POLITIK

Pilkada Watch: Presiden Abai dengan Regulasi yang Ditekennya Sendiri

MONITOR, Jakarta – Kepala Biro Riset dan Investigasi Pilkada Watch, Algooth Putranto, menilai bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkesan memaksakan agar Pilkada Serentak 2020 tetap digelar dalam kondisi tidak optimal.

Hal itu, menurut Putranto, karena pesta demokrasi lima tahunan itu dilakukan tidak saja di tengah tren kasus Covid-19 yang cenderung meningkat, namun juga diselenggarakan dalam kondisi penyelenggara pilkada yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam kondisi secara struktur organisasi yang belum lengkap. 

Untuk diketahui, Panitia Seleksi Sekretaris Jenderal (Pansel Sekjen) KPU RI telah menghasilkan tiga nama Calon Sekjen KPU RI pada 24 Juli 2020.

Ketua Pansel Sekjen KPU RI, Hamdi Muluk, melalui Keputusan Nomor: 20/Pansel.JPT.Sekjen KPU/VII/2020 mengumumkan secara terbuka nama-nama hasil seleksi akhir Calon Sekjen KPU RI itu.

Mereka yakni Sekretaris Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Bernad Dermawan Sutrisno, Kapus Teknologi dan Informasi Mahkamah Konstitusi (MK) Budi Achmad Djohari, Direktur Pengawasan Akuntabilitas Keuangan Daerah BPKP Edy Mulya.

“Sampai saat ini Presiden Joko Widodo belum juga menetapkan Sekjen KPU yang memiliki tugas, fungsi dan wewenang yang vital. Padahal Pilkada akan digelar dalam hitungan tiga bulan lagi. Saya melihat Presiden abai dengan regulasi yang ditekennya sendiri. Atau jangan-jangan malah lupa,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Selasa (29/9/2020).

Sekadar informasi, dasar hukum Sekjen KPU RI adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 105 Tahun 2018 yang diteken Presiden Jokowi.

Dalam beleid tersebut, termaktub wewenang Sekjen KPU RI yang vital dalam penyelenggaraan pemilu, yaitu menjatuhkan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara pegawai Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Daerah yang melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan putusan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan/atau berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

“Tanpa adanya Sekjen KPU definitif, akan kasihan bagi KPU. Pelanggaran yang berpotensi menyebabkan pilkada tidak berlangsung jujur dan adil,” ujar Putranto.

Recent Posts

Lanud SMH Kirim 14 Ton Bantuan untuk Warga Aceh dan Sumatera

MONITOR, Jakarta - Lanud Sri Mulyono Herlambang (SMH) Palembang bersama Forkopimda Kota Palembang mengirimkan sebanyak…

3 jam yang lalu

Market Day Kewirausahaan, Cara Prodi HKI UID dorong Mahasiswa Kreatif, Inovatif dan Mandiri

MONITOR, Depok - Program Studi Hukum Keluarga Islam (HKI) Fakultas Syariah Universitas Islam Depok (UID)…

4 jam yang lalu

Kemenag Siapkan Rp50 Miliar untuk Pemulihan Keagamaan dan Pendidikan Terdampak Banjir

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama memperkuat langkah penanganan bencana banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan…

8 jam yang lalu

TNI Bangun Jembatan Gantung 80 Meter untuk Warga Sukabumi

MONITOR, Jakarta - Kepala Badan Logistik (Kabalog) TNI Mayjen TNI Lin Nofrianto meninjau langsung progres…

10 jam yang lalu

Kemenperin Inisiasi Pertemuan Bisnis Perluas Akses Industri Halal RI ke Jepang

MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian bersama KBRI Jepang memfasilitasi pertemuan antara perusahaan industri halal tanah…

11 jam yang lalu

Reyhan Ahmad, Hafiz Indonesia Juara 2 MHQ Disabilitas Netra Internasional 2025 Cabang Hafalan 20 Juz

MONITOR, Tangerang - Hafiz asal Indonesia, Reyhan Ahmad Maulana, meraih Juara 2 cabang Hafalan 20…

14 jam yang lalu