POLITIK

Kritik Sekolah Mandiri, Fahri Hamzah: Mata, otak dan hati anak-anak kita akan rusak

MONITOR, Jakarta – Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah menilai sekolah mandiri atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) di tengah pandemi virus Corona (Covid-19) memiliki ekses atau dampak negatif bagi perkembangan kepribadian anak secara luas.

Akibatnya anak menjadi lupa waktu, lebih suka bermain game dan media sosial (medsos) ketimbang fokus belajar secara mandiri, meskipun sudah dibimbing oleh orang tua di rumah. Ekses negatif lainnya, menjadi kurang menghormati norma-norma agama.

“Lapor Mas Menteri!  (Mendikbud Nadiem Makarim, red), kemarin numpang sholat di rumah saudara sekitar jam 22.00 malam. Di samping saya sholat, ada 3 anak kecil sedang bermain gadget, 1 nonton YouTube, 1 main game, 1 lagi main Tiktok dengan HP ibunya dan bapaknya yang terbiasa dipakai sekolah,” tulis Fahri Hamzah diakun Twitter-nya, Kamis (30/7/2020). 

Fahri dalam keterangannya, Jumat (1/8/2020), menegaskan, untuk melakukan sekolah mandiri ini tidak semua memiliki akses jaringan, gadget maupun paket data. Apabila orang tua siswa adalah seorang yang berkecukupan, tentu hal itu tidak menjadi masalah karena kebutuhan anak mereka akan dipenuhi. Sementara yang miskin akses bisa frustrasi, tidak bisa berbuat apa-apa, guru dan kelas mereka  menjadi tidak terjangkau.

Bahkan bagi anak yang kaya akses dan paket data pun,  juga bisa membuat mereka menjadi  penghuni dunia maya yang palsu, hidup menonton layar kaca (tanpa pengawasan) yang bisa merusak mata, otak dan hati. 

“Mata, otak dan hati anak-anak kita akan rusak, mereka akan menjadi penghuni dunia maya yang palsu,” katanya.

Menurut Fahri, daripada menerapkan kebijakan sekolah mandiri dengan sistem PJJ yang sudah terbukti memiliki akses negatif yang luas bagi anak,  maka selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nadiem lebih baik mengembangkan infrastruktur digital pendidikan rakyat untuk memajukan pendidikan Indonesia.

Nadiem dianggap memiliki pengalaman sukses membuat infrastruktur digital bagi tukang ojek online (ojol) yang dikenal dengan aplikasi Gojek, yang diluncurkan pada  2015 lalu. Hasil karya Nadiem Makarim  ini menjadi salah satu startup transportasi online yang berhasil  menyandang gelar ‘Unicorn’, serta memantapkan diri sebagai startup pertama asal Indonesia.

“Mas Menteri punya jejak sukses bikin infrastruktur digital bagi tukang ojek. Mengapa tidak diteruskan dengan infrastruktur digital bagi pendidikan rakyat? Dana Kementerian Pendidikan adalah yang terbesar dan mandatori konstitusi kita 20% APBN tiap tahun. Ayo Mas Menteri Kita Bisa!” kata mantan Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini.

Recent Posts

KA Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

MONITOR, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) akan mengoperasikan KA Lodaya relasi Bandung –…

2 jam yang lalu

Menag Hadiri Halalbihalal PBNU Bersama Anggota Keluarga NU

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas menghadiri Halalbihalal yang digelar Pengurus Besar…

9 jam yang lalu

Mejeng di Turki, Industri Alat Kesehatan Nasional Siap Dobrak Pasar Eropa

MONITOR, Jakarta - Industri alat kesehatan nasional terus berupaya untuk menembus pasar ekspor seiring dengan…

13 jam yang lalu

Konflik Timur Tengah, DPR: Pemerintah Perlu Lakukan Dialog Multilateral

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI Helmy Faishal Zaini meminta pemerintah melakukan upaya untuk…

13 jam yang lalu

Ikhtiar Pelindungan Jemaah Indonesia, dari Syarat Istithaah sampai Senam Haji

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama tahun ini kembali mengusung tagline Haji Ramah Lansia. Maklum, data…

16 jam yang lalu

Kemenangan Timnas U-23 Harus Jadi Momentum Mengembangkan Infrastruktur Olahraga Tanah Air

MONITOR, Jakarta - Timnas U-23 Indonesia mencatatkan prestasi gemilang dengan menaklukkan Korea Selatan dalam babak…

17 jam yang lalu