PEMERINTAHAN

KSP: Kami Sama Sekali Tidak Gunakan Buzzer

MONITOR, Jakarta – Kantor Staf Presiden (KSP) membantah isu menggunakan buzzer alias pendengung untuk menyampaikan program-program Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada masyarakat, khususnya melalui media sosial (medsos).

Deputi V Kantor Staf Presiden Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan HAM, Jaleswari Pramodhawardani, mengungkapkan bahwa yang digunakan KSP adalah narasumber yang berpengaruh atau biasa disebut influencer.

“Kami sama sekali tidak menggunakan buzzer,” ungkapnya dalam rapat kerja bersama Komisi II DPR RI di Kompleks Parlemen RI, Senayan, Jakarta, Kamis (3/9/2020).

Jaleswari mengatakan, KSP hanya memanggil narasumber berpengaruh atau para influencer tersebut sebagainarasumber diskusi. Influencer yang digunakan KSP sendiri adalah tokoh yang memiliki latar belakang pengetahuan, yang mungkin saja dalam konteks medsos memiliki pengikut atau followers hingga ratusan ribu ataupun jutaan orang.

Menurut Jaleswari, influencer berbeda dari buzzer. Pendengung atau buzzer lebih anonim karena bisa siapa saja, serta ikut-ikutan mendengungkan isu yang sudah ada, bukan isu baru atau berdasarkan pesanan.

“Bukan siapa-siapa dan anonim, dan dia bergerak berdasarkan pesanan,” ujarnya.

Sementara influencer, Jaleswari mengatakan, merupakan seseorang yang memiliki kecakapan untuk berdiskusi dengan KSP dan membicarakan isu-isu strategis, misalnya saja akademisi.

Influencer ini, sesekali KSP menggunakan. Misalnya, kami mendiskusikan tentang isu-isu strategis. Misalnya, akademisi seperti Bapak Faisal Basri, saya rasa di media sosial, dia adalah influencer untuk memberi masukan terkait ekonomi,” katanya.

Ketika influencer mencuit di akun Twitter-nya terkait kegiatan diskusi bersama KSP mengenai program-program Presiden tersebut, Jaleswari mengungkapkan bahwa KSP tidak menyediakan bayaran untuk mencuit itu.

“Pembayaran yang diberikan sesuai budget narasumber biasa. Kami menggunakan prinsip-prinsip transparan dan akuntabel sembari tidak melunturkan sikap pemerintah bahwa boleh kita berbeda pendapat. Artinya kalau influencer dipanggil pemerintah, lebih kepada (menjadi) karakter narasumber,” ungkapnya.

Recent Posts

Menag Hadiri Halalbihalal PBNU Bersama Anggota Keluarga NU

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas menghadiri Halalbihalal yang digelar Pengurus Besar…

5 jam yang lalu

Mejeng di Turki, Industri Alat Kesehatan Nasional Siap Dobrak Pasar Eropa

MONITOR, Jakarta - Industri alat kesehatan nasional terus berupaya untuk menembus pasar ekspor seiring dengan…

9 jam yang lalu

Konflik Timur Tengah, DPR: Pemerintah Perlu Lakukan Dialog Multilateral

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI Helmy Faishal Zaini meminta pemerintah melakukan upaya untuk…

10 jam yang lalu

Ikhtiar Pelindungan Jemaah Indonesia, dari Syarat Istithaah sampai Senam Haji

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama tahun ini kembali mengusung tagline Haji Ramah Lansia. Maklum, data…

13 jam yang lalu

Kemenangan Timnas U-23 Harus Jadi Momentum Mengembangkan Infrastruktur Olahraga Tanah Air

MONITOR, Jakarta - Timnas U-23 Indonesia mencatatkan prestasi gemilang dengan menaklukkan Korea Selatan dalam babak…

13 jam yang lalu

LBH GP Ansor Desak Nadiem Makarim Lindungi Mahasiswa Indonesia dari TPPO Berkedok Magang

MONITOR, Jakarta - LBH Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor mendesak Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan…

15 jam yang lalu