MONITOR, Kendari – Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Bidang Riset dan Daya Saing, Prof Rokhmin Dahuri mengatakan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) saat ini berada di posisi kelima dari seluruh provinsi di Indonesia dalam hal produksi ikan baik dari budidayanya maupun dari penangkapan.
Adapun posisi pertama produksi ikan di Indonesia diduduki Provinsi Maluku, kedua Provinsi Sulawesi Selatan, ketiga Provinsi Jawa Timur dan keempat Provinsi Jawa Barat.
“Ini merupakan prestasi yang luar biasa. Sultra bahkan punya potensi menjadi nomor satu menggantikan posisi Maluku karena memiliki banyak potensinya jauh lebih besar dari tingkat pemanfaatannya,” kata Rokhmin Dahuri di sela-sela kegiatan temu pemangku kepentingan dalam rangka keberlanjutan ekspor hasil perikanan Sulawesi Tenggara, di Kendari, Jumat (2/10/2020).
“Artinya kalau kita tambahkan modal berupa kapal penangkapan yang lebih banyak, budidaya yang lebih luas dan industri pengelolaan yang lebih besar harusnya boleh jadi menggeser Maluku,” tambah guru besar fakultas perikanan dan ilmu kelautan IPB itu.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Rokhmin Dahuri yang juga mantan menteri kelautan dan perikanan itu membeberkan beberapa strategi seperti pentingnya penerapan teknologi, penguatan kapasitas SDM dan manajeman perikanan hingga dukungan kebijakan pemerintah daerah dan iklim investasi.
“Jadi inti teknisnya adalah penerapan teknologi dan manajemen, lalu faktor pendukungnya adalah kebijakan pemerintah seperti kebijakan perbankan, regulasi yang dipermudah dan seterusnya,” ternagnya.
“Pemerintah juga harus menyiapkan SDM perikanan dengan secara terus menerus dan konsisten memberikan pelatihan pendidikan dan penyuluhan,” tandasnya.
Ditempat yang sama, Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir dalam sambutannya mengatakan berdasarkan data Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu (BKIPM) data ekspor perikanan Sultra tahun 2018 sebesar 1.336 ton terdiri dari gurita, vanamei, cakalang, sotong dengan nilai ekspor Rp37,5 miliar dan meningkat di tahun 2019 menjadi 1.534 ton dengan nilai ekspor Rp96,2 miliar.
“Sampai triwulan II tahun 2020 ekspor perikanan Sulawesi Tenggara sudah mencapai 700 ton, dengan nilai Rp67 miliar. Tujuan ekspor yaitu AS, Jepang, Singapura, dan UE,” katanya.
Ia juga menyampaikan bahwa data lalu lintas komoditas perikanan Sultra tahun 2018 sebesar 31.941 ton terbagi domestik 30.605 ton dan ekspor 1.336 ton, dan mengalami penurunan di tahun 2019 yaitu 28.096 ton terbagi domestik 27.338 ton dan ekspor 758 ton.
“Akan tetapi untuk jenis benih bening lobster sejak diberlakukannya Permen 12/KP/2020, Sultra yang memiliki potensial jenis lobster mutiara dan pasir ikut andil berkontribusi dalam pengiriman domestik yang kemudian berujung ekspor ke Vietnam, terhitung sudah sekitar 15 perusahaan eksportir yang datang ke Sultra dan tertarik akan potensi tersebut,” katanya. (ANT)