melihat baik yang sudah digunakan secara resmi di beberapa rumah sakit kita, maupun yang masih dalam taraf uji coba. Jadi ada beberapa alat yang tidak perlu ada pengkajian terlalu serius, artinya sudah bisa langsung diproduksi dan dipasarkan,” ungkapnya saat melakukan kunjungan kerja di RS UNS di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (19/2/2021).

Muhadjir mengatakan, beberapa alkes yang tidak perlu pengkajian terlalu dalam di antaranya akomodasi untuk robotik dan kursi roda elektronik. Bahkan, pada kesempatan itu Muhadjir juga berkesempatan mencoba langsung kursi roda tersebut.

“Menurut saya sangat nyaman, hanya perlu ada perbaikan, misalnya setirnya bisa lebih mudah untuk yang difabel. Akinya tidak perlu yang mahal, cukup yang ada di pasar sehingga mudah diganti, jika dikirim ke daerah bisa dimanfaatkan dengan baik,” katanya.

- Advertisement -

Selain itu, Muhadjir menyampaikan, untuk pengendalian kecepatan juga harus diatur. Dengan kesiapan produk tersebut, menurut Muhadjir, pihak perguruan tinggi bisa langsung menjalin kerja sama dengan produsen sehingga bisa diproduksi secara massal.

“Untuk izin produksi dan izin edar mudah, saya bisa langsung merekomendasikan,” ujarnya.

Sedangkan untuk alat yang masih harus melalui uji klinis di antaranya mesin ventilator dan plasma pheresis. Bahkan, Muhadjir juga mengapresiasi adanya alat plasma pheresis tersebut karena sejauh ini belum ada yang lain di Indonesia.

“Metode kerjanya beda dengan plasma konvalesen. Saya kira bagus dan di Indonesia belum ada, tetapi perlu ada uji klinis lebih lanjut sehingga memenuhi standar yang dibutuhkan oleh Kemenkes dan disupervisi dengan baik oleh BPOM, karena BPOM yang bertanggungjawab untuk menyetujui izin produk dan izin edarnya,” ungkapnya.

Selanjutnya, Muhadjir menyebutkan, ada pula produk herbal bernama Kur-co Smart dan Kurkuma Pro yang juga diciptakan oleh UNS.

“Untuk kurkuma sudah beredar, tinggal bagaimana memasarkan saja. Berkaitan dengan hak paten harus betul-betul dijaga, jangan sampai hak paten yang merupakan kerja keras teman-teman dosen di UNS hilang begitu saja, bahkan pemiliknya sampai tidak tahu siapa yang menemukan,” ujarnya.

Sementara itu, menurut Muhadjir, upaya mendorong perguruan tinggi untuk terus melakukan riset, pengembangan dan inovasi sangat penting karena alkes dan kebutuhan kesehatan yang beredar di Indonesia masih 90 persen impor.

“Ini tidak kita harapkan. Tentu semua ingin produk dalam negeri yang terstandar bisa menguasai pasar dalam negeri sendiri,” katanya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER