Jumat, 19 April, 2024

Bisnisnya Merosot, Bagaimana Kinerja Saham Perusahaan Perhotelan dan Restoran?

MONITOR – Bisnis perhotelan dan restoran adalah salah satu sektor yang terdampak cukup berat oleh pandemi. Kita ketahui bersama, belum pulihnya pergerakan masyarakat di masa pandemi secara umum dan menurunnya angka kunjungan wisatawan secara khusus menyebabkan tingkat kunjungan ke hotel dan restoran masih rendah. 

Sebab selama wabah virus corona, orang-orang diimbau untuk tetap tinggal di rumah dan menghindari bepergian atau keluar rumah untuk sesuatu yang tidak mendesak. Selain itu adanya pembatasan perjalanan, persyaratan ketat untuk menggunakan transportasi umum, hingga terus meningkatnya kasus infeksi membuat banyak orang juga berpikir dua kali untuk bepergian jauh. 

Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan PDB menurut sektor akomodasi dan makan minum pada data Triwulan III tahun 2020 yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu sebesar -11.86%, walaupun ada sedikit peningkatan dari data Triwulan II tahun 2020 yang mencapai -22.02%.

Aldo Jonathan, Data Analyst di tim riset Lifepal.co.id mwngatakan hal diatas wajar karena belum pulihnya kunjungan wisatawan yang menyebabkan tingkat kunjungan ke hotel dan restoran masih rendah. “Beralihnya beragam kegiatan, seperti rapat, training, hingga seminar yang dahulu dilaksanakan di hotel, menjadi kegiatan yang bersifat virtual, juga menjadi salah satu penyebabnya,” katanya.

- Advertisement -

Menurut Aldo berdasarkan riset Lifepal.co.id menemukan, meskipun kebutuhan jasa hotel dan restoran menurun di kala pandemi, nyatanya ada emiten-emiten pada sub sektor hotel dan restoran yang pergerakan harga sahamnya di atas performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun Indeks Trade, Services, Investment, yakni indeks yang menaungi emiten-emiten perusahaan jasa perhotelan dan restoran. 

Sebaliknya, ada emiten yang performanya di bawah performa indeks tersebut. Tak hanya harga saham emiten hotel dan restoran, Lifepal juga membandingkan bagaimana penjualan dan keuntungan perusahaan-perusahaan hotel dan restoran tersebut.

Kinerja tiga emiten perhotelan dan restoran ini di atas IHSG dan Indeks Trade, Services, Investment

Grafik kinerja di atas menunjukan ada dua emiten perhotelan dengan kinerja di atas IHSG dan Indeks Trade, Services, Investment. Mereka adalah PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID), PT Pudjiadi & Sons Tbk (PNSE), dan PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI). 

PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID) didirikan di Jakarta tanggal 23 Mei 1969 dengan maksud dan tujuan untuk menjalankan usaha-usaha dalam bidang industri perhotelan dan pariwisata. Pada tahun 1970, Perseroan memulai pembangunan sebuah hotel di Jalan Jendral Sudirman 86 Jakarta yang kemudian beroperasi pada tanggal 23 Maret 1974 dengan nama Hotel Sahid Jaya. Di samping memiliki 439 kamar pada waktu itu, Hotel Sahid Jaya juga memiliki beberapa ruang pertemuan, restoran dan ruangan untuk perkantoran, pertokoan kecil serta fasilitas olahraga seperti kolam renang dan lapangan tenis. Pada tahun 1987, Hotel Sahid Jaya mendapatkan status sebagai hotel bintang lima.

PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI) merupakan perusahaan manajemen properti yang berbasis di Indonesia. Perusahaan ini bergerak dalam bisnis perhotelan serta bisnis apartemen dan pusat perbelanjaan. MAMI memiliki dan mengoperasikan sebuah hotel bintang empat di Surabaya, Indonesia, yang dioperasikan dengan nama Garden Palace Hotel. Perusahaan ini juga adalah pemilik Crystal Garden, sebuah blok apartemen dan pusat perbelanjaan yang dijalankan berdasarkan operasi kerja sama dengan PT Anugerah Mitra Lestari. Anak perusahaannya termasuk PT Hotelnet Prima Wisata dan PT MMI Globalmart.

PT Pudjiadi And Sons Tbk (PNSE) didirikan tanggal 17 Desember 1970 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1970. Kantor pusat PNSE terletak di Jalan Hayam Wuruk No. 126, Jakarta 11180. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Pudjiadi And Sons Tbk, antara lain: Istana Kuta Ratu Prestige (pengendali) (55,70%), PT Jayakarta Investindo (25,03%) dan Lenawati Setiadi Pudjiadi (6,47%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PNSE adalah di bidang perhotelan dengan segala fasilitas dan sarana penunjang lainnya, antara lain jasa akomodasi, perkantoran, perbelanjaan, apartemen, sarana rekreasi dan hiburan yang berada di lokasi hotel. Hotel yang dikelola Pudjiadi And Sons, antara lain Jayakarta Jakarta, Jayakarta Bandung, Jayakarta Anyer, Jayakarta Cisarua, Jayakarta Yogyakarta, Jayakarta Lombok, Jayakarta Bali, Jayakarta Komodo Flores dan Jayakarta Residence Bali.

Performa di atas IHSG dan Indeks Trade, Services, Investment, SHID justru catatkan penurunan penjualan

Berdasarkan laporan keuangan SHID, tercatat adanya tren penurunan penjualan saat pandemi covid 19 ini, yakni sebesar 30,9 triliun rupiah pada Triwulan II tahun 2020, turun -50,2% dibanding Triwulan II tahun 2019 yang sebesar 62,2 triliun rupiah.

Dari segi laba komprehensif, pada Triwulan II tahun 2020, SHID juga mencatat kerugian sebesar -22 triliun Rupiah. Kerugian itu meningkat jika dibandingkan dengan Triwulan II tahun 2019 yang sebesar -19 triliun rupiah. Hal ini dikarenakan adanya penurunan signifikan pada penjualan SHID, dan tingginya beban usaha SHID.
Dari segi pergerakan harga, dalam beberapa tahun terakhir, pergerakan harga saham SHID selalu mengalahkan IHSG dan indeks Trade, Services, Investment.

Sebagai informasi, untuk membuat riset data ini, Lifepal.co.id menganalisis pergerakan saham emiten perhotelan dan restoran yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia sejak selama minimal 5 tahun terakhir. Kemudian, Lifepal membandingkan pergerakan nilai saham emiten-emiten tersebut dengan Indeks Trade, Services, Investment dan IHSG.

Selain itu, Lifepal juga membandingkan pertumbuhan penjualan dan laba komprehensif dari masing-masing emiten tersebut dalam lima tahun terakhir, yakni sejak triwulan III tahun 2015 hingga triwulan III tahun 2020.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER