Rabu, 17 April, 2024

Pengetahuan Sebagai Modal dalam Membangun dan Memajukan Papua

MONITOR, Jakarta – Papua adalah salah satu wilayah di Indonesia yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Namun, kekayaan tersebut belum mampu dimanfaatkan secara optimal dan efektif, karena selama ini pembangunan di Papua masih cukup terbatas dan tidak merata.

Lahirnya berbagai kebijakan dan upaya percepatan pembangunan Papua dewasa ini yang ditandai dengan peningkatan akses dan kualitas pelayanan dasar serta pengembangan ekonomi melalui hilirisasi komoditas unggulan yang terus dilakukan, menjadi bukti komitmen pemerintah Indonesia untuk memajukan Papua di berbagai aspek, termasuk Sumber Daya Manusia (SDM), ekonomi, dan infrastruktur.

Dalam rangka memperluas sosialisasi mengenai pentingnya pembangunan Papua, Desantara Foundation yang didukung oleh Kompetensia sebagai media support menyelenggarakan webinar melalui aplikasi Zoom berjudul ‘Prosperous Papua: Human, Economic, and Infrastructure Development’ pada Sabtu (8/8/2020) pukul 09.00-12.00 WIB atau 12.00-3.00 PM waktu Canberra.

Dalam webinar yang dimoderatori oleh Amrih Widodo, seorang ANU Senior Lecturer, Canberra, Australia, itu, Desantara Foundation mengundang empat pembicara, di antaranya adalah Staf Khusus Presiden Jokowi dan anggota dari Papua Muda Inspiratif (PMI) Billy Mambrasar, Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones, Direktur bidang Governance & Accountability, Osana International Professional Associate University of Canberra Owen Podger, serta aktivis bahasa dan inisiator dari Anggimart Angkat Mama Papua Simon Tabuni.

- Advertisement -

Pada presentasinya, Sidney Jones menyampaikan tentang perdebatan mengenai pembaruan, revisi, maupun penolakan Undang-Undang Otonomi Khusus (UU Otsus) di Papua dalam konteks isu kepercayaan terhadap pemerintah, evaluasi terhadap pelaksanaan otsus Papua, migrasi, pemberontakan, hingga Hak Asasi Manusia (HAM).

Menurut Sidney, apabila masalah otsus tidak ditangani dengan bijak, maka situasi yang kini telah buruk berpotensi menjadi bertambah parah. Pada dasarnya masalah terbesar di Papua bukanlah separatisme, melainkan tindakan main hakim sendiri (vigilante) yang umumnya disebabkan oleh faktor ekonomi.

Selanjutnya, Owen Podger memaparkan bahwa infrastruktur bukan sebagai suatu layanan, akan tetapi tanpa adanya infrastruktur maka tidak akan ada layanan yang dapat diberikan. Infrastruktur dan pelayanan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Persoalan besar di Papua bukan terletak pada infrastruktur, tetapi karena infrastruktur yang terbatas maka pelayanan di berbagai aspek, khususnya kesehatan dan pendidikan menjadi terbatas/terhambat.

“Oleh sebab itu, perlu diterapkan perspektif baru di berbagai aspek dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi masyarakat Papua,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima MONITOR.CO, Jakarta, Minggu (9/8/2020).

Khususnya terkait pendidikan, menurut Owen, permasalahan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama dalam rangka mempersiapkan generasi muda Papua yang berkompeten di masa mendatang. Kurikulum pendidikan yang ada saat ini dinilai belum dapat mendidik masyarakat Papua sebagaimana seharusnya, sehingga sangat mendesak untuk melakukan inovasi.

Billy Mambrasar kemudian memaparkan pembahasan dengan judul ‘Human Centered Development Process in Papua and West papua Provinces’. Menurut Billy, selama ini pembangunan di Papua dan Provinsi Papua Barat belum menerapkan konsep membangun bersama, sehingga masyarakat sebagai penerima manfaat belum dapat menikmati hasil pembangunan sebagaimana mestinya.

Billy juga memaparkan pentingnya melakukan investasi pada Sumber Daya Manusia (SDM) Papua, karena faktor manusia merupakan faktor utama keberhasilan pengembangan Papua untuk bergerak maju ke depan. Salah satu upaya pengembangan SDM adalah dengan peningkatan kualitas pendidikan dan kompetensi SDM.

“Selama ini pemuda-pemuda Papua masih cukup sulit memperoleh beasiswa untuk dapat melanjutkan pendidikan di wilayah lain di luar Papua, padahal pendidikan adalah modal utama bagi pemuda-pemuda Papua untuk dapat memajukan wilayahnya,” ujarnya.

