PERTANIAN

Sagu sebagai Penyelamat Pangan Ditengah Pandemi Virus Corona

MONITOR, Jakarta – Ditengah upaya masyarakat global, termasuk Indonesia berusaha keras mengatasi semakin mewabahnya Covid-19 ini, masalah pangan tidak boleh bersoal. Justru sebaliknya, ketersediaan pangan bagi semua warga harus terjamin aman.

“Dari 267 penduduk Indonesia, tidak boleh satu orang pun yang kekurangan pangan,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Menyadari betapa pentingnya masalah pangan, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi pun berpikir dan bekerja keras, bagaimana agar pangan bagi penduduk Indonesia harus terpenuhi.

Berbagai terobosan terus saja dilakukan seperti memutus panjangnya mata rantai distribusi pangan melalui Pasar Mitra tani, Pekarangan Pangan Lestari (P2L), dan satu lagi yang menarik adalah Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL).

Ide Agung yang juga Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan untuk mengembangkan Pangan Lokal sangat strategis, dan yang dikembangkan salah satunya adalah komoditas Sagu.

“Indonesia ini memiliki potensi sagu terbesar di dunia, mencapai 5,5 juta hektar dari total 6,5 juta hektar luas lahan sagu dunia. Dari total luas tersebut, 5,2 juta hektar berada di Papua,” ujar Agung yang dihubungi via telpon.

“Disaat pandemi virus corona seperti sekarang ini, sagu selain adaptif terhadap perubahan iklim juga menjadi penyelamat pangan masa depan ,” ujar Agung lagi.

Menurut Agung, ketahanan pangan Indonesia harus kuat dan terus dijaga. Untuk itu, lanjut Agung, kita tidak bisa megandalkan hanya semata-mata pada pangan pokok beras.

“Apalagi kalau berbicara puluhan tahun kedepan. Sagu harus kita kembangkan,” tuturnya bersemangat.

Untuk merealisasikan pengembangan Sagu, Badan Ketahanan Pangan melalui program PIPL saat ini sudah mengembangkan di 4 provinsi, salah satu yang perkembangannya menarik adalah di
kabupaten Merauke Papua.

Penempatan PIPL di Merauke sangat tepat, karena selain potensi tanaman sagu masih sangat banyak, para petaninya juga masih mengusahakan tanaman sagu, walaupun masih sederhana, belum menggunakan mesin pengolah sagu.

“Kami sangat senang, pemerintah menempatkan PIPL di kampung ini,” ujar Yakobus, Ketua Kelompoktani Dwitrap yang mengolah tanaman sagu.

Menurut Yakobus di Kampung Tambat, terdapat potensi Sagu 250 hektar, sedangkan yang digarap baru seluas 15 hektar.

“Secara bertahap akan kami kembangkan terus. Melalui PIPL, kami jadi lebih bersemangat dan produktif mengolah tanaman sagu menjadi tepung sagu,” ujar Yakobus yang ditemui beberapa waktu laku.

Menurut Yakobus, melalui peralatan bantuan PIPL, kini sebatang pohon sagu ukuran 10 sampai 12 meter dikerjakan hanya 1 hari, menghasilkan 480 sagu basah atau 240 kg sagu kering.

“Dulu kami mengerjakannya antara 3 sampai 5 hari dan hasilnya hanya 250 kg sagu basah atau 125 kg sagu kering,” tambah Yacobus.

Jadi, tambah Yacobus, bantuan peralatan Kementerian Pertanian sangat bermanfaat.

“Selain mampu meningkatkan produksi berlipat, pendapatan dan kesejahteraan petani juga meningkat,” ujar Yakobus.

Asisten II Bidang Perekonomian Merauke Sunarjo yang ditemui mengatakan, sangat berterimakasih adanya bantuan dari Kementerian Pertanian.

“Kami akan dukung pengembangan sagu di Merauke, karena sagu ini bukan hanya tanaman untuk dikonsumsi, tetapi juga menjadi tanaman adat yang perlu terus dikembangkan,” ujar Sunarjo.

“Sagu ini benar-benar bisa diandalkan sebagai pangan alternatif masa depan,” ujarnya.

Kepala BKP Agung Hendriadi menjelaskan, bahwa kegiatan PIPL difokuskan pada produksi tepung berbasis pangan lokal, sebagai alternatif bahan baku untuk industri pangan olahan, sehingga secara bertahap ketergantungan pada gandum diharapkan terus berkurang.

“Kita punya banyak sumber pangan lokal yang bisa diproduksi jadi tepung. Sebagian bisa substitusi tepung menjadi bahan substitusi gandum,” kata Agung.

Ditambahkan Agung, kalau saja tepung sagu bisa mensubstitusi gandum 10-20 persen, tentu dampaknya luar biasa, tidak saja bagi pengembangan tepung sagu di tanah air, namun juga akan mensejahterakan petani.

“Kalau sudah demikian, ketahanan pangan nasional kini dan kedepannya akan semakin kokoh. Untuk itu, mari bersama-sama kita kembangkan sagu yang potensinya luar biasa,” tutup Agung.

Recent Posts

Memperkuat Ekosistem SDM BUMN Menuju Kepemimpinan Adaptif, Jasa Marga dan Jasa Raharja Tandatangani MoU Talent Mobility

MONITOR, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan PT Jasa Raharja menegaskan komitmen sinergi…

2 jam yang lalu

DPR Soal Penghentian Aktivitas Sekolah di Kawasan Konservasi, Anak-anak Tak Boleh Kehilangan Hak Pendidikan

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, MY Esti Wijayati menanggapi serius persoalan…

3 jam yang lalu

Capai 4,52 Juta Unit Usaha, Menperin Optimistis IKM Berkontribusi Percepat Dekarbonisasi Sektor Industri

MONITOR, Jakarta - Industri kecil dan menengah (IKM) memiliki peran strategis sebagai tulang punggung perekonomian…

5 jam yang lalu

Kemenag dan Kementerian ATR/BPN Sinergi dalam Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf

MONITOR, Jakarta - Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama (Kemenag) terus memperkuat kolaborasi lintas…

6 jam yang lalu

Launching LBH UMKM: Sinergi Strategis untuk Perlindungan Hukum Pelaku Usaha Kecil

MONITOR, Jember - Sebagai langkah konkret memperkuat ekosistem usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di…

6 jam yang lalu

Menag Ingatkan Masyarakat untuk Tidak Terbawa Budaya Barat dalam Pernikahan

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengingatkan masyarakat Indonesia untuk tidak terbawa arus…

15 jam yang lalu