Billy mengatakan bahwa pendidikan bukan sekadar pengajaran atau transfer ilmu dari pengajar kepada murid, tetapi memberikan sumber pengetahuan yang lebih bersifat human development (membangun SDM) dalam segala aspek. Pengetahuan tersebut akan menjadi investasi terbesar yang dapat dimanfaatkan oleh para pemuda Papua untuk membangun dan memajukan Papua.

“Berbekal ilmu pengetahuan tersebut, masyarakat Papua akan memiliki pengetahuan mengenai wilayah Papua, mampu mengidentifikasi apa saja yang mereka butuhkan dan menemukan solusi untuk mewujudkannya,” katanya.

Selain itu, lanjut Billy, para investor yang membuka bisnis di Papua juga diharapkan dapat menjalankan tiga prinsip utama, yaitu directly (mempekerjakan orang papua), properly (layak/patut) dan correctly (tidak merusak sumber daya alam yang ada).

“Yang kami minta pada pemerintah sangat simpel. Please trust us and please work with us. We can colaborate with you on developing our land and developing our people and our nation,” ungkapnya.

Melalui Papua Muda Inspiratif (PMI), Billy dan para pemuda Papua menjalankan misi untuk membangun dan memajukan masyarakat Papua. PMI adalah sebuah komunitas berisikan pemuda-pemuda Papua yang berkomitmen tinggi untuk senantiasa berupaya membantu memajukan Papua dan masyarakatnya melalui berbagai upaya serta kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak.

“Saat ini PMI tengah menyusun sebuah konsep kolaborasi dengan pemerintah untuk mendesain sistematika proses training dalam bentuk sistem coaching dan mentoring sebagai pembibitan kader untuk menciptakan anak muda Papua yang inovatif dan mempunyai pola pikir modern dalam rangka menciptakan rasa nasionalisme masyarakat Papua secara organik,” ujarnya.

Dalam diskusi ini, Brigitta Hisage, selaku Manajer Program PMI regional Jayapura juga menyampaikan mengenai Mama Market yang telah dijalankan oleh PMI selama tiga bulan berjalan. Dalam upaya menstabilisasi harga bahan pokok, PMI mendata mama-mama Papua dan menampung hasil kebun berikut gula dan beras untuk kemudian dipasarkan di Pasar Mamtaa, sebuah pasar murah yang menjual bahan-bahan pokok dengan harga yang terjangkau oleh ekonomi menengah ke bawah.

“PMI juga mempekerjakan mahasiswa-mahasiswa yang membutuhkan pekerjaan sampingan sebagai kurir,” katanya.

Konsep Human Development yang disampaikan oleh Billy mendapat dukungan dari Owen Podger yang menekankan bahwa kekhusussan dan keistimewaan Papua tidak lantas menciptakan perbedaan terhadap pembangunan infrastruktur di Papua dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia, sehingga partisipasi publik untuk mengikuti kebijakan pemerintah berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat Papua itu sendiri.

Hal itu, menurut Owen, menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Papua menjadi kunci utama dalam pembangunan, sementara partisipasi hanya diperoleh apabila terdapat kesadaran dalam diri setiap orang. Kesadaran tersebut muncul melalui edukasi/pengetahuan.

Owen menambahkan, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan menjadi modal utama yang harus dimiliki oleh masyarakat Papua, agar dapat berpartisipasi penuh dalam upaya membangun dan memajukan Papua dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam hal ini, PMI telah menyusun langkah-langkah inkubasi dalam jangka panjang. Pertama, membentuk narasi ‘satu panggilan’ untuk masyarakat dan tanah Papua. Dua, membentuk pola pikir ‘masyarakat Papua menjadi pemain nasional dan global’.

Tiga, mendorong negara memberikan pengakuan atas kontribusi setempat. Empat, menampilkan narasi individu-individu inspiratif ini di tingkat nasional dan global. Lima, memiliki rasa bangga bahwa negara memberikan penghargaan kepada perjuangan dan kobntribusi. Enam, rasa nasionalisme tumbuh secara organik sehingga kesejahteraan pun meningkat.

Sebagai bentuk komitmen dalam menjalankan misinya, PMI akan terus hadir serta berpartisipasi aktif dan melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak dalam upaya membangun dan memajukan Papua guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan sumber daya manusia, ekonomi, dan infrastruktur di Pulau Paling Timur Indonesia ini.

“Kita tidak perlu mempermasalahkan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu, tetapi kita harus fokus dan berkomitmen terhadap upaya dan progres di masa depan,” ungkap Billy di akhir diskusi.

Diskusi ini mendapat apresiasi positif dari sekitar 80 peserta yang mengikuti webinar serta 83 views melalui media sosial Facebook.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER